hope

329 64 7
                                    

01.32.

Ego manusia itu setinggi langit, memupuk tinggi menutupi berbagai perasaan yang sebenarnya benar adanya, seakan seperti sebuah tembok kasat mata yang selalu membatasi perilaku manusia. Begitupun Mashiho yang kini masih diam mematung melihat sosok Yoshi yang sekali lagi berada di jangkauan penglihatan nya.

Mashiho tertegun sesaat melihat sosok Yoshi yang berbalut jas dokter tengah tersenyum bodoh ke hadapannya, Mashiho bisa menebak bahwa Yoshi bahkan tak sadar jas putih tersebut masih melekat di tubuhnya. Terbukti dengan penampilan nya yang cukup berantakan, meski Mashiho tetap mengakui bahwa hal tersebut tak menghilangkan bagaimana rupawan nya sosok Yoshi. Tapi ayolah.
Ini sudah tengah malam!

"Kamu ngapain kesini, malem-malem berantakan begitu lagi" Meski egonya setinggi langit, nyatanya Mashiho tetap tak bisa menyembunyikan sikap khawatirnya melihat sosok yang terus menganggu kepala nya akhir-akhir ini. Bahkan Yoshi muncul di mimpinya!

Tangan Mashiho cepat-cepat menarik lengan yang lebih besar itu untuk masuk ke tempat tinggalnya. Hari sudah malam dan sekali lagi cuacanya dingin seperti saat waktu itu, Yoshi tak bisa berhenti melakukan hal bodoh ya? Padahal dia sekarang sedang berbalut jas dokter, namun nyatanya jas tersebut tidak bisa membuat Yoshi sedikit lebih pintar untuk memperhatikan dirinya sendiri.

Yoshi disuruh duduk menunggu di sofa hingga Mashiho kembali membawa secangkir teh hangat dan juga sepasang baju yang dianggap 'kebesaran'.
Baju-baju milik mendiang ayah Mashiho yang di kirimkan Mama.

Huh!

Mashiho menatap malas pada sosok Yoshi yang kini sudah berganti pakaian dan terus menatapnya dengan senyuman bodohnya. Hari ini Mashiho seperti nya tak akan bisa berhenti untuk mengumpati sosok laki-laki didepannya yang terlihat seakan tak berdosa itu.

"Kamu belum jawab pertanyaan ku, ngapain kamu kesini tengah malem?" Mashiho bersungut-sungut dengan wajah jengah. Malah mengundang tawa kecil dari Yoshi yang membuat Mashiho semakin merengut.

"Maaf ya aku menganggumu malam malam begini, tapi aku berusaha jadi orang pertama yang kamu lihat di hari spesial mu" tangan Yoshi sedari tadi masih dibalik tubuhnya, tak sadar kah bahwa hal yang ia bawa sedikit menyembul. Mashiho menyadari nya.
Yoshi sedari tadi membawa sebuah bingkisan yang di sembunyikan di balik jas nya. Tapi Mashiho berusaha tak menginterupsi karena melihat wajah Yoshi yang terlihat lelah meski dengan senyuman nya itu.

Cukup lama jeda hening di antara mereka, hingga akhirnya Yoshi menyodorkan sebuah Muffin yang segera di tusuk lilin disana. Yoshi buru-buru mencari korek di sakunya dan menyalakan api kecil lalu tersenyum lebar memandang wajah terkejut Mashiho.

"Maaf ya aku cuma bisa bawa ini karena operasi ku baru selesai, jam segini toko gada yang buka."

"Untungnya aku dikasih ini dari temen kerja ku. Tapi intinya ini dulu, yang terpenting selamat ulang tahun Takata Mashiho" Yoshi menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, senyumnya kikuk melihat ia yang berakhir hanya membawa sebuah Muffin pemberian temannya setelah berkeliling kota cukup lama karena Operasi yang ia tangani memakan waktu lama. Yoshi merutuki dirinya yang tak menyiapkan nya dari awal sebelum operasi.

Mashiho masih diam disana, menatap sebuah Muffin dihadapannya dengan mata bulat hazelnnya. Ia bingung harus bereaksi apa. Hingga selanjutnya lagi-lagi perilaku Yoshi membuat lapisan tembok yang Mashiho bangun bertahun-tahun seakan runtuh sedikit demi sedikit malam itu.
Mashiho tau, dan ia tak bisa berbohong bahwa kini sebuah harapan benar-benar muncul di matanya yang kini sudah berkaca-kaca karena sosok yang ia hindari bertahun tahun.

Sisi Mashiho yang dulu hilang kini perlahan muncul kembali, sisi dimana Mashiho yang penuh dengan mimpi dan harapan di balik matanya kini kembali  bangkit di dalam diri Mashiho.
Bagaimanapun Mashiho sudah terlalu banyak membuang harapan dan mimpinya sendiri untuk mengalah menjadi penopang keluarganya.

Trauma  [ Yoshiho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang