Chapter 46

33.2K 2.8K 1K
                                    

Follow sebelum baca
Vote dan Coment sesudah membaca:))


Happy Reading
.
.
.
.
.
.


Dipagi hari, Ali sudah menyuapi zahra dengan buburnya. Dengan telaten ia menyuapi zahra dan sesekali mengajaknya bicara, meskipun bayi mungil itu tidak mengerti bahasanya.

“Bang ali!” panggil tania

“Hmm” gumam alif

“Tania mau izin ke supermarket bentar ya, mau beli makanan”

“Abang lagi nyuapin zahra, kamu ajak reza gih buat anterin kamu” kata ali

“Tania sendiri aja bang. Lagian juga deket sini kok”

Ali menatap sang adik yang menatapnya cemberut. Ia terkekeh pelan melihatnya. Tania adalah adik perempuan satu satunya yang harus ia jaga.

“Nggak boleh. Harus ditemani reza” kata ali tegas

Tania menghentakkan kakinya kesal. Padahal tadi ia niatnya untuk sekalian jalan jalan, kenapa juga harus diteman reza. Dengan cemberut tania kembali masuk kedalam untuk memanggil reza agar menemaninya.

Disisi lain, Fiza menemani sang bunda untuk berbelanja. Kejadian kemarin sudah ia coba untuk lupakan. Ia tidak ingin berlama lama kembali bersedih, karena sudah cukup baginya bertahun tahun merasakan kesedihan. Kalaupun nanti ia ditakdirkan untuk bertemu kembali dengan suaminya, ia sudah menyiapkan mental dan hatinya dengan keputusan suaminya. Entah itu kembali bersama atau berpisah.

Untuk saat ini biarkan ia menenangkan hatinya dulu tanpa memikirkan hal berat. Dan untuk suaminya, Insyaallah fiza mengikhlaskan jika memang dia telah menikah kembali.

“Bunda!” panggil fiza

“Iya nak, kenapa?”

“Fiza mau kesana dulu, boleh? Mau cari makanan”

“Boleh nak. Nanti bunda susul” kata bunda amira tersenyum

Dengan wajah cemberut tania memasuki pusat perbelanjaan dengan reza yang mengekorinya dari belakang. Sebenarnya reza tadi juga tidak ingin menemani tania. Tapi, karena paksaan dari sang abang membuat ia mau tidak mau harus menemani tania.

“Teteh kenapa sih mukanya cemberut gitu?” kata reza malas

“Ini gara gara bang ali. Padahal tadi niatnya teteh mau pergi sendiri sekalian jalan jalan, tapi abang nggak ngebolehin”

“Yaudah sih, gitu aja cemberut”

Tania berdecak malas mendengar jawaban reza. Mereka munuju rak makanan dengan keranjang ditangan reza. Beberapa kali reza menghela nafasnya kasar, karena sejak tadi tania berkeliling tapi tidak ada satupun makanan yang dia ambil.

“Ck, teteh niat belanja nggak sih. Reza udah capek keliling tapi nggak ada satupun makanan yang teteh ambil” kesal reza

“Bentar rez, belum ada yang cocok” kata tania santai

“Astagfirullah, makanan sebanyak ini nggak ada yang cocok?”

“Bukan nggak cocok. Tapi belum cocok rez, teteh belum nemuin camilan kesukaan teteh. Sabar kenapa sih”

Saat sedang berdebat, mata reza tidak sengaja menangkap sosok perempuan yang kesulitan untuk mengambil makanan yang ada dirak snack. Reza mendekat kearah wanita itu dan membantunya dari arah belakang. Tania yang melihat reza pergi meninggalkannya, terpaksa ia harus mengikutinya.

Insyaallah Sah ( TERBIT ✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang