Seminggu berlalu setelah percakapan terakhir Yoshi dengan sang Bunda. Sejak saat itu, sudah ada 2 orang yang dibawa oleh sang Bunda untuk mendekati Yoshi, namun hasilnya tetap nihil dan berkahir keduanya menyerah.
Tapi mungkin Yoshi harus bersyukur kali ini dan berterimakasih pada sang adik yang membawa serta anak nya untuk mengunjungi rumah. Hal itu nyatanya berhasil meredakan pertanyaan Bunda nya dan membuat sibuk wanita yang sudah digelari 1 cucu tersebut.
Ini hari libur bagi Yoshi, meski bisa saja ada panggilan darurat yang memanggil nya. Tapi bagaimanapun itu memang sudah kewajiban nya sebagai seorang dokter. Setidaknya sehari ini ia bisa tenang di hari liburnya dari pertanyaan menuntut sang Bunda pikirnya.
"Kamu yakin kak, masih mau lajang sampe sekarang?" Kini giliran Haruto yang penasaran akan apa yang Bunda nya terus bicarakan tentang kakak nya yang bersikeras untuk tetap melajang.
"Kamu seharusnya kan udah tau darimana penyebabnya, aku masih belum bisa lupain gimana dia yang liat aku sambil nahan tangis."
"Aku udah gagal Haru, itu semua salahku yang terlalu bodoh saat itu" Sorot mata Yoshi turun menatap lantai yang memantulkan samar dirinya.
Haruto tentu tau apa yang dialami sang kakak, ia masih ingat bagaimana hancurnya sosok yang selalu menjadi terlihat sempurna itu. Haruto rasanya tak mau menyalahkan kakaknya atas apa yang terjadi, ia tau itu bukan sepenuhnya salah kakaknya. Karena Haruto juga disana saat itu, ikut mematung bersama Yoshi dan tak bisa apa apa.
-
-
-
-"Ini bener kan, sekolahnya?" Gadis mungil dengan gigi nya yang masih tumbuh itu mengangguk semangat, ia tak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya di sekolah.
Yoshi rasanya ikut gemas pada ponakan satu-satunya itu. Ia disuruh Haruto untuk menemani malaikat kecilnya hingga pulang karena Haruto memiliki jadwal kuliahnya saat itu juga, ditambah istrinya yang biasanya menemani buah hatinya itu juga memiliki janji temu dengan dokter ditemani sang Bunda. Maka berakhirlah Yoshi kini menggendong anak manis tersebut menuju kelasnya di taman kanak-kanak.
Begitu masuk, Yoshi bisa melihat kira kira-kira 15 anak di dalam satu ruangan bermain kesana sini. Hanya dengan melihatnya sudah cukup membuat kepala Yoshi pening membayangkan para pengajar disini harus menghadapi para anak-anak kelebihan energi itu.
"Semangat sekolahnya, Kana!" Yoshi menurunkan gadis mungil itu dan memberi gestur semangat. Gadis mungil itu tersenyum lebar menunjukan rentetan giginya yang belum rapih. Menggemaskan.
Tet! Tet! Tet!
Suara bel masuk, nyatanta belum bisa membuat semua anak-anak di kelas itu berhenti dari kegiatannya, masih ada yang tetap berlari kesana kemari ataupun bermain dengan beberapa mainan di meja bundar warna-warni. Kanade pun sudah berbaur dengan keriuhan teman-teman nya sejak tadi.
Yoshi niatnya ingin jalan-jalan sebentar hingga waktu dirinya harus menjemput Kanade, sekalian untuk mencari angin segar daripada ia terus berdiam diri di rumah. Namun niatnya itu sepertinya pupus setelah sampai di parkiran dan melihat sosok yang begitu familiar baginya.
Matanya sedikit membesar, Yoshi bahkan sedikit tak percaya ia bisa bertemu dengan sosok yang bahkan terakhir ia ingat masih menginjak jenjang sekolah menengah pertama. Sosok yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri selain Haruto.
"Loh, kak Yoshi?"
"Asahi? Kamu udah gede sekarang."
"Udah lama si, terakhir kita ketemu kan aku baru masuk SMA pas itu. Dari situ aku juga udah ga pernah liat kak Yoshi lagi bareng sama kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma [ Yoshiho ]
FanfictionMengharapkan hubungan masa lalu yang penuh akan rasa sakit. Bukankah mereka hanya terus mengorek luka di masa lalu? "Kamu itu, sebuah rasa trauma di hidupku." -------------- Takata Mashiho Kanemoto Yoshinori Warn : Homosexual content