Chapter 2 : Gudang

7 1 0
                                    

Sesaat setelah aku membuka pintu ini, bukannya jalan keluar yang ketemui, tapi pintu ini mengarahkan ku ke sebuah tempat seperti gudang dengan banyak rak kosong mengisi tempat ini.

Sesaat setelah aku membuka pintu ini, bukannya jalan keluar yang ketemui, tapi pintu ini mengarahkan ku ke sebuah tempat seperti gudang dengan banyak rak kosong mengisi tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Tempat ini cukup sepi, tapi setidaknya ini lebih baik daripada ruangan putih itu " Pikir ku.

Saat aku melangkah ke dalam gudang, pintu dari ruangan putih itu secara otomatis tertutup sendiri yang membuatku sedikit terkejut.

" Karena sudah seperti ini lebih baik kita menjelajah saja terlebih dahulu "

Berjalan di gudang kosong ini, pikiran ku cukup berkeliaran dimana-mana. Tempat ini mirip dengan banyak tempat-tempat horor yang biasanya ia lihat di TV ataupun Studio.

Dan ia juga tidak bisa melihat ujung dari gudang yang sangat luas ini. Di perjalanan aku juga melihat banyak jalan yang mengarah ke lorong, ruang isolasi, bahkan ada tangga yang mengarah entah itu lantai bawah atau lantai atas.

Karena tidak yakin dengan jalan yang benar, aku hanya terus melanjutkan untuk berkeliling di gudang. Pada beberapa tempat, aku menemukan rak yang memiliki paket kardus.

Saat aku mencoba membukanya, aku cukup beruntung untuk menemukan paket Ramen Cup. Saat survei sebelumnya, aku menemukan kalau tempat ini memiliki sumber air dan sumber listrik yang cukup. Air disini juga cukup bersih sehingga menurutku aman untuk diminum.

Tapi sayangnya, aku tidak memiliki kompor disini untuk membuat paket Ramen Cup ini. Aku juga tidak memiliki tas atau apapun untuk membawa makanan ini, untuk menghemat sumber makanan dan juga antisipasi kalau aku tidak akan menemukan paket makanan yang lain, aku membawa paket kardus itu keliling bersama ku.

Beberapa saat kemudian aku terus berkeliling saat tiba-tiba aku mendengar langkah kaki seseorang dari lingkungan sekitar.

Reflek, aku dengan cepat menyembunyikan diri dan mengambil sepotong besi yang secara acak ada di salah satu rak.

Memegang besi dengan erat, aku terus menunggu untuk melihat siapa yang datang.

Ketika sumber suara semakin dekat, dari balik-balik rak kosong aku melihat seorang remaja SMA yang berjalan dengan takut-takut melihat ke sekeliling sambil membawa tongkat besi. Dari ekspresinya saja, aku bisa tau kalau orang ini sepertinya korban seperti diriku.

Menghela nafas, aku memutuskan untuk keluar, setidaknya di dunia aneh ini aku cukup beruntung untuk bertemu manusia lain.

Keluar dari persembunyianku, aku kemudian memanggil bocah itu, " Hei bocah, kemarilah "

Bocah SMA yang mendengarku tampak seperti sangat terkejut saat dia dengan sangat waspada melihatku sambil menggenggam erat tongkat besi di tangannya. Ini adalah reaksi yang alami, di tempat dan situasi dimana kau tidak tau apa yang terjadi, jelas kau akan sangat waspada dan curiga saat bertemu orang lain.

Menjatuhkan tongkatku, aku memutuskan untuk menenangkan bocah itu, " Tenanglah, apakah kau juga ditarik masuk oleh ruangan hitam itu? "

Bocah itu masih waspada tetapi masih menganggu pada apa yang kukatakan.

" Baiklah, aku juga dalam situasi yang sama dimana kita dipindahkan ke tempat misterius ini. Mungkin karena kita saling bertemu seperti ini, kita dapat bekerja sama untuk menemukan jalan keluar. Tapi jika kau masih merasa waspada kau bisa tetap melanjutkan perjalananmu, dan kita akan berjalan di jalan masing-masing bagaimana? " Ucapku sambil mengulurkan tangan.

Bocah itu masih diam, tetapi tampak berpikir sangat dalam tentang apa yang kutawarkan. Pada akhirnya bocah itu mengangguk dan menjawab, " Aku masih tidak mempercayaimu, tetapi lebih baik berdua daripada sendiri di tempat seperti ini. " 

Setelah mengatakan itu, bocah itu berjalan dengan waspada ke arahku dan meraih jabat tanganku. 

" Keputusan yang sangat pintar " Ucapku sambil tersenyum, " Jadi Siapa namamu nak? " ucapku sambil mengambil kardus yang berisi Ramen Cup.

" Jangan panggil aku nak, namaku Park Hyunsuk "

" Park Hyunsuk? apakah kau orang korea? " Ucapku, saat diperhatikan lebih lanjut orang ini memiliki ciri asia yang khas juga. Aku tidak terlalu memperhatikannya karena Gudang ini memiliki pencahayan yang tidak stabil, ada tempat yang memiliki pencahayaan terang ada juga tempat yang memiliki pencahayaan remang-remang. Dan tempat ini adalah jenis yang terakhir, juga ditambah situasi tegang sebelumnya aku sendiri fokus untuk menenangkan bocah itu.

Jika dipikir lagi, bagaimana kita berdua bisa saling mengerti? Jelas aku bertanya pada bocah itu dengan bahasa negaraku, apakah bocah itu dapat berbicara bahasa negaraku?

" Benar, paman sendiri? sepertinya paman bukan orang korea? "

" Aku orang Indonesia walaupun bukan keturunan murni. Apakah kau dapat berbahasa indonesia? "

" Tidak, bukankah saat ini kita sedang berbicara bahasa korea? "

Aku menggelengkan kepala ku, " Aku berbicara bahasa indonesia dari tadi, sepertinya tempat ini meniadakan keterbatasan antar bahasa " ucapku.

" Apakah begitu, yah jika itu tempat ini... itu mungkin begitu... " Ucap Hyunsuk dengan pelan di akhir.

" Ngomong-ngomong aku akan memanggil mu Hyun, kau dapat memanggil ku Lan. " ucap ku.

" Apa-apaan itu, memutuskan memanggil nama seseorang seenaknya. Tapi karena kita akan bersama untuk sementara waktu, mohon kerja samanya. "

Tampaknya percakapan sebelumnya sedikit meredakan rasa waspada dari bocah ini, dengan senyum kecil aku juga menjawab, " Mohon kerja sama nya juga "

~~~

Pict : Park Hyunsuk

Pict : Park Hyunsuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backdoor : Survival WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang