Setelah makan-makanan, kami untuk saat ini masih beristirahat. Semuanya saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing di dunia yang sebelumnya. Ini dapat dikatakan sebagai cara untuk menjaga semangat kami di tempat yang berbahaya ini, dan juga dengan adanya diskusi hangat ini kami dapat saling membangun rasa kepercayaan.
" Ngomong-ngomong, sebenarnya apa makhluk tadi yang mengejar kita hyung? Itu benar-benar mengerikan "
" Entahlah, aku juga baru pertama kali melihat makhluk itu. Ini juga mempertegas sepertinya kita tidak berada di bumi yang kita kenal " pikirku.
" Karena monster seperti itu ada, kemungkinan besar kita akan bertemu dengan monster lain bukan " tanya Olivia dengan cemas. Bahkan Hyunsuk yang mendengar itu juga mulai merasa sedikit gelisah.
" Aku tidak dapat memastikannya, tapi kita harus bersiap untuk semua kemungkinan yang ada. Aku akan berusaha menjaga tim ini tetap aman " ucapku sembari memberikan kalimat penenang untuk yang lain.
Keduanya yang mendengar itu juga merasa jauh lebih baik, " Aku merasa Lan adalah orang yang sangat bisa diandalkan " ujar Olivia.
" Itu benar, hyung cocok sebagai pemimpin tim ini " ujar Hyunsuk sambil tersenyum.
" Yah, sudah cukup memujiku. Mari kita beristirahat, kalian tidur lah dahulu aku. Kita akan bergantian menjaga. "
" Baik hyung "
" Baik Lan "
Dengan itu kami mencoba menyiapkan tempat istirahat seadanya dengan terpal yang kami miliki. Saat keduanya beristirahat, aku memutuskan untuk mempersiapkan dan menghitung persediaan yang kami miliki.
Setelah memperhitungkan semua persediaan, aku memperkirakan setidaknya dengan persediaan saat ini kami dapat bertahan 6-8 hari tergantung kondisi. Setelah itu kita harus mencari persediaan lain.
Di tempat ini, aku melihat beberapa kotak persediaan sebelumnya. Tapi karena posisi yang kami yang dikejar oleh monster, aku mengabaikan semuanya, lagipula nyawa lebih penting bukan?
Jika kami terus melanjutkan perjalanan, aku percaya kita akan menemukan beberapa persediaan lagi. Tetapi salah satu masalahnya, ada kemungkinan kita juga akan bertemu dengan monster yang sama seperti sebelumnya.
Dari hasil analisanya, monster itu tertarik dengan sumber cahaya dari senter yang kami miliki. Tetapi setelah sumber cahaya itu hilang atau dengan kata lain senter itu dihancurkan, makhluk itu kembali tertarik pada kami.
Karena hal itu, untuk berjaga-jaga aku menggantung senterku di tempat yang mudah dijangkau agar jika kita bertemu lagi dengan monster itu kami setidaknya memiliki persiapan. Aku juga menyingkat bajuku untuk memudahkan ku lebih bergerak, kemeja putih kantornya memiliki beberapa bagian ketat yang membuatnya sulit untuk bergerak.
Setelah mempersiapkan semuanya, aku menarik katana di sampingku dan memutuskan untuk berlatih menggunakannya. Lagipula jika mereka bertemu monster yang lain, ia setidaknya berharap memiliki sedikit kemampuan untuk menjaga dirinya.
Ini juga pertama kalinya ia memegang katana, katana di tangannya memiliki tampilan sederhana dengan sarung dan pegangan bewarna hitam. Permukaan halus dari katana sendiri menunjukkan proses pengerjaan yang sangat detail dari para pengrajin.
Ia tidak tau apa-apa mengenai teknik berpedang, semua teknik pedang yang dilihatnya berasal dari film. Jadi aku hanya mencoba melakukan gaya dasar seperti tebasan horizontal, vertical, tusukan, dan cara gaya pertahanan diri. Saat aku terus berlatih, aku dapat dengan jelas merasakan berat pedang di tanganku, sensasi pedang yang menebas ruang kosong, posisi berdiri dan keseimbangan tubuh juga tingkat pernafasan.
Semuanya jelas sangat berhubungan, semua teknik pedang memiliki dasar-dasarnya sendiri. Walaupun aku tidak tau apa-apa tentang teknik pedang, tapi aku yakin semua elemen yang kusebutkan sebelumnya sangat diperlukan untuk menciptakan teknik pedang.
Aku terus berlatih dan berlatih, mencari pendirian terbaik dalam penggunaan pedang. Dengan membuat berbagai skenario di kepalaku, aku terus berlatih entah itu saat meyikapi bagaimana musuh menyerang, atau bagaimana serangan terbaik dilancarkan. Bukan berarti aku akan langsung membaik setelah pelatihan.
Menguasai teknik pedang bukanlah proses yang singkat, tapi setidaknya aku telah membangun dasaran atau fondasi tentang cara berpedang.
Setelah lama berlatih, aku mengelap keringat di tubuhku dan mengisi diriku dengan air. Aku juga tidak tau sudah berapa lama waktu berlalu, karena fungsi jam nampak tidak berguna di dunia ini. Karena kami selalu berada di dalam ruangan, kami juga tidak dapat melihat posisi hari. Tapi menurut perkiraanku sudah beberapa jam dari saat aku berlatih.
Memutuskan untuk istirahat, aku mengambil makanan ringan berupa batangan coklat dan memakannya. Kebenarannya aku tidak terlalu menyukai makanan yang manis-manis, tapi di dunia ini aku tidak boleh mengeluh dan bukankah sebelumnya aku berkata kepada hyunsuk untuk selalu mensyukuri semua makanan. Jika aku berpaling pada kata-kataku itu sama saja aku ini dengan seorang berwajah dua.
Saat aku memakan coklat dengan tenang, aku melihat-lihat ke sekeliling lorong untuk pengawasan. Tapi tanpa kusadari, disisi lorong ada makhluk seukuran anak kecil yang menatapku dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backdoor : Survival World
FantasíaMalas bikin sinopsis, baca aja kalau tertarik~