3. Hari yang Melelahkan

1.2K 141 26
                                    

Happy Reading

Dari sekian lamanya perjalanan yang mereka tempuh akhirnya mereka sampai juga ke titik terangnya di Tawangmangu, kota yang hanya satu jalan lagi untuk sampai ke Cemoro Sewu. Namun melihat para member yang sudah sangat luyu, keleyengan karena perjalanan jauh, badan terasa remuk-remuk Anta jadi tak tega jika harus memaksa melanjutkan perjalanan kembali menuju Cemoro Sewu.

"Kita istirahat dulu aja ya di Tawangmangu." ucap Anta pertama kali membuka suara setelah sekian lama kesepian melanda di tempat ini.

Hanin yang tidak tahu alasannya langsung menimpali. "Istirahat? Bukannya mau lanjut bang?"

"Keadaan gak memungkinkan kita buat tetep maksa ke Cemoro Sewu Nin, Abang tau kalian semua pasti cape." Hanin pun menghela napas setelah mendengar jawaban Anta. Karena ia merasa lelah juga dengan segera ia mengikuti Anei yang rupanya akan duduk.

"Terus kita mau istirahat di mana? Di sini bang?" tanya Bian. seiring berjalannya waktu pertanyaan pun bertambah.

"Kebetulan mendiang ayah punya kenalan di sini. Tapi abang sempet ngabarin dulu, katanya telpon lagi kalau udah sampai di Tawangmangu. Mau di jemput." jelas Anta.

"Ngerepotin banget kami bang." timpal Dipta.

Anta pun menyadari itu, mengingat bahwa dia lah kenalannya. Namun mengingat bahwa om Windu ini sangat ramah dan tak pernah sungkan-sungkan pada Anta, Anta merasa yakin walaupun memang merepotkan sepertinya tidak ada pilihan lain. Waktu yang menjelang malam ini masih lama untuk membuat matahari terbit kembali.

"Iya, tapi gak ada pilihan lain Ta." Dipta yang merasa ucapan Anta ada benarnya juga hanya pasrah dan mengangguk.

"Hubungin lagi kalau begitu bang." saran Arkha, dengan cepat Anta mengangguk. Menjauh sedikit berjarak dari yang lainnya Anta segera merogoh handphonenya yang berada di saku dan segera menekan nomor om yang bernama Windu itu.

Tunggu di tunggu sambungan telepon pun akhirnya tersambung.

"Assalamu'alaikum pakdhe."

"Waalaikumsalam Anta, wis tekan durung?" (udah sampai ya? ) Sesuai apa yang akan Anta katakan om Windu sudah bisa menebak.

"Iya pakdhe."

"Aja kuwatir, om kebetulan lagi sibuk Anta. Jadi jangan aneh kalau di rumah kamu gak nemuin om nanti, Astrid jemput ing kana."

"Astrid pakdhe? Anake pakdhe, ta? Padahal ngerepotin, kita bisa mandiri ke sana pakdhe."

"Engga pa-pa Anta, kowe ngerti pakdhe ora isin-isin. Pasti kamu juga udah kangen karo Astrid, wis gedhe, kan umurnya cuma beda 1 tahun sama kamu. Tapi mukannya pasti asing, kowe weruh aja kalau ada cewek naik mobil terus pakaiannya tomboi. Kuwi anake pakdhe, Astrid." ucapnya dari sana.

"Iya pakdhe Anta dan Temen-temen bakal nunggu. Sebelumnya makasih pakdhe."

"Kaya ngomong karo sapa wae, om udah temenen sama ayah kamu lama. Kamu udah om anggap anak sendiri, berhenti sungkan."

MAHASURA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang