Albra ....
Begitulah Ashlyn mengebutnya selama bercerita. Aku begitu penasaran mendengarnya. Ingin rasanya aku memotong ceritanya dan bertanya. Tapi, kami sudah berjanji untuk tidak bertanya atau pun berkomentar selama salah satu dari kami bercerita.
✴✴✴
Ashlyn tidak menghiraukan ejekan pria aneh itu. Dipasangnya satu anak panah ke dalah busur dan siap memanah.
Settt!
Albra langsung menghindari anak panah itu bengan gerakan meroda yang sempurna dan santai. Seringai sombong dia pamerkan kepada Ashlyn.
Meski kesal, Ashlyn tidak putus asa. Ditembakkannya terus menerus anak panah itu tubuh Albra. Target Ashlyn sekarang semakin brutal, mulai dari tangan, kaki, perut, bahkan leher. Namun Albra dapat menghindari lesatan anak panah yang cepat itu hanya seperti menghindar dari lemparan kertas yang lambat.
Meski dia terlihat santai, matanya dengan fokus mengamati gerak-gerik Ashlyn. Dari bola mata Ashlyn saja sudar terlihat, bagian mana yang akan dipanah olehnya. Begitu benda runcing itu melesat. Tubuh lincah pria itu dengan mudah menghindarinya.
Ashlyn menatap dua anak panah terakhir miliknya. Dia menggenggamnya dengan geram dan marah.
"Yah, sepertinya sudah habis. Bagaimana kalau aku beri sedikit kesempatan?" cemooh Albra meremehkan.
Ashlyn tidak menanggapinya dan tetap memandangi panahnya. Melihat Ashlyn marah, penjahat itu terkekeh. Kata demi kata dia lontarkan untuk mengejek Ashlyn yang sedang emosi.
Disaat Albra sedang mengoceh sombong, Ashlyn langsung memasang anak panah dan memanah kearah kanan perut Albra. Cowok bertopeng itu sedikit kaget. Dia langsung membanting tubuhnya ke kiri untuk menghindarinya. Panah itu mengenai jas hujannya berkibar.
Albra bangun dari posisinya. Wajahnya kembali sombong. Dia terbahak, "Hahaha, kau ingin memanah hatiku, Nona? Ups, tidak boleh."
"Kalau begitu, bagian mana yang kau bolehkan untuk kupanah?" tantang Ashlyn yang sudah bersiap sedia dengan anak panah terakhir yang sudah dipasang.
Albra tertawa congkak, "Jangan sok psikopat! Kau lebih pantas menjadi putri dan minum teh di istana."
Lagi-lagi ocehan congkak Albra menjadi kesempatan Ashlyn untuk menyerang. Ashlyn menarik senar pada panah itu, dan melepaskannya tepat pada bagian paha kanan Albra. Angin kencang yang bertiup juga cukup membantu menambah kecepatan anak panah itu. Semua itu membuat sang target salah fokus dan reflek menjatuhkan dirinya ke kanan.
Ujung lancip anak panah itu menusuk paha kiri Albra. Ashlyn meringis melihat cairan merah keluar menembus celana tebal laki-laki itu. Gadis itu memang bukan orang yang gampang tega menyakiti seseorang walaupun itu adalah sebagian tugasnya. Tipe seperti ini biasanya di sebut "Black Panther berhati Hello Kitty".
Ashlyn membuat satu lagi anak panah berwarna biru dengan motif putih di tangan kanannya. Ia berjalan mendekati Albra sambil mengangkat anak panah itu untuk berjaga-jaga.
"Cih, sialan!" umpat Albra sambil berusaha mencabut anak panah yang tertancap di pahanya.
"Jangan bergerak! Aku ahli dalam memanah, jadi aku bisa mengenaimu tanpa memakai busur panah!" gertak Ashlyn.
Ashlyn menginjak ujung jas hujan milik musuhnya dan menarik kebawah busur panah yang tertancap pada jas itu. Jas itu tersobek saat Ashlyn menariknya kebawah.
Albra langsung menyadari maksud gadis tengil itu. Sebuah belati dia keluarkan dari kantung celananya. Karena terlalu fokus, Ashlyn tidak menyadari bahwa mata Albra sedang sibuk mengincar tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nocturno Just For Dream
Fantasy"Akan kuserahkan seluruh malamku hanya untuk bermimpi!" ujarku dengan mantap. *** Azriel adalah seorang anak SMP yang menderita insomnia. Begadang dan tidur di kelas sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Pada suatu malam, mimpi yang aneh meray...