chapter 15
"Pas banget nih ada anak baru sebelum MKS."
Anak-anak teater lain pada saling bersahutan di sekitar gue yang sedang main hape. Kumpul teater kelas sebelas dengan agenda menyiapkan pentas untuk Minggu Kreasi Sekolah baru dimulai beberapa menit lalu. Wajar jika kondisi belum kondusif.
"Silakan perkenalan diri."
Hening.
"Halo. Gue Rayu, dari Mipa 5."
Sorak-sorai dan tepuk tangan paling keras membalas perkenalan dia. Eh.
Kepala gue terangkat ke depan, ke satu objek yang menjadi alasan kenapa ruangan kumpul ini sangat berisik. Ada anak kelas sebelas yang baru bergabung dengan klub sih bukan hal aneh. Tapi itu adalah hal yang luar biasa bagi kebanyakan anak teater mendapati siswi secantik Rayu bergabung bersama mereka ketika persiapan MKS baru saja akan digelar dan hal yang aneh, bagi gue.
Kenapa Rayu gabung teater?
Ketika akhirnya gadis itu menyadari tatapan gue padanya, gue langsung menundukkan pandangan, semakin menempelkan badan ke tembok. Posisinya gue lagi di belakang dan ada satu cowok lain yang duduk di atas meja yang kursinya gue tempati. Kami berkumpul di suatu ruang kelas kosong sehabis KBM berakhir.
"Yok, langsung aja kita omongin naskahnya!"
Minggu Kreasi Sekolah adalah suatu acara yang dilaksanakan oleh berbagai klub seni seperti klub teater, tari, band, dan lainnya secara bergilir di tiap periodenya. Diadakan setiap beberapa bulan sekali dan waktu pelaksanaannya adalah sepulang sekolah. Event ini kerap kali ditunggu anak-anak kelas sepuluh untuk menonton para kakak kelas menunjukkan keahliannya di panggung.
Iya, periode pertama di setiap semesternya selalu diisi oleh kelas sebelas. Berikutnya kelas sepuluh, sebelas lagi, dan kelas dua belas di pengujung semester. Waktunya memang agak mepet dari demo klub yang cuma berjarak satu bulan lebih. Tetapi kata mereka justru itu tantangannya, menjadi siswa sekolah yang produktif.
Bilang saja pelarian dari tugas-tugas sekolah yang menyebalkan.
Di demo klub lalu berhubung gue yang jadi peran utamanya, untuk pentas selanjutnya ini maka gue cuma bisa jadi peran pembantu. Giliran. Agar prosesnya cepat pun tidak akan ada audisi, melainkan dilihat dari performa beberapa calon saat reading.
Gue nggak bakal terlalu sibuk. Malah bisa saja gue nggak main karena jumlah anak teater kelas sebelas cukup banyak. MKS lebih sering digunakan sebagai ajang bersenang-senang alih-alih digarap seserius demo klub atau event luar sekolah. Meski begitu kami tetap mengoptimalkannya sebaik mungkin.
Rayu sedang bercengkerama dengan anak-anak cewek lain. Dia terlihat lebih enjoy dan lepas dibanding ketika berada di kelas. Padahal lingkungan baru. Benar-benar punya skill berkomunikasi yang bagus. Gue sedikit iri meski sejujurnya gue nggak terlalu tertarik dengan pergaulan.
Kenapa Rayu gabung teater?
Dia nggak cerita apa-apa sama gue sebelumnya.
"Kalau lo tahu, lo pasti bakal ketawa." Dia hanya menjawab begitu di suatu perjalanan pulang ke rumah di atas skuter.
"Emang kenapa kalau aku ketawa?" Padahal gue jarang menertawakan hal-hal yang menurut orang lucu. Selera humor gue tinggi.
"Simple-nya sih, ya gue pengen punya kegiatan lain aja selain ngerjain tugas sekolah. Teater gue lihat kegiatannya kek yang seru. Apalagi abis ngeliat demonya yang keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Her to The Saturn [end]
Ficção AdolescenteRayu tak suka saat papanya menikah lagi. Pindah rumah, pindah sekolah, kehadiran ibu tiri, saudara tiri, karenanya Rayu jadi lebih sering bertindak merepotkan. Lalu ketika Negan, si saudara tirinya itu terlalu perhatian ke Rayu, salahkah ketika seb...