39: Hadiah

151 25 2
                                    

Sebelumnya kami mohon maaf dengan sebesar-besarnya udah bikin kalian semua nunggu lama selama berbulan-bulan cerita ini.

Ada gak yang ngira kalo cerita kita gak akan dilanjutkan karena saking lamanya kita update? Hehe maaf yaa udah bikin kalian nunggu. Selain karena memang waktu yang dapat, kemauan buat nulisnya kadang susah bangettt... padahal niatnya udah ada.

Intinya kami minta maaf ya udah bikin kalian semua nunggu 🙏🥲

Sebelum baca chapter ini kalian udah sholat gak? Jangan lalaikan sholat hanya untuk membaca cerita kami yaa☺️

Akhir-akhir ini kami sering was-was, takut kalau kalian baca cerita yang kami buat malah bikin kalian lalai dalam perintah dari Allah.

Dan ingat Ambil baiknya saja. Buruknya buang dan abaikan. Typo tandain yaa bestie till jannah🤍

Happy reading🤗



"Persahabatan itu bukan tanpa adanya perselisihan. Namun apapun situasinya, kamu akan selalu belajar saling mengerti dan memperbaikinya."

🌼🌼🌼

"Ayo, Ya. Kamu lama banget, ih." Keluh Ana yang sedang menunggu Liya bercermin sedari tadi.

"Iya, Na. Bentar lagi selesai." Sahut Liya yang tak memalingkan kepalanya dari cermin besar itu.

"Bang Rafan sama Kak Faruq udah nungguin, tuh.

"Iya, iya. Ini udah kok." Jawab Liya dan berjalan menuju sofa tempat Ana menunggunya.

Keduanya pun keluar kamar mendatangi Rafan dan Faruq yang sudah menunggu mereka dari tadi di ruang tengah.

"Lama banget kalian." Celetuk Rafan yang sudah lama menunggu mereka berdua.

"Ini. Tadi nungguin Liya lama banget dandannya." Tunjuk Ana kepada Liya.

Liya yang di tunjuk pun hanya bisa menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal dan diiringi senyuman tanpa rasa bersalah.

"Udah, yok jalan." Seru Faruq.

Mereka berempat pun langsung melenggang keluar agar tidak terlambat mengikuti acara.

Di tengah perjalanan, mereka berempat saling bertukar cerita. Tidak, lebih tepatnya hanya Liya yang begitu antusias menceritakan kesehariannya ketika di Swiss.

Tak lama, mobil milik Rafan pun sudah sampai di depan Masjid Agung Ar-Rasyid tempat acara majelis berlangsung. Sudah banyak kendaraan roda empat maupun roda dua terparkir rapi di area parkiran masjid.

"Kalian masuk duluan aja. Saya mau markirin mobil dulu." Titah Rafan kepada Faruq, Liya dan Ana.

Ketiganya pun keluar dari mobil dan segera mencari tempat duduk. Faruq memisahkan diri karena tempat duduk perempuan dan laki-laki memang di pisah. Karena sudah lumayan banyak hadirin yang datang, mereka mendapatkan tempat agak di belakang.

Sedangkan Rafan masih berkutik dengan setir mobil nya. Saat sudah menempatkan mobilnya di tempat yang pas, ia pun segera menyusul Faruq.

Saat baru beberapa langkah dari mobilnya, lewat seorang laki-laki dan perempuan berjalan beriringan lewat di sampingnya.

"Kak Dzaky sih, lambat. Kan kita hampir telat jadinya duduk di belakang, deh." Omel perempuan itu kepada lelaki di sampingnya.

Dzaky?

Tiba-tiba Rafan teringat nama yang pernah ia dengar sebelumnya. Tapi ia lupa siapa itu.

Selang beberapa detik...

Let's go To JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang