Rasa kantuk sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Yoshi sendiri. Berprofesi sebagai seorang dokter membuatnya begitu sibuk dan harus prima di segala waktu meskipun itu di tengah malam.
Terlalu banyak kemungkinan, pasien nya datang tak memandang waktu setiap harinya. Yoshi bahkan pernah benar-benar terjaga selama 3 hari penuh karena melakukan operasi berturut-turut.
Tapi rasa kantuk itu, kini seakan terasa begitu nyaman bagi dirinya. Yoshi sama sekali masih tak bisa menyembunyikan senyumnya meski kantuk tengah menjarah kesadarannya. Ia ingin terus berada di posisinya saat ini.
Kedua nya kini berakhir di tempat tinggal Mashiho, tepatnya sudah berada di kamar milik Mashiho. Tubuh keduanya kini kembali saling mengikis jarak, ini permintaan dari Yoshi yang terlihat begitu lelah setelah menyetir mobil sangat lama selama Mashiho sendiri tak sadar jika ia malah tertidur.
Tujuan Mashiho segera pupus saat jam sudah menunjukkan waktu 10 pagi, ia sudah terlalu terlambat untuk mengajar murid-murid kecilnya. Ditambah rasanya tidak benar jika ia langsung mengusir Yoshi yang terlihat masih setengah lelah, senyum Yoshi mengembang sejak saat Mashiho mempersilahkan nya untuk tinggal sejenak.
"Kamu ga kerja apa, ga kasian sama semua pasienmu?" Mashiho cemberut, tangannya masih mengelus halus dua buah tangan lain yang melingkar tepat di perutnya itu.
"Aku sengaja lembur kemarin buat ambil cuti. Kan rencananya aku mau berduaan sama kamu sepuasnya." Yoshi mengecup pelan pucuk kepala Mashiho pelan lalu mengusak nya gemas dengan hidung. Mashiho acuh, sudah malas untuk sekedar meributkan hal kecil, toh ia tak terganggu.
"Nanti Bunda pusing loh, nyariin anak nya yang super sempurna ini!?" Sedikit kasar memang, Yoshi pun paham dengan maksud kalimat yang dilontarkan Mashiho. Tapi, Yoshi sama sekali tak bisa menyalahkan nya.
"Chio, Bunda bisa dapet maaf juga ga?"
Mashiho tak bergeming, ia memilih kembali diam dan memejamkan matanya, ia masih belum bisa melupakan peristiwa di hari itu, rasa sakitnya masih tampak dengan jelas. Nyatanya hingga sekarang Mashiho benar-benar merasa takut akan sosok Bunda Yoshi.
"Aku, mau Bunda minta maaf juga sama kamu. Meski dia orang yang ngelahirin aku, tapi aku juga tau apa yang dia lakuin itu tetep salah."
Yoshi kembali mengeratkan keduanya, menggenggam lembut tangan yang lebih kecil darinya.
"Nanti siang ikut aku pulang kerumah, ya? Ketemu sama bunda."
Atmosfer ruangan itu kini seakan berubah menjadi pucat, Mashiho yang seakan bungkam itu meremat jari-jari Yoshi saat mengingat berbagai kalimat kasar yang di tujukan pada keluarganya. Yoshi paham, ia sangat paham memaafkan dirinya maupun sang Bunda adalah hal yang sulit bagi Mashiho. Meski ia juga tak suka sikap bunda nya, ia juga akan tetap marah jika ada yang merendahkan sosok bunda didepannya.
Namun Yoshi tak mau terlalu buru-buru dan memaksa, ia percaya akan waktu yang sekiranya bisa mengikis luka tersebut dan membuat Mashiho nya bisa kembali seperti sedia kala. Yoshi tak akan pernah menyerah kali ini, kini giliran dirinya lah yang harus sabar menunggu Mashiho nya itu untuk luluh.
"Gapeduli lama nya waktu untuk kamu bisa nerima aku dan Bunda, aku bakal selalu nunggu kamu kaya kamu dulu yang udah sabar banget nunggu aku."
"Aku sayang banget sama kamu, Chio."
-
-
-
-"Kalian semaleman ga pulang, kakak ngapain bareng kak Yoshi coba?" Asahi menatap kakak kandungnya itu menelisik. Tentu ia sudah tau akan Yoshi yang membawa Mashiho tadi malam, karena Yoshi yang meminta ijin kepadanya duluan.
Namun yang ditanya terus acuh dan sibuk menyiapkan makanan untuk makan malam mereka, termasuk Yoshi yang masih betah berada disana. Pengen makan masakan Mashiho katanya.
"Kakak! kalian ngapain aja semaleman?"
"Ke pantai" Mashiho menjawab cepat berharap adiknya itu diam, Yoshi hanya tersenyum melihat interaksi kakak beradik itu sembari masih sibuk membantu Mashiho dengan menata meja makan.
Namun nyatanya Asahi sama sekali tak puas akan jawaban kakaknya, ia ingin tau apa saja yang dilakukan keduanya dengan jelas. Bukan hanya jawaban bahwa mereka ke pantai. Dia kan ingin tahu seberapa jauh kemajuan kakaknya itu.
"Psst! kak yoshi bawa kakak ngapain aja?" Asahi berbisik pelan pada Yoshi yang malah tersenyum riang mengingat keduanya yang sudah semakin terbuka.
"Kencan, di pantai."
Asahi membulatkan matanya lalu memberi gestur semangat dan dua jempol ke arah Yoshi, kedua alisnya naik turun bersama senyum anehnya. Yoshi benar-benar tak habis pikir dengan tingkah calon adik iparnya ini. Iya, calon ipar jika sesuai rencana Yoshi sih. Aminin aja udah.
"Tadi pagi temen-temen kerja kakak pada nelpon aku nanyain tumben kakak kok gamasuk kerja. Jadi aku jawab aja kalo kakak lagi diajak jalan-jalan sama calon suaminya."
"Ternyata bener kan, kalian kencan ternyata."
Asahi tersenyum bangga, ia merasa bangga bisa menebak apa yang kakaknya lakukan semalaman hingga pagi. Rasanya kekhwatiran Asahi benar-benar menurun dan senang semenjak bertemu dengan Yoshi yang kini menjadi harapannya untuk bisa membuka kembali hati sang kakak.
Lagipula Asahi sama sekali tak keberatan jika menjadi adik ipar Yoshi, ia bahkan berharap jika itu bukan sekedar harapannya saja, tapi kenyataan yang akan terjadi.
"Kamu ngapain sih!" Mashiho seakan merasa sakit kepala kala mendengar apa yang sudah dikatakan adik kandungnya itu. Besok, teman-teman kerjanya pasti akan meributkan tentang apa yang Asahi katakan. Mashiho sudah cukup malas untuk hanya menanggapi pertanyaan berulang tentang apakah ia sudah memiliki hubungan dari teman kerjanya. Sekarang pertanyaan-pertanyaan itu akan semakin mencerca dirinya akibat ulah adiknya tersebut.
Diam-diam disana Yoshi mengamini perkataan Asahi. Nyatanya Yoshi memang berniat untuk segera membawa Mashiho ke jenjang pernikahan karena tak mau kehilangan Mashiho nya, namun tentu itu membutuhkan waktu. Rasa sakit yang dialami Mashiho belum sepenuhnya hilang, bahkan mungkin belum ada kata maaf untuk Bunda nya.
Tapi Yoshi sekali lagi berjanji tak akan menyerah. Mungkin sekarang Mashiho belum menerimanya, maka Yoshi akan menunggu hingga dirinya bisa kembali menjadi sosok yang bisa diandalkan bagi Mashiho seperti dulu.
TBC .
Maaf maaf, jadwalku lagi rada padet terus akunya mageran
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma [ Yoshiho ]
FanficMengharapkan hubungan masa lalu yang penuh akan rasa sakit. Bukankah mereka hanya terus mengorek luka di masa lalu? "Kamu itu, sebuah rasa trauma di hidupku." -------------- Takata Mashiho Kanemoto Yoshinori Warn : Homosexual content