Di pagi hari yang cerah kediaman rumah jeongwoo tampak begitu tenang dan damai. Sesosok lelaki yang sudah memasuki kepala empat menyeruput kopinya santai sebelum–
"Tuan besar, nak jeongwoo tidak ada di kamarnya!"
Ayah jeongwoo yang sedang membaca koran di pagi hari langsung berdiri, moodnya yang bagus saat pertemuan dua keluarga kemarin dan anaknya melakukannya tanpa penolakan kembali hancur.
Saat pak yun salah satu asisten rumahnya yang ditugaskan untuk memanggil jeongwoo ke kamarnya berkata dengan raut wajah sangat khawatir.
"Apa?! Tidak ada bagaimana bisa?"
"Benar tuan, saya dan asisten yang lain sudah mencari ke seluruh rumah untuk memastikan tapi nak jeongwoo benar tidak ada, ia hanya meninggalkan ini saja tuan" jelas pak yun panjang lebar dan menyerahkan setangkai bunga kering dengan tulisan.
"Aku yang bakal cari kakek, oh aku juga mengambil uang tunai sepuluh ribu dolar di nakas jadi jangan khawatir ayah!"
Menepuk dahinya tak habis pikir bagaimana bisa anaknya itu malah ikutan menghilang disaat akan melakukan tunangan. Dan parahnya mengambil uang yang tidak sedikit. Ayahnya langsung segera bergegas mencari anaknya berada.
Sebelum jeongwoo kabur
"Maaf tuan tapi saya belum bisa menemukan tuan besar"
Sambungan terputus saat ayah menutup telpon nya lelah. Sudah hampir 3 bulan kedua orangtua jeongwoo mencari kakek jeongwoo tapi sampai sekarang mereka tidak bisa menemukannya. Entah dimana keberadaan nya.
Jeongwoo yang juga menguping dari balik pintu langsung masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Sang ayah menatap kaca jendela kosong, jeongwoo menepuk pundak ayahnya.
"Kamu belum tidur? Bagaimana perasaanmu setelah bertemu mas har mu itu" ayah mendesis pelan saat mendapati pelototan tajam dari anaknya.
"Huh apaan mas har dia itu kakek bau tanah. Gak cocok dipanggil mas emangnya tukang bakso di depan komplek apa" memutar matanya malas, ayah hanya bisa mengusak rambutnya.
"Kalau sampai mami tahu habis kamu gia" jahil ayahnya membuat jeongwoo menggigit lengan atas ayah nya greget.
"Aduh duh sakit ampun maafin ayah"
Walaupun merasa belum puas jeongwoo dengan terpaksa melepaskan gigitannya dan menatap sang ayah dengan alis yang menukik tajam.
"Kakek menghilang. Bukan penculikan tapi beliau lah yang ingin pergi entah apa tujuannya ayah selalu tidak bisa menebak semua tindakannya, seperti kamu"
Mendengar itu jeongwoo mengerjap, ia baru saja menemukan satu kotak box bertuliskan selamat berkurang umur cucuku dari kakek dibelakang lemari pakaian miliknya.
"Kakek kan emang suka berpetualang dan ninggalin nenek sendirian. Kalau gitu mendingan gak usah nikah kan bebas" ucap jeongwoo membuat sang ayah hanya bisa menepuk dahinya.
"Hust ayah gak ngajarin kamu ngomong kayak gitu. Sekarang ayo kita ke kamar masing-masing dan pergi tidur" ayah langsung menyeretnya keluar dari ruang kerja.
"Ayah gia minum susu dulu"
Tegur jeongwoo saat mau berjalan ke arah kamarnya, ayah mengangguk dan mengecup dahi sang anak sebelum pergi ke kamar. Setelah memastikan ayah pergi, jeongwoo berjalan pelan tanpa menimbulkan suara ke arah dapur.
Sembari meminum susu jeongwoo membuka salah satu pesan dari kakeknya yang terselip dari kado yang ia berikan.
Membuka kertas yang sudah mengkuning itu dan mulai tertarik dengan apa yang ia lihat. Permainan kata, dulu mereka selalu bermain kata dan kode yang tidak bisa diketahui siapapun.
"Ubedredhunepgnarabnadgnarajhutnesid"
Menggigit bibirnya sambil berpikir keras apa yang ingin disampaikan kakeknya, jeongwoo menyusun perhuruf itu sampai menjadi sebuah kalimat.
"Berdebu, penuh barang dan jarang disentuh" lama memikirkan untaian apa maksud dari kalimat itu, fikirannya langsung terbayang ke arah gudang.
¤||¤
"Hahh..hahh"
Senyum bahagia terpatri di bibir nya. Walaupun ia harus menyamar menjadi seorang wanita tapi tak apa yang penting sekarang jeongwoo sudah ada di atas kapal pesiar.
Memikirkan rencana dan ide gilanya membuat ia terkekeh puas apalagi saat langkah pertama kabur dari rumah berhasil dengan mulus.
Dan yang membuatnya tambah bahagia, ia menemukan busur panah yang terlapisi kain dengan rapihnya ada di gudang. Itu pasti kado dari sang kakek.
"Cepat cari lelaki itu"
Bisik terdengar membuat jeongwoo berbalik dan mengernyit, woah apakah ada penyelundupan di kapal besar ini? Tak mau berusan lebih dalam ia menutup wajahnya menggunakan kipas maminya dan berjalan memasuki ruangan kapal besar ini.
Kapal sudah mulai berjalan, dengan tenang jeongwoo memakan-makanan yang sudah disediakan. Tak lupa saat dada busanya akan melorot ia betulkan dengan cepat. Kan aneh kalau ada yang liat.
"Hadeh gimana bisa mami pake gaun ini setiap hari" dumel jeongwoo waktu liat badannya kayak lemper di lapisi kain kurang bahan.
Jika bukan karena rencananya ia tidak akan sudi memakainya, Menjijikan seperti lonteh iuh!
Srett
Matanya mengernyit melihat ada tas besar bergerak dengan sendirinya diatas tempat koper, ia menatap tas itu lamat dan nyawanya hampir melayang saat tas itu mengeluarkan pisau.
Pisau itu merobek bagian dalam tas nya, hingga suara jatuh gedebuk terdengar akibat dari gerakan brutal di dalamnya hingga setelah berhasil merobek tas itu seseorang mulai bangkit.
Jantungnya berdegup kencang melihat postur tubuh yang tak asing di matanya, kakinya melemas. Sial apa mungkin gak– gimana bisa dia malah bertemu sama kamus kbbi berjalan di kapal pesiar ini.
"Amsyong kakek bau tanah!"
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Har%
FanfictionJeongwoo sang penakluk uke dijodohin sama orang yang kelakuannya monoton banget. Bahkan dia harus jadi pihak sub buat seumur hidup. Mc : Hajeongwoo