trust

268 43 7
                                    


•••

Mashiho tersenyum sembari masih sibuk menyiapkan masakan nya, ia kini sedang menata meja makan bundar nya. Biasanya ia hanya makan sendirian karena Asahi selalu tak mau diganggu tidurnya di pagi hari ataupun memang sedang tak dirumah. Tapi kali ini berbeda. Ada seseorang yang menanti nya di meja makan.

Yoshi membalas senyum Mashiho disana, matanya dibuat terkagum-kagum akan bagaimana makanan yang tampak menggugah selera kini tersaji di hadapannya. Senyum nya tak tertahankan, apalagi ditambah sosok laki-laki menggemaskan didepannya yang masih sibuk sendiri. Sebenarnya Yoshi sudah menawarkan bantuannya, namun nyatanya ditolak mentah-mentah dan ia disuruh duduk diam.

Meskipun rasanya ia tak enak membiarkan Mashiho repot sendiri, tapi Yoshi juga jadi semakin menyukai sosok Mashiho yang kini semakin terlihat kembali ceria seperti sedia kala.

"Kamu masak banyak banget, emang siapa yang mau makan?" Yoshi menatap antusias makanan didepannya lalu kembali fokus pada objek favoritnya. Mashiho.
Yang ditanya mengendikan bahunya acuh, lalu menunjuk Yoshi yang ditimpali tawa kecil keduanya di pagi hari.

Yoshi makan dengan lahap, mencoba terus memuji setiap sendok yang ia masukan ke mulutnya, sedangkan Mashiho terus mengomel agar Yoshi tak berbicara saat makan. Mungkin ini adalah pagi yang paling menyenangkan untuknya?

Diam-diam pikirannya kembali memutar memori lama, bagaimana matanya yang begitu berat menantikan hari esok yang seakan terus berulang monoton. Pagi nya sejak kecil selalu di selimuti suasana hening dan penuh tekanan. Yoshi selalu tak bisa melupakan tatapan dingin bunda nya di pagi hari saat ia maupun Haruto melakukan sesuatu yang dianggap salah menurut bunda nya.

Yoshi selalu rindu bagaimana masa hangatnya yang begitu singkat, masa dimana sang ayah yang membuat ia bahkan Bunda bisa tersenyum lebar.

•••

"Emang ga papa kamu ambil cuti panjang begitu?" Mashiho bertanya heran, ia masih saja kaget mengetahui Yoshi yang memutuskan mengambil cuti panjang secara sepihak. Gila.

"Gak papa kok."

"Kalo kamu di pecat gimana?"

"Ya gapapa, aku bisa pindah ke tempat lain" Yoshi berucap tanpa beban dengan senyumnya. Sedari tadi Yoshi masih setia memangku wajahnya sembari memandang Mashiho lekat.

Mereka berdua sebenarnya berencana mau pergi, Yoshi yang mengajak dengan alih alih bosan di rumah.

Mashiho tentu mengiyakan. Namun, sepertinya Mashiho memendam banyak pikiran semenjak semalam, atau mungkin semenjak Yoshi datang kemarin.

Ia bukan anak kecil lagi, Mashiho tentu tau ada sesuatu di balik alasan Yoshi yang datang dengan keadaan mengenaskan di rumahnya, ia juga sebenarnya tau apa yang Haruto bicarakan pada Yoshi saat itu. Mashiho menguping kala itu. Puncaknya adalah kemarin, dimana Yoshi yang tampak tak baik baik saja saat ia pulang.

Dirinya hanya sedikit kesal, mungkin. Ia hanya bingung mengapa Yoshi tak pernah mau membahas tentang masalah nya sejak hari kedatangan nya saat itu. Bukankah keduanya sudah berjanji untuk lebih terbuka? Bahkan Mashiho ingat bagaimana dirinya sendiri yang saat itu pernah mengungkapkan keinginannya untuk membantu. Bagaimanapun Mashiho merasa bertanggung jawab, bukankah ini tentang Yoshi dan dirinya, Jadi tak salah bukan ia ingin ikut andil? Tapi Mashiho tak bisa memaksa, bagaimanapun Yoshi juga berhak memiliki hal yang hanya ia sendiri yang tau.

Mashiho sudah tak berharap banyak, trauma nya belum hilang sepenuhnya. Rasa takut bertemu bunda Yoshi masih ada sampai saat ini, tapi yang Mashiho harapkan hanya Yoshi yang lebih terbuka. Ia tau ia tak sepintar Yoshi, ia tau ia hanyalah seorang guru TK lulusan SMA.  Namun tetap saja. Ia ingin berguna, setidaknya menjadi tempat Yoshi untuk bercerita. Atau... Yoshi memang tak percaya padanya?

Trauma  [ Yoshiho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang