16: Penyakit Liya

373 38 0
                                    

"Mungkin dosaku sudah menumpuk oleh karena itu Allah memberikan penyakit agar dosaku berkurang."

-Nur Amaliya

🌼🌼🌼

Pagi yang cerah, Liya dan Ana sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas barunya karena hari ini adalah hari pertama dimana mereka sudah resmi menaiki kelas 12.

"Eh, Na. Temenin aku ke kantin dulu dong mau beli minum bentar." Ajak Liya.

"Boleh. Aku juga mau beli, Ya."

Saat kedua gadis tersebut menuju kantin tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Liya dari arah belakang.

"LIYA!!!" Seru laki-laki yang memakai kemeja putih lengkap dengan celana panjang yang berwarna hitam seraya berlari kecil menghampiri dua gadis tersebut. Liya yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke sumber suara dan diikuti oleh Ana.

"Eh kak Rama. Kenapa kak?" Tanya Liya kepada laki-laki yang bernama Rama itu.

Aditya Ramadhani adalah Guru baru mata pelajaran Fisika di SMK Pelita Bangsa sekaligus Kakak kelas hoddy hitam yang dikagumi oleh Liya namun hanya Liya, Ana, dan Allah yang mengetahui hal itu. Kak Rama adalah siswa tercerdas dan terpintar di angkatannya oleh karena itu Kepala Sekolah SMK Pelita Bangsa menawarkan kepadanya untuk menjadi guru fisika di sekolahnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Kak Rama.

"Mau ke kantin dulu Kak, baru mau ke kelas."

"Boleh bareng gak? Sekalian saya mau sarapan."

"Boleh Kak, Silahkan. Kakak jalan didepan kan Kakak cowo." Titah Liya dengan kekehan kecilnya. Lalu kak Rama melangkah di depan Ana dan Liya.

"Ingat, jaga batasan sama yang bukan mahram. Dan JANGAN BERHARAP LEBIH sama Kak Rama karena dia gak pekaan." Bisik Ana kepada Liya mengingatkan.

"Astagfirullah gak kok, Na. Ihh kamu nih." Dengus Liya.

"Ada apa?" Tanya kak Rama karena ia sedikit mendengar pembicaraan Ana dan Liya.

"E-eh gakpapa Kak gakpapa." Ucap Liya dengan gugup. Ana yang melihat tingkah laku Liya yang seperti itu pun langsung terkekeh dan dibalas dengan tatapan tajam dari sang empu.

Setelah beberapa menit kini Ana, Liya dan Kak Rama sudah berada di kantin.

"Bu Wiwi, Liya sama Ana beli Aqua." Celetuk Liya setelah mengambil dua botol Aqua di dalam lemari pendingin.

"Iyaa, nak Liya."

"Nih uangnya, kembaliannya nanti aja pas istirahat Liya ambil." Ucap Liya lagi dengan menyodorkan uang 20 ribu.

"Biar gue yang bayar punya Ana!" Celetuk lelaki yang langsung menyodorkan uangnya kepada Bu Wiwi.

"Heh apaan lo? Kenapa-" Ucapan Liya terpotong karena kedatangan Ana.

Ana yang mendengar perkataan laki-laki tadi langsung beranjak dari duduknya menuju keberadaan Liya. "Nih Bu Wiwi uangnya pas." Ujar Ana dengan menyodorkan uangnya.

"Yaudah langsung ke kelas yuk, Ya. Males aku disini." Celetuk Ana dan langsung menarik tangan Ana keluar kantin.

"Kak Rama, Liya ke kelas yaa." Ucap Liya sedikit berteriak. Sempat-sempatnya Liya mengatakan hal itu kepada Rama.

"Iyaa. Semangat belajarnya." Sahut Kak Rama.

"Arghh...Gagal lagi, gagal lagi. Kenapa susah banget, sih." Batin Putra frustasi.

"Kenapa sih, Na. Tu cowo gak ada capek-capeknya ngejar kamu." Kesal Liya.

"Udah ah, Ya. Gak usah bahas dia lagi. Ngancurin mood aja tuh cowo. Astagfirullah."

Let's go To JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang