Ini sebenernya chap yang gamau tak pub si, tapi biarin deh ya. Buat nambah nambah chap :p
•••
Jika kamu menyukai suatu bunga, maka kamu akan memetiknya. Namun jika kamu benar-benar menyayangi bunga itu, maka bunga itu akan dirawat hingga terus muncul kuncup baru. Yoshi tentu menyadarinya. Ia akan menjaga Mashiho nya kali ini dan tak akan memaksa lagi.
Karena melihat bunga itu tumbuh dengan sehat sudah bisa membuat Yoshi tersenyum lega.Diam diam sebelum menemui Mashiho, Yoshi lebih sering mengamati sosok tersebut dalam diam. Matanya sibuk merekam bagaimana sosok Mashiho dengan sabar menghadapi anak-anak yang bertingkah ajaib. Yoshi sendiri pasti tak sanggup untuk mengurus anak sebanyak itu sekaligus.
Setelah hari dimana ia membawa Mashiho ke pantai malam itu, rasanya ia senang bisa membuat sosok Mashiho mulai melihat lagi ke arah dirinya meski belum sepenuhnya seperti dulu.
Tapi apakah yang ia lakukan sudah benar?Yoshi perlahan sadar ia terlalu menekan Mashiho untuk menerima dirinya setelah apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Yang terpuruk tak hanya dirinya, Mashiho lebih parah saat itu karena masih dalam masa berkabung kehilangan sang Papa.Yoshi melirik pada sosok di dekapannya yang sedang mendengkur halus, peluh membanjiri dahi Mashiho dengan jejak air mata di wajah nya yang belum sepenuhnya hilang. Mashiho menangis malam itu hingga dirinya lelah dan tertidur. Menjadi seorang guru TK bukanlah perkara mudah seperti apa yang orang-orang bilang.
Rasanya Yoshi kini bisa ikut melihat bagaimana beban yang selama ini di emban Mashiho sebagai pilar keluarganya.
Rasanya sulit membayangkan nya karena Yoshi yang sudah terbiasa mendapat berbagai kemudahan berkat sang orang tua yang memang mampu. Berbeda dengan Mashiho. Semuanya ia emban seorang diri setelah Papa nya pergi."Aku terlalu memaksamu ya?" Yoshi bergumam pelan, tangannya terangkat membenarkan poni yang lebih muda dan menghapus peluh disana.
"Maaf ya, aku malah nambah tekanan buat kamu disaat udah banyak hal yang bikin kamu cape."
Yoshi tak bohong, ia menyayangi laki-laki mungil dalam dekapannya, ia begitu mencintai nya. Tapi sepertinya dirinya terlalu menekan Mashiho disaat sosok itu sendiri pun masih belum melupakan masa kelam nya. Yoshi miris sendiri mengingat dirinya yang meminta Mashiho untuk menemui Bunda nya waktu itu, ia sama sekali tak memikirkan perasaan Mashiho yang belum sepenuhnya bebas dari trauma nya.
Dekapan tersebut mulai mengerat, membawa Mashiho semakin tenggelam dalam tubuh Yoshi yang sudah ikut menutup mata. Sebuah kecupan yang bertahan cukup lama dengan lembut ia berikan pada pucuk kepala Mashiho.
"Oyasumii."
Yoshi ikut memejamkan matanya dengan senyum tipis dalam wajahnya. Kali ini ia bertekad untuk tak lagi memaksakan perasaan nya, biarlah Mashiho yang menentukan. Ia hanya akan terus menjaga Mashiho nya. Yoshi akan berusaha.
Jika diingat-ingat, sudah beberapa kali keduanya berakhir tertidur dengan saling memeluk. Rasanya hangat.
Mashiho maupun Yoshi sama sama menyukai perasaan hangat tersebut.•••
Mashiho mengerjapkan matanya saat sebuah suara alarm menganggu tidurnya.
Tubuh nya bangkit secara perlahan lalu meraih sebuah benda kotak yang terus mengeluarkan suara menganggu itu.
Hening.Netra Mashiho mengelilingi ruangan nya, entah kenapa ia merasa seperti kehilangan sesuatu. Namun ia lupa apa itu. Hingga pikirannya mulai memutar semua hal yang terjadi tengah malam tadi. Yoshi datang kesini semalam.
Mashiho mengangguk pelan, ia ingat begitu jelas apa yang terjadi malam itu, ia mencurahkan semua yang ia rasakan selama ini pada Yoshi dan berakhir tertidur di dalam pelukan Yoshi. Semburat merah muncul perlahan di wajah Mashiho.
Bukankah waktu itu juga ia berada di posisi yang sama? Tapi kenapa kali ini rasanya begitu aneh. Mashiho bertanya pada dirinya sendiri yang mulai membayangkan perlakuan lembut Yoshi semalam. Rasanya seperti dulu.
Masa dimana Mashiho yang akan selalu merasakan hal aneh dalam dada nya saat bersama Yoshi.Tapi sepertinya Mashiho tak boleh berlama-lama menyusuri perasaan nya yang mulai kembali lagi? Waktu terus berjalan, ia harus segera berangkat.
•••
Mashiho hanya bisa duduk membatu saat semua anak-anak murid nya bersama beberapa guru memberikan sebuah kejutan pada dirinya. Bukan suatu hal yang ramai, hanya sebuah kue yang dibawa oleh salah satu guru dan anak anak yang bernyanyi riang mengucapkan selamat ulang tahun pada Mashiho.
Satu persatu anak tersebut mulai mendekat berebut untuk memeluk sang guru yang tersenyum bahagia melihat murid nya begitu manis. Senyum Mashiho tak kunjung pudar saat murid-muridnya nya bergantian memberikannya sebuah ciuman dan beberapa hadiah kecil yang berisi kartu ucapan ataupun barang barang seperti camilan.
Hingga bahkan saat jam mengajar nya usai, Asahi datang dengan penuh keringat karena buru-buru pulang dari fakultas nya. Pelukan dan tawa antara kakak adik tersebut membuat hati Mashiho semakin menghangat. Semua orang begitu baik pada dirinya. Rasanya Mashiho jadi mempertanyakan dirinya yang selalu merasa kesepian, padahal dirinya yang tak sadar menutup diri dari orang-orang disekitarnya. Mungkin seharusnya Mashiho mencoba untuk membuka diri nya lagi pada orang disekitarnya.
Mashiho duduk di sebuah ayunan di taman setelah Asahi pamit karena harus kembali kampus nya untuk menyelesaikan proyek nya. Mashiho memahami nya, dunia perkuliahan memang sibuk.
Tawa kecil muncul dari Mashiho saat tangannya membuka satu persatu kartu ucapan yang ditulis para muridnya. Banyak tulisan yang masih belum rapih hingga rumpang di sana yang membuat Mashiho harus menebak maksud kalimat tersebut. Mashiho begitu bersyukur.
Hingga salah satu kartu ucapan itu membuat dahi Mashiho mengerut. Bukan dari muridnya, namun dari Yoshi yang kembali mengucap kan selamat dan permintaan maaf. Entah apa yang harus dimaafkan, nyatanya Mashiho sadar ia bisa kembali membuka matanya pada orang disekitar itu berkat sosok tersebut.
Mungkin trauma nya belum hilang, tapi kini ada sebuah harapan yang membuat luka itu kembali berusaha untuk sembuh, bukan hanya di sembunyikan.
Drrt drrt
Ponsel nya berbunyi dalam sakunya, senyumnya kembali mengembang saat melihat siapa yang memanggil nya.
Mama menelpon nya.Mashiho benar-benar yakin hari ini adalah salah satu hari yang paling berharga bagi dirinya. Semua orang terasa hangat dan rasa lelah Mashiho mulai terobati. Ia tak lagi merasa sendiri, banyak orang baik disekitarnya.
Mashiho bahagia, ia bersumpah bahwa dirinya benar-benar bahagia hari ini.
Ia tak pernah menyangka, bisa kembali tersenyum sebebas ini lagi sekarang. Biasanya ia akan tersenyum lebar hanya saat bersama muridnya, namun mungkin kedepannya akan berbeda.
Sekali lagi Mashiho bersyukur. Seakan semua rasa lelahnya untuk hidup telah hilang hari ini. Mashiho benar-benar harus lebih melihat orang-orang disekitarnya. Mungkin sudah saatnya untuk Mashiho membuka dirinya lagi.
"Ma, aku ketemu Yoshi lagi."
Tbc.
Have a good day guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma [ Yoshiho ]
FanficMengharapkan hubungan masa lalu yang penuh akan rasa sakit. Bukankah mereka hanya terus mengorek luka di masa lalu? "Kamu itu, sebuah rasa trauma di hidupku." -------------- Takata Mashiho Kanemoto Yoshinori Warn : Homosexual content