"Dia ibumu Yoshi, kejar dia!"
Yoshi beranjak berdiri dengan masih mencoba mencerna situasi yang tengah terjadi. Entah mengapa ia sulit untuk menentukan apa yang ia harus lakukan sekarang. Hatinya penuh akan keraguan.
Ia tersentak saat Mashiho semakin meninggikan suaranya, kakinya melangkah mundur lalu berbalik mencari arah perginya Bunda sebelum nya.
Yoshi berlari tanpa arah, mengabaikan kakinya yang semakin lemas serta hawa dingin akibat angin malam itu. Ia terus melangkahkan kakinya mencari sosok Bunda nya.
Di setiap langkahnya Yoshi juga semakin sadar. Seharusnya ia mau mendengarkan bundanya terlebih dahulu, padahal ia melihat bagaimana Bunda nya tersenyum ke arah Mashiho. Bukankah itu bisa menjadi kemungkinan bahwa bundanya bisa saja sudah menerima apa yang ia inginkan?
Kakinya terus berjalan, kali ini ia dituntun oleh cahaya lampu malam yang menarik perhatian nya.
Ada beberapa lampu yang masih senantiasa menyala di taman yang tampak sepi itu, langkahnya terus berjalan pelan sembari pandangannya mengedar, barangkali sosok bundanya itu berhenti disini.
Yoshi berhenti saat matanya melihat siluet seorang wanita yang tengah berjongkok didepan berbagai bunga yang tampak terawat. Kakinya mulai melangkah lagi namun dengan gerakan yang semakin pelan.
Ia semakin dekat, dan Yoshi semakin yakin bahwa wanita tersebut adalah sang Bunda. Punggung nya terlihat bergetar dengan kedua tangannya berada di wajahnya, rambutnya yang di ikat itu kini terlihat sedikit berantakan, serta terdengar isakan tangis pelan dari nya.
Yoshi jadi ingat, bahwa bunda nya itu sangat menyukai bunga, bahkan dikamarnya dipenuhi bunga yang membuat ruangan tersebut ber aroma khas. Begitupun dengan bau bunda nya yang juga seperti bunga.
Sejenak, Yoshi seakan ragu untuk mendekati Bunda nya tersebut. Tangannya mengepal erat sembari mencoba membuang ego nya yang sudah terlalu tinggi.
"Bun..." Suara Yoshi terdengar serak. Ia bingung mengapa sekarang tubuhnya terasa berat untuk melangkah mendekati bunda nya sendiri.
Wanita itu terdiam sejenak, mencoba menghilangkan isak tangisnya dan jejak air matanya. Kakinya beranjak berdiri dan berbalik mendapati sang anak yang memandang nya dalam diam.
Bunda tampak menahan tangisnya sembari menatap Yoshi dengan seksama. Kakinya mulai mendekat saat pandangannya mengarah pada kaki sang anak yang tampak terluka.
"Kaki Kakak kok bisa luka, kerasa sakit ga buat jalan?" Perhatian wanita itu kini tertuju pada kaki sang anak, tubuhnya mulai mendekat sembari membuka isi tas nya mencari sesuatu di dalamnya.
Yoshi mematung disana, sebutan 'kakak' yang dulu sering ia dengar semenjak Haruto hadir dalam keluarganya, saat sang ayah masih ada menjadi penopang keluarga mereka. Namun, panggilan tersebut ikut lenyap saat sang ayah tiada.
Yoshi menggeleng ribut saat melihat bunda nya akan berjongkok, tangan Yoshi menggapai tangan sang Bunda yang masih terasa halus lalu menuntun nya dalam diam ke sebuah kursi taman.
"Bunda coba liat diri sendiri dulu, lutut bunda juga luka" Yoshi memandang nanar lutut bunda nya yang terlihat lecet.
Senyuman kecil menjadi balasan dari kalimat Yoshi, keduanya memilih diam sembari memandangi kaki mereka masing masing. Keduanya larut dalam pikiran mereka mencoba menimang apa yang harus mereka lakukan.
Angin malam berhembus menerpa keduanya seakan ikut memberi dorongan.
"Maaf..."
"Bunda minta maaf, udah bikin kalian ga bahagia selama ini" pandangan Bunda kini tertuju pada Yoshi, ia tersenyum kecut merasa kecewa pada dirinya sendiri, merasa gagal menjadi sosok ibu bagi kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma [ Yoshiho ]
FanficMengharapkan hubungan masa lalu yang penuh akan rasa sakit. Bukankah mereka hanya terus mengorek luka di masa lalu? "Kamu itu, sebuah rasa trauma di hidupku." -------------- Takata Mashiho Kanemoto Yoshinori Warn : Homosexual content