Chapter 53

48.1K 4.3K 1.2K
                                    

Follow sebelum baca
Vote dan Coment sesudah membaca:))

Maaf ya baru up! Part ini detik detik Ending ya:)

Sedikit cerita, jujur aku nulis dipart ini nyesek banget dibagian Fiza😔

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Sudah 3 hari Ali dirawat dirumah sakit, sekarang ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Ali tidak ikut kembali ke Bandung bersama orang tuanya. Ia kembali ke rumah Bunda Amira untuk menemani sang istri.

“Bunda!” panggil Fiza

“Iya, nak! Ada apa?”

“Perkataan bunda yang meminta Fiza untuk bercerai dengan Mas Ali, Fiza menyetujuinya bunda” lirihnya

Deg
Tubuh Bunda Amira mematung mendengar perkataan putrinya. Waktu itu memang beliau sempat ingin putrinya bercerai, tapi setelah melihat perjuangan Ali beliau berubah pikiran. Bahkan waktu dirumah sakit keluarga Aisyah sudah meminta maaf pada beliau.

Bunda Amira berlutut dihadapan putrinya. “Kenapa kamu tiba tiba berkata seperti itu, nak?”

“Fiza merasa nggak pantas menjadi istri Mas Alif, bunda! Fiza hanya perempuan lumpuh, Fiza takut akan menyusahkan Mas Ali nantinya”

“Bukankah seharusnya seorang istri melayani kebutuhan suaminya? Kalau Fiza lumpuh, Fiza nggak bisa melayani dan menyiapkan segala keperluan Mas Ali, bunda!"

“Apalagi setelah kecelakaan itu, Dokter mengatakan jika Fiza sulit untuk hamil lagi. Lalu bagaimana jika Mas Ali ingin memiliki keturunan? Fiza nggak bisa memberikan itu semua, bunda”

Fiza menangis tersedu meluapkan segala isi hatinya. Jika ia kembali bersama, Fiza takut suaminya tidak bisa menerima keadaannya yang seperti sekarang. Suaminya dari keluarga terpandang, mana mungkin dia memiliki seorang istri yang banyak sekali kekurangannya.

"Bahkan Fiza belum menceritakan soal Fiza yang sulit untuk hamil lagi"

“Fiza takut Mas Alif tidak bisa menerima kekurangan Fiza, bunda!”

“Kata siapa?”

Deg
Bunda Amira menatap kearah Ali yang berdiri tepat dibelakang tubuh putrinya. Sejak tadi ia mendengar semua perkataan istrinya. Hatinya ikut tersayat mendengar setiap perkataan Fiza yang merendahkan dirinya sendiri. Padahal ia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Cukup dengan kembalinya Fiza sudah membuat dunianya kembali.

“Kata siapa mas tidak bisa menerima segala kekurangan kamu, hmm?” kata Ali

Ali berlutut dihadapan Fiza dengan mengenggam kedua tangan istrinya. Ia menghapus air mata Fiza yang mengalir dipipi putihnya.

“Mas akan selalu menerima segala kekurangan kamu, Fiza. Lagipula kamu seperti ini karena mas” kata Ali menunduk

“Cukup dengan kembalinya kamu dikehidupan mas sudah membuat mas bersyukur. Kamu adalah rumah bagi, mas. Sejauh apapun kamu akan pergi meninggalkan, mas akan tetap menemukan kamu”

“T-tapi Fiza…”

“Kita berjuang bersama, memulai semuanya dari awal”

“T-tapi Fiza nggak bisa sembuh, mas! Bahkan Fiza nggak bisa memberikan Mas Ali keturunan”

“Fiza dengerin, mas!”

Ali menangkup wajah Fiza agar dia menatapnya lekat. “Bukan tidak bisa, tapi belum. Mas akan selalu disisi kamu, sampai kamu benar benar sembuh. Percaya sama mas!”

Insyaallah Sah ( TERBIT ✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang