Happy Reading
Jika manusia mempunyai sayap, mungkin saja kedua sayap itu sudah patah dan tidak bisa terbang kembali. Begitulah Anta sekarang, hanya untuk berdiri saja rasanya berat. Hati yang semula mengering kini mulai membasah kembali.
Saking sakitnya hati, Anta tidak bisa menangis sama sekali. Hanya ada rasa sesak dan sesal yang entah harus ia apakan akhirnya, ingin berhenti untuk tetap waras juga rasanya sudah begitu sulit.
Ternyata menjadi seorang perempuan seperti Sara memang sesulit itu. Rasa takut yang menjelema bagaikan sesosok iblis masih bisa ia tepis semudah itu, rasa ingin membantu memang mengalahkan segalanya jika bagi Sara.
"Lo punya kemauan, lo takut juga Sar. Kenapa senekat itu." Terbelanggu dalam penyesalan ternyata menyiksa juga. Menyesal tetap menyesal, waktu yang ingin di rubah nyatanya tidak akan pernah bisa. Penyesalan tetap akan meruntuhkan jiwa seseorang, terkecuali seseorang itu ingin bangkit dengan kokoh tanpa ada keraguan lagi.
Wajah tenang itu tetap menjadi favorit Anta untuk tetap dia tatapi. Namun, semakin dalam rasa penyesalan itu semakin sakit juga hati seorang jiwa lelaki ini.
Saat bayangan sholat berjamaah bersama menjadi suatu bayangan yang di idam-idamkan, pada akhirnya endingnya di luar nalar. Jika Anta tahu kedepannya akan seperti ini, dia lebih menerima akan kemarahan rekannya karena pembatalan mendaki yang sudah di jadwalkan.
"Hujan itu anugrah Tuhan ya Sar, kenapa gue harus benci suatu fenomena yang jelas gak punya salah sama gue."
"Tapi apa boleh buat Sar, saat kedepannya hujan turun lagi. Yang gue ingat tetap lo, penyesalan, dan sakit." ucap kembali lelaki rapuh itu, Ananta Airlangga benar-benar kacau untuk kali ini. Sosok Leader yang sudah Mapala Trisakti kenali, menghilang begitu saja.
Hawa dingin yang menusuk rasanya sudah sangat kebal bagi Anta, saking terlarutnya dalam ingatkan yang membelit ia tidak sadar apa-apa.
Beberapa rekan juga terlihat khawatir dengan kesehatan Anta, jika seperti ini mereka juga tidak tega. Mereka tahu Anta dan Sara tidak ada hubungan apa-apa. Tapi, mereka mengerti ada apa dengan mereka berdua, jika menjadi Anta dan Sara mereka juga tidak sanggup. Beban yang mereka berdua rasakan nyatanya lebih berat di bandingkan mereka semua.
🌬🌬🌬
Setelah beberapa orang mulai tertidur, Hanin merasa tak nyaman juga berada dalam tenda. Melihat Anta yang masih terjaga juga, membuat dirinya tidak enak jika harus tidur. Di sana ia tidak melihat Dinda. Untuk mencari Dinda di luar tenda Hanin juga membawa jaket untuk Anta yang pastinya kedinginan.
Namun baru membuka tenda Hanin sudah melihat Arkha menghampiri Anta dan sepertinya memberikannya jaket untuk di pakai. Melihat itu tentu membuat hati Hanin menghangat. Jika Arkha sudah ikut andil untuk menangani ini, ia percaya bahwa lelaki itu tau mana yang terbaik. Oke, yang perlu Hanin fokuskan sekarang adalah mencari Dinda, jangan sampai anak itu menghilang lagi.
Saat Hanin berhasil keluar dari tenda, Anta dan Arkha pun menyadari itu.
"Nin mau kemana?" tanya Anta. Saat melihat wajah Anta, sungguh sangat mengkhawatirkan sekali bagi Hanin.
"Bang lihat Dinda gak? Dia gak ada di dalam tenda." tanya Hanin.
"Bian juga gak ada." ucap Arkha menimpali.
"Kasih waktu buat mereka berdua, gak papa. Kalian harus ngerti." ucap Anta yang perlahan mengeluarkan ucapan bijaknya. Jika ia tidak bisa, maka rekannya harus berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHASURA [SUDAH TERBIT]
Подростковая литература"Kami datang untuk menyapa alam lepas, lalu pulang untuk mengharumkan nama Universitas." Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah dan Timur. Start : 16 Desember 2022 End : 29 Juni 2023 TOP RANK 10 #1 in alam 21/12/22 #3 in Mapala 20/12/22 #1 in Pantanga...