Eight

705 66 6
                                    

"Uh..uhm"

Jeongwoo memainkan tangannya saat bersembunyi dibelakang haruto jantungnya berdebar kencang dan tidak berani menatap ke arah lain selain sepatu sneakers miliknya.

Haruto terkekeh ia mencium tangan sang nenek dan disambut baik yang langsung memeluknya hangat.

"Bagaimana kabar anda grandma?"

"Tentu saja selalu sehat walaupun dikondisi yang sudah tidak prima" jawab nya lalu menatap jeongwoo yang kini menunduk sembari menengok ke sana kemari gugup.

"Gia"

Panggil haruto lembut, ia menyukai eksperi lucu sang calon tunangan yang terlihat kikuk dihadapan neneknya. Jeongwoo menengadah dan menatap mata haruto dengan mata serigala yang membulat.

"Oh ya mas?"

"Kemari grandma ingin berbicara" ujarnya tanpa meninggikan suaranya, jeongwoo menunduk gelisah.

"Kaki sialan malah drama tiba-tiba susah banget buat ngelangkahin satu senti ke depan" batinnya panik.

Satu tangan hangat meraih jemarinya dan mengusapnya pelan memberikan rasa nyaman. Jeongwoo mengerjap melihat haruto sudah di depannya sambil terkekeh pelan. Lalu menuntun ia ke arah sang nenek.

"Ada mas. Gak usah gugup gia" pria itu tersenyum lembut ke arahnya membuat ia mengangguk pelan.

"Y-ya terimakasih"

Keduanya berhadapan jeongwoo memberanikan diri untuk menyium tangan nenek haruto lalu terdiam sebentar merangkai kata-kata yang membuat kedua nya menahan senyum.

"H-halo uhm.. selamat malam nyonya saya jeongwoo uhm c-calon tunangan mas haru" ia menggigit bibir bawahnya merasa aneh memperkenalkan diri seperti itu ia bahkan tidak sanggup untuk menatap siapapun.

Tidak ada suara ataupun reaksi apapun jeongwoo menggaruk tengkuk nya yang tak gatal merasa canggung dengan situasi yang ia benci ini. Sial

"Mas bantuin dong" bisiknya membuat haruto hanya menoleh saja tanpa melakukan apapun menyebalkan.

"Mas kamu bikin grandma kecewa" ujar sang nenek membuat jeongwoo terdiam apa ia tidak menarik? Kepalanya menunduk lemas ia tahu akan ditolak.

"Grandma tolong jangan–"

"Mas masa bawa bayi buat dinikahin?"

"B-bayi?.." ucap jeongwoo terkejut membuat sang nenek mengangguk lalu tersenyum ke arahnya. Haruto langsung tertawa mendengarnya jujur saja ia juga sama gugup nya dengan jeongwoo.

"Maaf grandma. Mas berencana membawa gia setelah kami membawa cicit untukmu"

"Cicit?" Kini jeongwoo bertanya-tanya ke arah haruto yang malah menggaruk tengkuknya dengan telinga yang merah nenek haruto langsung bersemangat.

"Benar! Cicit aku ingin mendapatkan cicit ah apakah umurku masih bisa melihatnya? sial kalian harus segera mendapatkan nya sebelum aku dikubur"

"Dan santai saja nak. Panggil aku grandma seperti mas har ya" ujar sang nenek lembut membuat jeongwoo mengangguk kikuk.

Walaupun terasa asing jeongwoo mulai membiasakan diri lalu membalas pelukan nenek haruto membuat haruto mengigit pipi dalamnya menahan gemas.

"Grandma mari kita mulai makan malamnya"

"Ah tentu saja mari masuk ke dalam. Grandma sudah membuat banyak makanan untuk kalian"

"Grandma anda cantik sekali" ujar jeongwoo malu-malu membuat nenek haruto terkejut mendengarnya tak kuasa untuk tidak mengusak rambut jeongwoo.

"Makanlah yang banyak dan buat dirimu nyaman bayiku" ujar sang nenek bahagia, haruto yang melihat sang grandma mengambil jeongwoo darinya hanya bisa menggeleng sembari terkekeh tak percaya.

¤||¤

"Mas har. Apa itu cicit?"

"Uhuk–!"

Hari sudah mulai gelap kini mereka berdua sedang membereskan tempat tidur karena sang nenek memaksa mereka untuk menginap satu malam ini. Jeongwoo dengan cepat mengambil air.

"Lo baik–ah maksud aku mas gak kenapa-napa?"

"Y-ya mas gapapa makasih gia. Kalau gitu mas tidur di sofa selamat malam"

Setelah selesai membereskan tempat tidur untuk jeongwoo pria itu mengambil bantal dan selimut.

Wajah haruto memerah jantungnya berdegup kencang berada di satu atmosfir bersama giandra membuat travis mungkin hilang kendali. Tapi, ia harus menjaga kewarasannya agar jeongwoo tidak takut padanya.

"Sofanya kecil. Kenapa ga tidur bareng aja?"

"Huh? Tidak apa-apa gia saya–"

Haruto menggulumkan bibirnya ketika menatap jeongwoo yang tampak kecewa dengan keputusannya.

"I-iya mas bakal tidur disamping kamu"

"Sambil jelasin juga apa itu cicit" ujar jeongwoo membuat haruto tersentak dan menatap mata serigala itu yang tersenyum wajahnya tampak penasaran.

"A-apa? Jelasin sekarang? Lebih baik kita tidur besok mas harus kerja" Kini ia yang tampak kelimpungan mencari topik lain untuk dibahas.

"Padahal udah janji gak boleh ada rahasia" mata jeongwoo berkaca-kaca membuat haruto menggigit pipi dalamnya menahan gemas.

"Baiklah. Mari kita naik ke atas kasur" final haruto membuat jeongwoo naik terlebih dahulu dan menepuk sebagian kasur disampingnya agar haruto bergabung.

"Jadi?"

Cup

Tubuh giandra terdiam merasakan bibir tipis itu menyesap bibirnya lembut dan penuh kehati-hatian. Haruto melepaskan tautannya dan menatap sayu wajah manis di depannya.

"Gia sebaiknya kita–uhmp"

Mata haruto membulat begitu terkejut saat jeongwoo menarik tengkuknya dan melahap bibir sang dominant tubuh montoknya naik ke atas pangkuan haruto. Alarm bahaya langsung menyadarkan haruto.

Tidak belum saatnya ia begitu senang jeongwoo mulai menerima dirinya tapi bukan begini ia ingin jeongwoo merasa nyaman dengan nya terlebih dahulu. Dengan paksa haruto menggigit bibir jeongwoo agar melepaskan tautan mereka.

"Cicit ialah keturunan yang diberikan oleh seorang cucu kepada orangtua dari ayah ibu kita, sekarang kamu sudah paham kan?"

"A-ah ya gue minta maaf" ujar jeongwoo tersadar sekarang ia merasa jijik pada dirinya sendiri lalu segera turun dari pangkuan haruto.

Grep

"Mas tidak akan melakukan itu sampai kamu sudah bersedia menjadi pasangan mas seutuhnya gia" haruto tersenyum lembut dan mengelus pinggang jeongwoo.

"Sialan kakek tua sialan" wajah jeongwoo memerah sempurna ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher haruto yang terkekeh melihat reaksinya.

"Pasti grandma ngomong sesuatu ya sampai kamu mikir kita harus ngelakuin itu sekarang"

"Jangan nyalahin grandma!"

"Eh mas yang salah nih? Haha kamu lucu banget sih mas gak percaya kamu pihak atas jadinya"

"Nantangin? Aku telfon mantan aku ya" ancem jeongwoo bikin haruto terkekeh dan memeluk tubuh pria manis itu untuk dibawa berbaring.

"Walaupun mantan kamu banyak cuma mas yang bisa bikin kamu rela jadi pihak bawah"

Mas Har%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang