Six

1.1K 115 1
                                    

"Ck. Bangke ini dimana sih"

Jeongwoo garuk tengkuknya pas buka maps di hoogle. Kemarin malam dengan pasrah ia harus menceritakan seluruh perjalanan dan misi nya mencari sang kakek kepada dirgantara agar pria itu mengerti.

Untunglah pria itu juga memiliki urusan jadi ia mendapat izin dengan syarat harus berhati-hati. Karena sang paman pun tinggal di daerah ini, apalagi haruto yang kepergok oleh bawahannya saat di ferry.

Drrt..drrt

Haruto menelfonnya membuat ia menghela nafas ini sudah yang ke lima kali pria itu menelfonnya seperti ini. Bagaimana jika bawahan pamannya menemukan dia dan menjadikannya sebagai sandera untuk menggertak haruto sendiri.

"Mas gak usah telfon terus bisa gak sih?"

"Gak bisa mas khawatir. Posisi kamu dimana sekarang?"

"Engga tahu. Dari tadi udah liat map tetep gak nemu kemana kakek pergi dan tepatnya aku ga–Argh"

"Jeongwooo!"

Tut–.

Sambungan terputus saat tiba-tiba ada seseorang yang mencekik lehernya kuat. Wajahnya memerah saat oksigen mulai habis dari tubuhnya, jeongwoo dengan cepat menendang tulang kering pria asing dibelakangnya.

"Huft..huftt.. siapa lo?"

Pria itu langsung membuka topengnya dan menatapnya dengan senyum miring. Mata serigalanya langsung membulat dan mulutnya dengan refleks langsung mengumpat.

"Senang bertemu denganmu lagi manis"

Paman haruto. Tubuhnya bergetar ketika pria itu mendekatkan diri ke arahnya ia mundur sedikit demi sedikit seirama dengan langkah pria itu.

Bruk

Ponselnya terjatuh membuat ia melihat ke bawah dan beralih menatap paman haruto sekaligus trauma terbesarnya. Pikirannya tak bisa berfikir jernih sekarang ingatan kelam itu terus terbayang.

"Mendekatlah. Tidak ada tempat untuk kau kabur lagi karena aku merasa terkesan saat kita bersatu"

"Bajingan cabul jauh-jauh lo brengsek"

Srakk

Dengan cepat jeongwoo mengambil busur panahnya dan melepaskan panah miliknya ke arah pria tua itu. Sayangnya panahnya meleset hanya tergores wajahnya saja berdesis kesal melihatnya.

"Kau menjadi atlet panah sekarang? Menarik aku jadi ingin memiliki boneka seperti mu"

Sang paman mengeluarkan pistol dan melayangkan pelurunya satu persatu dengan tembakan yang memekakkan telinga. Warga yang sedang melakukan aktivitas dengan tentram langsung berhamburan kabur agar tidak menjadi sasaran tembakan brutal.

"Ingat kau tidak bisa bersembunyi manis"

Jeongwoo menetralkan nafasnya dibalik tembok gedung sial jantungnya berdegup kencang dan idiotnya mengapa tadi ia bisa menjatuhkan ponsel yang diberikan haruto.

¤||¤

"Travis kau baik?"

"Maaf sam. Saya harus pergi"

jubah berwarna putih miliknya ia lepas digantikan dengan kemeja bersalur biru yang melekat ditubuh tegapnya, dengan cepat ia berlari mengambil mobil sedannya dan menyalakan mesin dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Paman mengapa kau menyebalkan sekali huh?!" Kesal haruto sembari menggertakan giginya.

"Humpphh..blurbl blurbl"

"Rasakan itu sialan beraninya kau menendang kebanggaanku" umpat pria tua itu sembari mendorong wajah jeongwoo ke tangki berisi air.

"L-lepaskan aku kakek tua bajingan hah" jeongwoo mengambil nafasnya banyak-banyak saat rambut belakangnya ditarik ke atas sebelum kepalanya di masukan lagi ke dalam tangki berisi air.

"Mati saja kau sialan"

Nafasnya tercekat jeongwoo menutup mata untuk memikirkan ide agar bisa mengibuli pria tua itu. Terfikir ide cemerlangnya, ia langsung melemaskan badannya dan mulai menutup matanya pasrah.

Ketika tidak ada perlawanan dari jeongwoo sang paman melepaskan jemarinya dari helaian rambut jeongwoo. Sedangkan lelaki manis bermata serigala itu tersenyum miring sebelum ia mendengar suara yang tak asing.

"Jeongwoo giandra!"

Shit. Oksigennya udah mulai menipis sang paman melototkan matanya ketika melihat haruto datang, matanya tak sengaja melihat ada gelumbung dari tangki air itu dengan cepat ia menarik kepala jeongwoo dan menaruh pisau di lehernya.

"Hah..hahh keparat dasar om-om tua lo ngacauin rencana guee" gumam jeongwoo saat menatap haruto yang kini berdiri dihadapannya.

"Diam disana atau aku bunuh kekasihmu bocah keparat!" Ancam sang paman sembari mendekatkan bilah pisau itu Ke leher kulitnya.

"Hah. Kau pikir kau siapa berani mengancamku?"

Haruto berjalan mendekat kearah keduanya membuat pisau itu kini mulai menggores lehernya. Jeongwoo mendesis merasakan perih.

"Aku akan membunuhn–"

BUGH

"Ucapkan itu saat kau bisa terbangun dari mimpimu paman" haruto memukul kepala pria itu dari samping dengan sekuat tenaganya. Pria itu langsung menarik jeongwoo kedalam pelukannya.

"Sudah ku bilang aku akan melindungimu"

Ujar pria itu sembari tersenyum tampan dan mengelus rambut jeongwoo yang basah lembut. Setelah sadar jeongwoo mengerjapkan matanya dan langsung mendorong kuat badan haruto.

"Mas ngehancurin rencana gu‐aku!"

"H-hah? Emang apa rencana kamu saya gak tahu gia" jawab haruto polos sembari menatapnya kebingungan.

"Cari tau aja sendiri. Nih bawa sana paman kamu" kesalnya dan menarik badan paman haruto yang sudah terkulai lemas.

"Saya hanya ingin nolong kamu hey jeongwoo kaesang dirgantara!" Teriak haruto membuat lelaki manis itu membalikan badannya.

"Tolong jangan marah" ujar pria tampan itu dengan wajah yang merasa sangat bersalah.

Ngeliat itu tawa jeongwoo lepas mengapa calon tunangannya itu sangat mengemaskan.

"Haish nyebelin muka kamu ganteng banget sih. Aku pergi dah jangan nyariin aku cuma mau cari kakek"

Mata haruto langsung terpesona melihat tawa manis jeongwoo yang membuatnya terlihat seperti gula jawa. Telinganya memerah degupan jantungnya membuat ia menggigit pipi dalamnya.

"Saya tunggu kamu dirumah sayang"

Mas Har%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang