Third

1.7K 203 13
                                    

"Oh shit."

Jeongwoo bergumam tatkala manik matanya melihat siluet yang tak asing lagi di matanya. Orang ngebosenin selain ayahnya alias haruto ada tepat di satu ruangan bersamanya.

Buru-buru dia tutup mukanya pake kipas slay. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat memikirkan bagaimana lelaki dewasa itu akan menyadari keberadaannya yang sedang cosplay jadi betit.

"Permisi nyonya"

Mampus.

Haruto berdiri sempoyongan sambil membereskan kekacauan dengan kikuk. Lelaki itu memanggil sambil membenarkan tatanan rambutnya. Ia langsung berbalik membelakangi.

"A-anda siapa?"

Mulut sialan mengapa ia begitu gugup, lihat bahkan tangannya gemetar dengan cepat ia menutupi salah satunya di bawah meja. Mengapa adegan ini lebih menegangkan daripada mencuri uang sepuluh ribu dollar sang ayah.

"Sebelumnya, mohon maaf atas kributan yang saya lakukan diruang anda dan mengganggu privasi anda. Saya travis" haruto berbicara dengan penuh kesopanan bahkan ia tidak memintanya untuk berjabat tangan.

Mendengar nama asing itu, jeongwoo mengernyit. Mengapa calon tunangannya menggunakan nama samaran? Tidak mau ambil pusing ia mengangguk.

"Zendaya"

Jangan tanya kenapa ia memilih nama itu, ia sudah mendaftarkan namanya di kapal ini dengan nama samaran itu. Gila? Memang. Nama itu keluar begitu saja saat ia menonton film laba-laba bersama wanita eksotis bernama zendaya.

Ia mengintip melihat haruto masih mempertahankan wajah tak bisa ditebaknya itu. Terlihat dingin dan menjaga jarak. Apa mungkin ia berpakaian wanita jadi lelaki tua itu tidak mau berada di dekatnya? Dasar sombong dan sok jual mahal!.

"Bisakah saya meminta kemurahan hati anda sekali lagi jika berkenan?" Tanya haruto bikin jeongwoo memaki dalam hati. Perasaannya mulai tidak enak.

"Tentu"

"Jika ada seseorang yang mencari saya diruangan ini bisakah anda menjawab tidak melihat?" Satu permintaan yang rumit.

Haruskah ia terima? Otak pintarnya sudah memasang alarm untuk ini namun entah kenapa ia tidak bisa menolaknya.

Tokk tok

Suara ketukan di depan sana menyadarkan jeongwoo ia melirik ke arah pintu ruangannya lalu menengok ke arah haruto yang menghilang. Paham akan situasi jeongwoo langsung memasang wajah biasa walaupun sedikit menggerutu di dalam hati.

"Tunggu sebentar"

Cklek

Pintu hanya terbuka sedikit menampilkan lelaki tinggi besar dengan otot yang sudah jeongwoo pastikan jika seseorang macam-macam kepadanya maka akan berakhir di IGD. Nyeh

"Maaf nyonya apakah ada orang bernama travis di ruang ini?" Katanya dengan memperlihatkan foto wajah haruto yang sama sekali tidak ia kenali, di foto itu haruto tampak seperti boss mafia dibandingkan pengusaha kaya raya. Apa yang disembunyikan lelaki monoton itu sih? Menyebalkan.

Melihat jeongwoo hanya diam saja, pria besar itu melirik ke dalam ruangan melalui matanya. Dan tidak melihat lelaki yang ia cari tapi entah mengapa pria bernama travis ini berada disekitaran sini pikirnya.

"Saya tidak pernah melihatnya. Lelaki itu tidak ada disini tuan"

Mendengar itu pria besar itu menajamkan matanya dan pamit. Rasanya jantung jeongwoo lega ia buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Siall dia tidak mau mati muda ia masih ingin bermain dengan lelaki-lelaki cantik dan imut.

"Terimakasih nyonya zendaya" ucap haruto penuh penekanan di akhir membuat jeongwoo yang baru berbalik langsung mematung.

Haruto menatapnya datar dan sedikit tersenyum miring, sial apakah ia ketahuan? Oh kipasnya! Jeongwoo melirik kipas itu yang tergeletak di atas sofa. Ia tersenyum kaku. Oasu.

¤||¤

"Awas kalo lo ngasih tau ini ke ayah!"

"Jangan mengancam saya. Lagian apa yang sedang kamu lakukan jeongwoo? Dengan pakaian itu" Haruto melihatnya sambil sedikit terkekeh melihat penampilannya membuat ia malu setengah mati.

"Berisik brengsek. Lo juga siapa travis? Jangan bilang lo sebenernya ke lilit hutang bertriliun atau lebih parah lagi lo main judi ya sampe dikejar rentenir? Ngaku aja" kata jeongwoo tersulut emosi membuat haruto menatapnya datar.

"Tidak mungkin saya mencari nafkah untuk istri saya nanti dengan uang haram" mendengar perkataan haruto membuat jeongwoo entah kenapa jadi salting. Brengshek

"Saya tidak bercanda. Kamu harus ikut kabur dengan saya jika tidak mau mati terbunuh sia-sia ditangan mereka"

Alis jeongwoo berkerut. Sekarang saja dia sedang kabur mencari sang kakek masa iya harus ikut kabur mengikuti haruto. Ia langsung mengendikan bahunya malas.

"Ada juga mereka yang bakal mati ditangan gue" sinis jeongwoo lalu menendang peralatan memanahnya dihadapan lelaki itu membuat haruto mengernyit melihat tas coklat panjang milik jeongwoo ia tidak bodoh dengan apa yang ada di dalam itu.

"Kamu bisa memanah?" Tanya haruto membuat jeongwoo mengangguk sombong.

"Bukan itu aja sih gue juga bisa macam-macam bela diri tingkat profesional. Jadi bukan gue yang bakal mati disini tapi lo om-om kaku" lihatlah pasti haruto iri dan tidak jadi untuk menikahinya karena ia bukanlah lelaki yang pantas untuk disodok. HAHA

"Saya tidak akan mati sebelum menikahi lelaki keras kepala di depan saya ini" mendengar ucapan cringe itu jeongwoo langsung mual. Haruto hanya menikmati reaksi jeongwoo, menggemaskan pikirnya.

"Sebaiknya kita kabur dari sini sebelum orang-orang itu datang ke sini jeongwoo" haruto berdiri dan akan menarik jeongwoo namun jeongwoo menggeleng.

"Entah apa urusan lo diluar sepengetahuan ayah. Gue gak mau ikut campur" mutlaknya membuat haruto menghela nafas. Dasar keras kepala.

"Untuk itu agar saya bisa menjaga kamu tetap aman. Kamu harus ikut" tanpa aba-aba haruto menggendongnya seperti karung beras.

"Hey gue bilang gue gak mau ikut campur sial–!"

"Tuan travis menyerahlah dan ikut kami" suara bariton itu terdengar tatkala haruto membuka pintu. Jeongwoo mendecak sebal sial pada akhirnya ia malah terjebak dengan lelaki angkuh dan monoton ini.

Di depan pintunya sudah banyak yang menunggu haruto dengan menggunakan pakaian hitam dan muka yang ditutupi seperti ninja termasuk pria berbadan besar yang setengah jam lalu mengetuk pintu ini dengan pistol yang tersembunyi di dalam baju mereka.

"Persetan. Jeongwoo mari kita menyebur ke dalam laut" mendengar perintah itu jeongwoo melotot.

"Dasar pecundang kalau mau mati jangan mengajakku sialann ini diluar dari rencana" dan selanjutnya nyawanya terasa melayang saat haruto melompat bersamanya membuat orang-orang yang mengejarnya kesal dan untuk kesekian kalinya mereka gagal tidak bisa mendapatkan lelaki bernama travis.

Mas Har%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang