3 | Lucid Dream itu Anugerah

7 4 2
                                    

    Oh, apa dosaku? Kenapa aku harus bertemu dia lagi!? Menyebalkan sekali. Apalagi sejak datang, Ashlyn sama sekali tidak bicara padaku. Dia terus menggumam dan menggumam. Jarinya dilipat dan diletakkan dibawah dagunya.

    "Hmm ... bagaimana bisa?" gumamnya sudah 10 kali dalam semenit ini.

    "'Hmm, bagaimana bisa? Bagaimana bisa?' Apanya yang bisa, kocak!?" tanyaku ngegas.

    "Em, melihat jadwal mimpimu, seharusnya hari ini kamu tidak bermimpi .... Ya, lebih tepat bermimpi, tapi mimpi yang tidak kau ingat saat bangun."

    Hah, apakah aku memang sudah ditakdirkan bertemu dengannya walau diluar jadwal?

    "Terus mau pamer lagi kalau kamu yang kasih aku mimpi!?" sewotku.

    "Begini ya, aku baru saja bangun tidur," Ashlyn menggosok matanya.

    "Hah, kalian juga tidur! Bagaimana logikanya, orang tidur di dalam tidur?!"

    "Seperti orang bekerja, kami juga punya shift, sebagian besar orang mendapat bagian mengisi mimpi di malam hari dan sisanya mengisi mimpi di siang hari," jabarnya. "Karena aku dapat shift malam, aku tidur di siang hari."

    "Hahaha, ternyata kau juga kelelawar sepertiku," ejekku.

    "Ya terserah, dan seharusnya saat sore kami sekolah, tetapi aku terpaksa bolos untuk menemuimu ... tapi santai, aku bolos pakai surat izin."

    "Oh, nggak peduli." Aku berbalik badan dan menatap bola yang sudah menggelinding di tanah. "Rezki! Mana dia?"

    "Siapa?" tanyanya.

    "Temanku, dia tadi disini." Kutunjuk tempat Rezki berdiri tadi.

    "Tidak usah dipikirkan. Orang yang tiba-tiba menghilang dalam mimpi itu wajar saja. Lagipula tentu kau tahu kalau dia itu hanya bagian dari kami yang menyerupai seseorang di dunia nyata," jabar Ashlyn.

    "Kami, orang-orang yang hidup dan hadir di dalam mimpi dibagi menjadi tiga, yaitu orang yang menyerupai manusia di dunia nyata, orang yang benar-benar tidak ada di dunia nyata, dan orang yang menyerupai orang yang sudah meninggal di dunia nyata," jabarnya panjang.

    Gaya Ashlyn bercerita sangat berbeda dari teman-temanku maupun ibuku. Tanggannya selalu bergerak setiap dia bicara. Intonasi benar dan lafalnya jelas. Matanya selalu difokuskan kepada pendengar. Dia mirip seperti orang pintar saat itu. Aku mulai tertarik mendengarkannya dan bertanya lagi.

    "Lalu kenapa bisa aku memimpikan kejadian yang tadi kualami di dunia nyata?" tanyaku tanpa menatap orang yang kuajak bicara.

    "Itu juga wajar, Azriel. Ada banyak sekali jenis mimpi, salah satunya adalah yang kau alami saat ini." Ia berhenti sekejap. "Mimpi yang kau alami ini disebut current dream. Artinya mimpi ini adalah mimpi yang mengulaingi apa yang kau lakukan 48 jam terakhir sebelum kau tidur."

    "Tapi kenapa aku mendapat mimpi ini?"

    "Nah, itu dia yang kurang wajar! Aku juga tidak tau, bukan aku yang mengaturnya ... atau jangan jangan ... tidak, tidak, itu tidak mungkin." Ashlyn berpikir keras.

    "Jangan-jangan apa?" aku reflek melotot karena wajahnya sangat serius.

    "Sudahlah. Anyway, apa kau tertarik mendengar fakta tentang mimpi?" senyumnya menggembang.

    "Tidak juga, aku baru mulai bermimpi kemarin, dan itu mimpi yang sangat menyebalkan!" aku geram.

    "Oh, Azriel, kenapa kau mengungkit-ungkit itu." Mukanya memelas. "Lebih baik kita lupakan mimpi kemarin dan kita mulai dari awal," rayu Ashlyn.

Nocturno Just For DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang