home

302 51 0
                                    

Benarkah hatinya telah kembali pulang?

•••

Mashiho terbangun dengan perasaan bingung saat merasakan dirinya sudah berada di sebuah ruangan yang tak ia kenali. Jika diamati, sepertinya kini ia berada di penginapan dekat pantai.

Tubuh Mashiho bangkit secara pelan, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang sembari mencoba menangkap kesadarannya secara penuh, ia mengerjapkan kedua matanya perlahan.

Kepalanya kembali memutar memori semalam yang membuatnya semakin pening. Keputusan gila yang akhirnya ia pilih akibat rasa frustasinya sendiri. Ia tak bisa lagi terus berbohong, ia masih menginginkan Yoshi meski egonya terus berkata tidak.

Mashiho pun bingung, benarkah ia sudah kembali membuka hatinya? Mungkin tidak, mungkin juga iya. Susah untuk Mashiho menjelaskan bahkan pada dirinya sendiri tentang perasaan nya. Tapi Mashiho paham, dalam dirinya memang masih menjalar perasaannya pada Yoshi.

Ia tahu, sangat tahu bahwa keputusan yang ia pilih akan berdampak besar pada hidupnya. Melupakan semua trauma nya juga bukanlah perkara mudah, bukan tak bisa, tapi memang sulit dan masih perlu waktu. Maka dari itu Mashiho sangat harus berdamai dengan dirinya sendiri. Mashiho memang sedang mencobanya sejak kemarin.

Lagipula ia sudah banyak sekali merenung. Tak hanya Yoshi yang menorehkan luka, tapi dirinya juga sama menorehkan luka pada sosok tersebut. Keduanya seakan terikat sebuah takdir  dimana mereka diharuskan saling menorehkan luka satu sama lain. Berat di posisi keduanya. Tapi berkat itu, Mashiho juga menjadi sadar bahwa perasaan nya memang sudah mengakar. Buktinya meski sudah tersakiti dan di emban oleh waktu dan jarak, ia akhirnya memilih kembali pulang pada dekapan cinta pertamanya.

Percuma. Mau sekeras apapun egonya menolak, hatinya sudah terlanjur dibawa Yoshi. Seakan magnet, Mashiho sadar ia akan selalu kembali mengagumi sosok rupawan Yoshi dan memberikan ruang tersendiri di benak nya. Sedalam apapun Mashiho mencoba mengubur perasaannya pada Yoshi, lagi lagi perasaan itu malah semakin tumbuh. Ditambah berbagai perhatian dan perlakuan yang kadang membuat nya merindukan bagaimana kedekatan keduanya dulu. Mashiho akhirnya kembali luluh akan semua perlakuan Yoshi untuknya.

"Kamu gapapa?"

Mashiho tersentak kecil saat mendengar suara Yoshi dari arah pintu. Sosok tersebut berdiri membawa makanan dengan senyuman lembut yang bertengger di wajahnya.

Degup jantungnya berdetak kencang. Ia masih mengingat dengan jelas malam kemarin, semburat merah sudah muncul hingga ujung telinga Mashiho memerah.
Melihat sosok Yoshi di pagi hari meski hanya dengan kaos dan celana biasa, rasanya sudah cukup untuk membuat seorang Mashiho kembali jatuh hati untuk kesesekian kalinya.

"Sarapan ya, aku suapin?" Yoshi sudah mendudukkan dirinya di dekat Mashiho.
Ketika sebuah gelengan menjadi jawaban untuk tawaran nya, tangan Yoshi tetap terangkat dengan sebuah sendok yang sudah berisi makanan.

"Buka mulutmu, aaaa~."

"Aku bisa sendiri" Mashiho menolak, tangannya mengambil alih makanan yang Yoshi bawakan dan mulai memakannya dengan lahap sembari mengalihkan pandangannya. Entah mengapa ia merasa gugup berdekatan dengan Yoshi, tapi ia juga merasa tenang.

Senyum Yoshi tak tertahankan, wajahnya menahan gemas pada sosok yang lebih muda darinya tersebut. Rasanya ia tak akan pernah bosan memandangi sosok Mashiho dengan pipi menggembung nya saat sedang mengunyah makanan.

Tangan Yoshi bergerak menyentuh kening Mashiho saat sosok tersebut sudah menyelesaikan acara makannya. Dahi Yoshi mengerut yang diikuti Mashiho karena ia bingung akan raut wajah Yoshi.

"Badan kamu anget, hari ini gausah berangkat dulu ya?" Suara Yoshi melembut sembari tangannya kini sudah beralih merapihkan poni Mashiho secara perlahan. Semburat merah semakin mewarnai wajah Mashiho.

Trauma  [ Yoshiho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang