Once

2.4K 242 31
                                    

"SIALLL"

Bugh

PRANGG

Jeongwoo mengerjap kaget dan mengelus tengkuknya ketika melihat kaca toilet restorant mahal ini pecah karena pantofel miliknya. Dengan hati-hati ia mengendap keluar.

Melihat keluar situasinya aman dan dia tidak kepergok siapapun senyum terulas di bibir merah muda alaminya setelahnya menghela nafas lega. Dengan santai jeongwoo membereskan kekacauan dan merapihkan tatanan pakaiannya.

"Kamu sudah selesai?"

"Anjing"

Jantungnya berdegup kencang menatap seorang pria di depannya yang terlihat santai melihat sekitar setelah itu mendekat ke arah calon tunangannya.

"Kamu tidak apa? Saya khawatir kenapa kamu bisa lama di dalam sana. Apalagi ketika mendengar suara benda yang pecah–hmph"

Dengan cepat mulut haruto di tutup rapat, jeongwoo melotot menatap haruto yang terkejut dan kebingungan. Ia pun menarik haruto ke depan pintu toilet dan memperlihatkan apa yang terjadi di dalam sana.

Jeongwoo memalingkan wajahnya saat haruto mematapnya mengintimidasi sial dia tidak sengaja. Kenapa juga kaca di restoran mahal ini sangat rapuh.

"Puas kan? Sekarang lo tutup mulut dan jalan di samping gue seolah gak terjadi apa-apa"

Melepaskan tangannya dari bibir haruto. Jeongwoo berjalan mendahului bukannya menyusul haruto mengeluarkan ponsel bikin jeongwoo panik dan mendekati haruto.

"Gila lo mau cepuin gue ke semua orang?"

Haruto hanya menatapnya datar bikin jeongwoo mendecih kesal. Ia menyesal memperlihatkan kaca di toilet tadi, sudah pasti dia akan mendapatkan hukuman dari maminya.

"Ya, Cepat ganti kacanya. Saya tidak ingin menunggu lama setelah itu kabarkan saya jika sudah dibereskan" sambungan terputus ketika haruto menutup sepihak telponnya. Jeongwoo yang menguping menggigit pipi bagian dalamnya.

"Ayo. Kamu mau mencari udara segar sama saya?"

Pertanyaan itu bikin jeongwoo mengangguk cepat dan kaku, haruto tersenyum miring. Gemas sekali pikirnya.

"Ya–iyalah! Huh siapa juga yang mau lama-lama duduk tegak di meja makan yang ngebosenin itu" dengan cepat jeongwoo mendahului haruto sambil melirik ke belakang memastikan lelaki berwibawa itu mengikutinya.

¤||¤

"Euuu"

Jeongwoo tersenyum senang saat bisa sendawa sehabis memakan tiga cup mie instan yang sudah lama ia rindukan.

Omong-omong setelah drama kaca toilet pecah, jeongwoo menarik haruto untuk ke mini market dan disinilah mereka duduk berdua dengan banyak camilan di atas meja.

"Saya pikir kamu suka makanan pedas"

Haruto menatapnya tak lupa dengan wajah yang kaku dan monotonnya itu, jeongwoo menumpukan dagunya dan melihat lelaki itu dari samping sambil memicing.

"Gue tebak karena gue suka buat onar dan marah-marah lo nuduh gue suka pedes ya kan?"

Haruto tersenyum kecil bahkan jeongwoo aja gak sadar. Dengan sama haruto juga ikut menumpukan dagunya menatap manik serigala itu yang menatapnya menuntut.

"Saya tidak berkata seperti itu. Kamu tersindir?"

"Ohok!–ehem em"

Jeongwoo menetralkan tenggorokannya yang sempat tersedak saat mendengar dan merasakan bagaimana tiap hembusan dingin yang diucapkan haruto tercium sangat memabukan.

"Dih pd gila. Mana ada seorang jeongwoo giandra angaksa kesindir? Dan gue gak suka pedes karena gue suka gak kenyang kalau makan inget itu!"

"Saya akan mengingatnya"

Haruto menggangguk mengerti dan menatap ke depan sambil mengernyit merasakan asam luar biasa dari permen yang baru ia makan, jeongwoo menatapnya gak percaya.

"Gue cuman boong ish. Cepet lupain"

"Omong-omong siapa nama lo? Kita belum kenalan bener" tanya jeongwoo lumayan penasaran, haruto menatapnya sekilas dan terkekeh.

"Saya kira kamu tidak sudi mengenal saya lebih jauh"

"Bisa gak sih gak nyindir terus?" Kesal jeongwoo cepat. Haruto mengendikan bahu dan menatap lurus ke depan, tak mendapat respon jeongwoo makan dengan cepat.

"Gue gak salah kan nanya? Cuman mau tau doang susah banget ngejawabnya" gerutu jeongwoo kesal dalam hati.

"Haruto kaesang dirgantara 27 tahun, tidak ada alergi, saya menyukai sains dan terfokus satu tujuan. Bekerja keras merupakan sifat saya"

Mendengar nya jeongwoo ngedongak dia natap haruto yang mengucapkan itu dengan datar dan berbalik menatapnya.

"Bosenin banget. Hadeh lo itu belum kakek-kakek tapi apa cuman itu? Gak sekalian motongin rumput tiap pagi?"

"Saya tidak suka direndahkan dan dianggap remeh" tambah haruto membuat jeongwoo mengerti.

"Angkuh, kaku dan monoton. Lo gak pernah nyoba hal baru apa?" Tanya jeongwoo penasaran. Haruto menatapnya lamat dan mencubit keras hidung jeongwoo.

"Saya akan menjawab semua pertanyaan di kepala kamu jika kita sudah menikah nanti"

"Oke lebih baik gue gak usah tahu. Karena kita gak bakal nikah paham? Gue gak suka paksaan"

Setelah berkata seperti itu jeongwoo memeletkan lidahnya, haruto tersenyum miring menahan agar tidak memeluk lelaki di sampingnya tanpa izin.

"Jika kamu bertingkah gemas seperti itu. Saya akan memajukan hari pernikahan kita secepatnya"

Pukulan keras haruto dapatkan di wajah tampannya, jeongwoo menatapnya kesal dan emosi.

"Baik saya minta maaf. Ayo saya antarkan kamu ke rumah, tidak baik calon pendamping saya berkeliaran di malam hari dengan angin yang menyengat kulit"

Mendengar itu jeongwoo langsung mendrama seakan ingin muntah tapi hatinya menghangat ketika haruto menaruh mantelnya di bahunya.

"Berisik. Gue bisa pulang sendiri kakek bau tanah wle"

_

Mas Har%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang