09: Jaga Jarak

336 49 7
                                    

"Sahabat mencarimu ketika yang lain mencacimu, Sahabat merangkulmu ketika yang lain memukulmu."

- Fiersa Besari

🌼🌼🌼

"Ehh kamu pernah ngagumin seseorang yang sekarang udah meninggal, Na?" Tanya Liya terkejut saat mendengar penuturan Ana barusan.

Ana yang baru menyadari perkataannya barusan langsung terdiam. "Astagfirullah kok bisa keceplosan sih." Batin Ana.

"ANA!!!" Seru Liya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ana yang tengah melamun.

"E-eh iya. Emm gimana ya jelasinnya." Bingung Ana. "Apa ini udah waktunya Liya tau ya." Batinnya.

"Kamu nyembunyiin sesuatu ya, Na? Ihh Ana mah gak seru!" Tukas Liya sambil bersedekap dada.

"Eh, enggak Liya. Itu kan masa lalu. Dengerin dulu makanya." Ucap Liya menenangkan.

"Yaudah iya ini aku dengerin dengan baik." Jawab Liya dengan gaya cetusnya yang dibuat-buat.

Ana hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang masih sering kekanak-kanakan. Ia pun mulai menceritakan kejadiannya di masa lalu kepada Liya.

Sepanjang ceritanya, Ana selalu tertunduk tak sanggup menampakkan kesedihannya di depan Liya. Ia yang selalu saja merasa sedih dan terpukul setiap kali mengingat kejadian tersebut. Namun, bukan sahabat namanya jika tak bisa merasakan kesedihan sahabatnya sendiri.

Liya yang mendengar kisah itu pun, menangis haru dan ikut terpukul dengan apa yang Ana rasakan saat itu. Tanpa pikir panjang, Liya langsung memeluk Ana guna menenangkan perasaannya. "Sabar ya, Na. Kita gak bakalan bisa mengelak takdir. Kita cuma bisa menerima dengan ikhlas. Walaupun kamu gak dapetin dia, In Syaa Allah kamu akan dapetin yang seperti dia atau bahkan lebih, percaya deh." Ucap Liya sambil mengusap pelan punggung Ana dengan lembut.

"Iyaa, Liya. Makasih banyak ya. Baru kamu orang pertama yang bisa bikin aku berani cerita hal ini." Jawab Ana dengan suara seraknya.

"Tapi...maaf ya, Na karena aku minta kamu ceritain ini, kamu jadi sedih." Ujar Liya sambil melepaskan pelukannya.

"Gakpapa kok, Ya. Berarti kamu adalah orang tepat untuk tau cerita ku." Jawab Ana sambil tersenyum manis.

"Tapi, Na. Kamu ada rasa trauma gak sih? Atau apa...gitu?" Tanya Liya penasaran.

"Emm trauma ya? Mungkin ada sih, seakan-akan kayak takut gitu, lho. Takut kejadian hal yang sama lagi." Jelas Ana.

"Gitu ya, Na. Tapi kamu gak takut nikah, kan?" Tanya Liya meyakinkan. Ia takut sahabat nya akan trauma mencintai seseorang sehingga itu membuatnya menolak lamaran seseorang suatu saat nanti.

"Hehe...belum tau sih, Ya. Kalau dia emang berusaha bikin aku luluh ke dia, berarti dia emang tulus sama aku. Dan apa orang seperti itu pantas untuk ditolak?" Jelas nya dengan nada bertanya.

"Iyaa, Na. Semangat terus, ya! Sekarang kita fokus belajar dulu dan fokus perbaikin diri aja. Mumpung masih muda, kan." Ucap Liya sambil merangkul pundak Ana.

"Bener banget, Ya. Makasih banyak ya, Liya." Jawab Ana membalas rangkulan Ana dengan lembut.

Apakah ada yang bisa mengalahkan tali persahabatan yang dibangun karena ketaatan kepada Allah SWT.?

Sungguh, jika kita memiliki sahabat seperti Ana dan Liya, jangan pernah lepaskan mereka. Genggam kuat tali itu jangan biarkan terlepas, apalagi terputus. Apapun masalah yang terjadi, selesaikanlah dengan baik, tanpa melibatkan ego masing-masing.

Let's go To JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang