9. Semuanya di Mulai

844 128 21
                                    

Happy Reading

Petir berbunyi lagi untuk yang kedua kalinya. Seperti tengah berlarian dengan bahagia lalu tak sengaja terjatuh hingga menyebabkan luka. Bian seolah tuli, ketika teriakan terlontar dari mulut teman-temannya Bian benar-benar tidak perduli, yang ada dalam pikirannya hanya ada Dinda, Dinda, dan Dinda.

Seperti di rajam benda tajam berkali-kali Bian merasa hatinya sakit, sangat sakit. Kehilangan seseorang belum pernah terlintas dalam benaknya. Dengan langkah gontai Bian masih tetap berjalan walaupun keringat mulai membasahi permukaan wajahnya.

Tanpa di sadari Bian menabrak bebatuan yang menghalangi jalanan, menyebabkan Bian tersungkur saat itu juga. Saat ia akan berdiri kembali dan berlari Dipta berhasil mencekal nya lebih dulu.

"Bian..." lirih Dipta dengan raut wajahnya di penuhi kecemasan.

"Lepasin! gue mau cari Dinda anjing!" Bian berusaha menghentakan genggaman itu dari tangan Dipta, namun sayang tenaga Dipta jauh lebih kuat di bandingkan dirinya.

"Lo jangan gegabah, kita cari sama-sama." jawab Dipta.

Tanpa berlama-lama akhirnya semua member pun berhasil mengejar Bian. Namun di belakang sana ada Dean dan Anei yang membantu Keylara berjalan, karena panik Keylara ikut berlari sehingga menyebabkan kakinya benar-benar tidak bisa merasakan menapak sama sekali.

Keringat sudah membanjiri pelipis pemuda itu raut ke khawatirkan yang begitu kentara membuat Dipta merasa ikut cemas.

"Lo gak kasihan liat Keylara semakin parah kaya gitu?" tanya Arkha menunjuk wajah Bian.

"Dan lo tega liat anak orang ilang?" jawab nyalang Bian dengan jakunnya yang mengeras sampai-sampai urat nya terlihat.

"Kita cari Dinda sama-sama." ucap Anta melerai pertengkaran antara Bian dan Arkha. "Kalau kalian begini terus kita cuma buang-buang waktu!" tegas Anta sembari menatap keduanya dengan penuh amarah.

"Kita harus berpencar. Kalau kita nyari Dinda dengan satu jalan bakal lama ketemunya." ucap Anei tegas.

"Jangan, kita tetap harus sama-sama cukup Dinda yang harus kita cari." serobot Anta membuat Anei menghela napas, mengerti apa maksud dari Leader nya itu.

"Lebih baik kita susuri jalan itu lagi." ucap Astrid lalu menunjuk jalan turun menuju pos 5 kembali. Anta dan yang lainnya mengangguk mendengar intruksi dari Astrid. Walaupun sebenarnya mereka benar-benar berat hati jika harus turun kembali.

Tanpa lama adzan magrib pun berkumandang samar-samar mereka mendengarkannya. Berharap sampai di puncak lebih awal dan beristirahat di sana adalah harapan yang harus mereka telan mati-matian ketika di beri cobaan yang begitu berat ini. Kehilangan seseorang bukanlah suatu yang sepele melainkan hidup dan matinya sedang di pertarukan.

Ketika ambisi kuat pada jiwa Anta tumbuh, dengan konyol nya semua runtuh seketika. Ketika ia di beri kekuatan untuk yakin pada pendiriannya selalu saja ada yang meruntuhkan semua itu.

Dengan langkah tegas dan kekuatan yang semakin mengurang mereka tetap bersemangat meneriaki nama Dinda dengan penuh kekhawatiran.

Sara sudah sangat tak tega melihat Keylara yang tengah merasakan kesakitan dua kali lebih berat di bandingkan yang lainnya. Ketika ia di haruskan untuk lumpuh sebelah ia juga harus di sadarkan kembali dengan kehilangan temannya. Jika Keylara tau ini akan terjadi. Jika ia di beri pilihan untuk bertengkar dengan Dinda dan melarangnya pergi ke sini atau berhubungan baik dan tetap mengizinkannya berjalan ke sini. Sudah jelas Keylara memilih opsi untuk bertengkar, bahkan sekalipun itu pertengkaran hebat. Jika sudah seperti ini Keylara juga tidak tahu harus bagaimana agar bisa menemukan temannya itu.

MAHASURA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang