hole

373 51 0
                                    

•••

Yoshi sudah lebih tenang sekarang.
Keduanya kini berada di sebuah ruangan yang biasa menjadi tempat istirahat para dokte maupun perawat disana, kebetulan ruangan itu masih kosong karena masih jam kerja.

Yoshi sudah berganti baju tadi, kini ia hanya memakai kaos dan celana panjang dengan wajah yang masih basah karena ia membasuh wajahnya tadi. Mashiho yang menyuruh nya agar membuat laki-laki itu terlihat lebih hidup setelah selesai meluapkan emosinya.

Lagi-lagi hening akan selalu menyelimuti keduanya terlebih dahulu, membuat sebuah jeda panjang hingga salah satu dari mereka akhirnya membuka suara. "Chio, kesini ngapain?" Yoshi yang membuka suara pertama kali, suaranya masih terdengar lirih namun masih bisa didengar baik oleh sosok yang dituju.

Mashiho tak langsung menjawab, terlihat jelas ia menimang-nimang sesuatu di kepalanya hingga akhirnya dijawab dengan sebuah gelengan kecil
"aku juga bingung" jujur Mashiho, karena memang sejak awal ia datang tanpa tujuan yang jelas.

Senyum tipis muncul di wajah Yoshi, membiarkan pikirannya sendiri yang memilih alasan kedatangan Mashiho. keduanya tak saling menatap, pandangan mereka kompak mengarah ke kaki masing-masing membuat keduanya saling tak menyadari gelagat lawan bicaranya.
Mashiho tak menyadari bahwa Yoshi disana sudah senyum-senyum sendiri akan imajinasi nya sendiri. Sedangkan Mashiho masih terus bergulat dengan kepalanya mencari alasan kedatangannya, namun intinya Mashiho merasa lebih tenang tau Yoshi sudah lebih baik-baik saja.

Hingga sebuah dering telepon memecah keheningan mereka yang masih berlanjut. Keduanya menoleh ke arah benda yang terus bergetar tersebut membuat keduanya sama-sama menatap penasaran kepada ponsel Yoshi.

Yoshi mengangkatnya di dekat nakas tempat ponsel tadi diletakkan, sebuah anggukan dan kata kata singkat adalah hal yang Mashiho dengar. Hingga pandangan Yoshi melirik ke arah dirinya lalu mengangguk dan menyimpan benda persegi itu di sakunya. Terlihat dahi Yoshi sedikit mengerut resah.

"Aku tinggal bentar ya, gapapa kan?"

Mashiho mengangguk, lalu menatap Yoshi yang kembali memakai jas dokternya lalu pergi. Seorang dokter memang sibuk.


•••

Mashiho duduk di taman rumah sakit, menatap satu persatu orang disana yang memiliki kesibukannya sendiri.
Entah itu pasien anak kecil yang sedang diajak jalan susternya, ataupun seorang pasien tua berkursi roda yang hanya diam sendirian menikmati angin.

Mashiho tadi pergi setelah seseorang masuk ke ruangan istirahat tadi, ia bingung dan segera meminta maaf lalu pergi tanpa arah karena panik hingga sampai di sebuah taman. Toh dia masih di area rumah sakit, Yoshi juga punya nomornya. Mungkin menunggu di taman akan lebih baik daripada terus khawatir akan ada orang yang mengusir nya dari ruangan istirahat tersebut.

Pikirannya melayang. Di dunia ini semua orang memiliki masalahnya masing-masing, tak hanya ia yang memiliki masalah. Seharusnya dari dulu Mashiho tak menganggap hanya dirinya yang paling menderita, ia pikir ia sudah dewasa. Namun nyatanya ia masih egois berpikir bahwa orang lain tak memiliki masalah se parah dirinya. Rasanya malu sendiri mengingat bagaimana sifat buruknya.

Maka dari itu Mashiho terus mencoba untuk membuka matanya. Tak hanya fokus bekerja keras saja, namun ia juga harus melihat sekeliling nya juga. Ia tak boleh hanya melihat dirinya sendiri.

"Aku-" nyess!

Mashiho langsung berdiri saat merasakan sebuah benda dingin menyentuh pipinya, ia berbalik dan mendapati sosok yang tak asing dimatanya sedang tertawa kecil ke arahnya. Haruto.

Trauma  [ Yoshiho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang