"Ochi, takut..".
"Pegang tanganku, aku janji gaakan ninggalin kamu sendirian."
Mashiho menggenggam tangan Yoshi dengan erat. Hari sudah semakin gelap dan keduanya seharusnya sudah harus sampai di rumah masing-masing sejak pulang sekolah tadi. Namun, keduanya malah terjebak jauh dari rumah di sebuah daerah dekat pesisir yang belum pernah mereka kunjungi.
Rantai sepeda Yoshi putus saat akan pulang. Mashiho panik setengah mati karena keduanya begitu jauh dari rumah, padahal mereka hanya ingin memesan sebuah Skateboard yang dijanjikan Yoshi kepada Mashiho sebagai hadiah ulang tahunnya. Mereka memang nekat pergi menempuh jarak yang jauh karena tempat yang mereka tuju sebelumnya adalah tempat rekomendasi dari salah satu teman kelasnya yang mahir dalam papan beroda tersebut.
Suasana tempat itu begitu sepi karena langit yang sudah menggelap, ditambah ponsel milik Yoshi harus kehabisan baterai di saat yang sangat tak tepat, sedangkan ponsel Mashiho ia tinggalkan di rumah karena berpikir ia hanya akan pergi sebentar untuk pergi memesan keyboard yang ia mau lalu pulang ke rumah.
"Kayaknya kita gabisa pulang."
Sungguh! Mashiho semakin ingin menangis rasanya mendengar ucapan Yoshi bahwa mereka tak bisa pulang. Ia tak mau semalaman berada di antah berantah, ditambah orang tuanya pasti sudah khawatir mendapati nya belum pulang saat hari sudah gelap.
"Kita coba cari bengkel dulu, tenang."
"Emang jam segini masih ada bengkel yang buka?"
"Entah, kita coba cari dulu aja." Final Yoshi mencoba tetap besikap tenang di depan Mashiho.
Akhirnya keduanya sepakat untuk mencari sebuah bengkel ataupun rumah seseorang untuk dimintai bantuan. Keduanya menuntun sepeda, berjalan semakin jauh dari kota mencari sebuah rumah terdekat untuk dimintai bantuan. Mereka akhirnya memutar arah mencoba mencari pertolongan.
Hingga keduanya sampai di sebuah daerah dekat pantai yang belum pernah mereka kunjungi, ada beberapa rumah disana dan sebuah cafe kecil yang menghadap langsung ke arah pantai.
Beruntung sebuah rumah yang mereka ketuk menerima dengan hangat kedatangan Mashiho dan Yoshi, bahkan seorang laki-laki paruh baya yang tinggal disana bersedia untuk memperbaiki sepeda Yoshi yang rantainya putus. Mashiho benar-benar merasa begitu beruntung bertemu dengan orang-orang sebaik mereka di saat terus pesimis.
Mereka bahkan awalnya di tawari untuk menginap, namun segera ditolak dengan alasan keduanya harus segera pulang. Mereka berkali-kali berterimakasih, bahkan Mashiho berniat memberikan seluruh uang sakunya yang ia bawa sebagai tanda terimakasih namun tetap ditolak oleh sang pemilik rumah.
Keluarga yang sangat hangat itu benar benar penyelamat bagi keduanya."Kita beruntung banget ya?"
"Itu semua gara gara kamu yang selalu bawa keberuntungan buat kita berdua.
"Masa sih?"
"Kamu kan emang bawa hoki, makanya aku rela deketan sama kamu terus biar ketularan hoki juga."
Yoshi tertawa renyah melihat wajah kesal Mashiho yang begitu menggemaskan baginya. Keduanya masih berjalan menuntun sepeda sembari menikmati suasana asing di malam hari. Hati mereka rasanya ikut tenang.
"Lautnya bagus, ya" langkah kaki Yoshi berhenti saat sadar akan Mashiho yang terus memelankan langkahnya sembari memandang ke arah laut. Mungkin singgah sesaat bisa membuat sahabat mungilnya itu senang di hari ulang tahunnya bukan?
"Iya, rasanya aku pengen terus disini."
"Aku mau nemenin kok, nemenin kamu disini seharian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma [ Yoshiho ]
Fiksi PenggemarMengharapkan hubungan masa lalu yang penuh akan rasa sakit. Bukankah mereka hanya terus mengorek luka di masa lalu? "Kamu itu, sebuah rasa trauma di hidupku." -------------- Takata Mashiho Kanemoto Yoshinori Warn : Homosexual content