nine

609 55 8
                                    

Hari berlalu dan terasa begitu cepat, jeongwoo sudah berada di rumahnya kembali dan meminta maaf kepada sang ayah dan mommy yang menangis karena ulahnya.

"Mau makan apa?" Tanya haruto. Sehabis pulang kerja ia menjemput si manis untuk makan malam bersamanya di warung kaki lima yang menjadi favorit mereka akhir-akhir ini.

"Ayam bakar aja sama es teh"

Haruto pun mengangguk dan berdiri untuk memesan makanan mereka berdua. Selagi menunggu jeongwoo mengedarkan matanya ke sekitar menatap langit malam yang dipenuhi cahaya dari kendaraan.

Perasaan ini sangatlah berbeda ketika ia tinggal di luar negri ataupun makan di restorant mahal namun bukan merasa tidak nyaman justru jeongwoo merasa hangat yang tak pernah bisa di deskripsikan.

"Mas jatuh hati kesekian kalinya waktu kenal kamu lebih dalam. Gak sia-sia mas nunggu kamu"

"Huh? Pesanannya udah ada?"

"Belum masih dalam proses"

Tiba-tiba haruto sudah berada disampingnya sembari terkekeh melihat jeongwoo yang tidak mendengar perkataannya ia mengusap rambut yang lebih muda gemas.

"Ish ga bole ngusap-ngusap" kedua alis jeongwoo mengerut tak terima melihatnya haruto semakin terhibur ia pun duduk disamping jeongwoo yang tidak pernah lepas pandangannya dari jalanan.

"Kalau gitu mas pat pat boleh?" Tanya haruto jail mencoba mengalihkan atensi si manis,sepertinya jalanan lebih menarik daripada dirinya. Sembari menepuk rambut jeongwoo lembut.

"Haish aku gagal keren kan jadinya liat udah manly gini padahal" rengek jeongwoo lucu dan memegang tangan haruto agar berhenti tanpa sadar. "Eh?"

Sadar apa yang ia lakukan dengan cepat ia berusaha melepaskan genggaman tangan mereka berdua namun haruto lebih dulu memasukan jemari panjangnya ke sela-sela telapak tangan si manis.

Sekarang kedua tangan mereka saling bertautan jeongwoo mengerjap bingung perasaan aneh ini menggelitik perutnya.

"Kalau lucu gini mas majuin tanggal pernikahannya ya acara pertunangannya mas skip"

"Heh mana bisa gitu? Emang nikah gampang"

"Gampang. Mas kan punya uang besok aja kalau kamu siap mas jabanin kok" jawab haruto cepat. Jeongwoo yang mendengarnya memutar mata malas.

Sebenarnya ada alasan lain kenapa Jeongwoo memilih tempat ini untuk makan malam mereka berdua. Haruto bisa saja mengajak ia ketempat mewah tapi itu tidak mungkin untuknya karena apa? Tempat seperti itu adalah gudang para mantannya ironis bukan.

Bisa-bisa ia ditertawakan karena umpatan dan doa mereka dikabulkan agar ia bisa merasakan jadi seorang submissive.

"Eh pak haruto anda makan disini?"

Lamunan jeongwoo buyar dan melihat ada seorang pria manis yang menegur haruto, sebentar mata bulat yang mirip kelinci putih itu! Jeongwoo meneguk saliva nya gusar.

"Tentu saja saya bersama calon– jeongwoo kamu mau kemana?" Teriak haruto saat jeongwoo tiba-tiba saja lari begitu saja.

"J-jeongwoo?"

¤||¤

"Huft..huftt tadi hampir aja gue ketemu malaikat pencabut nyawa gimana bisa itu kakek tua kenal itu orang"

Diaskara rahardian namanya pria yang sempat jeongwoo pacari dan menjadi teman bermain yang ia tinggalkan untuk beberapa alasan karena sudah merasa bosan.

Salah satu alasan juga ia kabur ke luar negri untuk menghindar dari para singa yang marah dan memiliki dendam kesumat padanya. Jeongwoo mengacak rambutnya frustasi perasaannya tak enak.

"Gue tau kelakuan gue bakal jadi boomerang tapi anjirt lah kenapa harus ketemu yang satu itu"

Tap

"Bangsat! Iya iya gue minta maaf gue tau waktu itu gue emang salah plis biarin gue hidup tenang" ucap jeongwoo berteriak meminta ampun sembari menutup matanya.

"Jeongwoo kamu tidak apa-apa?"

Haruto berucap sembari menetralkan nafasnya pria itu berlari mengejar jeongwoo. Giandra mengerjap dan menatap wajah haruto yang khawatir ia pun langsung bernafas lega dan memeluk tubuh haruto erat menghirup aroma tubuh pria itu yang menenangkan.

"Eh- jeongwoo ini.."

"Biarin kaya gini dulu mas. Aku hampir aja mau mati muda"

Telinga haruto memerah degupan jantungnya terasa begitu cepat dengan tangan gemetar ia memberanikan diri membalas pelukan jeongwoo yang terasa begitu nyaman.

Baiklah ia akan bertanya kepada jeongwoo nanti saja alasan pria manis itu tiba-tiba lari. Haruto menyamankan dirinya untuk masuk ke dalam ceruk leher jeongwoo.

"Jangan bikin mas khawatir lagi" ucapnya disamping telinga kiri jeongwoo bikin anaknya ngeblush gak semua orang kuat termasuk jeongwoo, haruto selalu begitu dan ternyata gak ada yang berubah sama sekali.

Jeongwoo ngerematin tangannya di kemeja haruto sebelum ngedorong dada bidang pria itu.

"Udah ah pelukannya aku sesek gak bisa nafas"

"Ayo pulang. Kamu belum makan malem jadi mas pesen lagi buat dibawa pulang sekalian buat orang dirumah"

Haruto melihatkan tangannya yang membawa beberapa box nasi berisi ayam bakar yang jeongwoo pesan sebelumnya. Mata jeongwoo berbinar ah ia saja lupa senyumnya mengembang lalu menyetujui saran haruto.

"Sini jalannya kenapa jauh-jauh gitu dek" haruto tertawa melihat tingkah jeongwoo yang berjalan menjauhi dirinya.

"Berisik. Hush hush sana aja jalan duluan" ia merengut malu hanya karena mendapat panggilan "dek" dari mulut haruto setelah sekian lama.

"Ututu gemes banet. Cini bayi"

Bukannya menjauh haruto berusaha berjalan disampingnya sembari berucap dengan suara husky. Pipi jeongwoo sukses memerah padam.

"Ish jangan panggil bayi. Aku bilang duluan aja–Ahaha geli ampun!"

Haruto mengelitiki pinggangnya hingga ia tak bisa menahan untuk tidak tertawa dengan pasrah ia berjalan beriringan bersama haruto disampingnya.

"Simulasi di altar nanti" ujar haruto sambil tersenyum tampan, jeongwoo yang mendengar mendelik namun tanpa haruto sadari ia tidak bisa menahan senyumnya.

_

Enaknya mas har sama dek gia nikah di chapter berapa ya..

Mas Har%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang