rayu 1,1: amarah, cemburu, orang-orang toxic, dan mereka yang menyayangiku

67 6 77
                                    

chapter 22

"Ray, sini deh. Gue punya berita yang pasti bakal bikin lo kaget."

Pagi yang agak dingin itu, kelas masih sepi. Selain Negan yang sedang mengerjakan entah apa di bangku depan, Brigitta yang tadi memanggilku dari meja samping, juga ada beberapa siswa lain yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Aku memandang bosan ke Brigitta, tidak tertarik dengan apa pun yang akan diucapkannya nanti meski dia bilang aku pasti terkejut.

Brigitta membuat gelagat menyuruhku duduk di depannya. Meja itu masih kosong, jadi aku bisa menempatinya.

Aku menurut saja dengan ogah-ogahan.

Segera setelah aku duduk di sana, menempelkan siku ke mejanya, dia mengucapkan sesuatu dengan sedikit berbisik. "Agita ternyata mantannya Negan."

"...."

Wajahnya berseri. "Nggak nyangka gue mereka berdua pernah pacaran pas SMP. Awkward pasti ya selama ini mereka pura-pura nggak kenal."

Dia kemudian terkikik.

Sementara pikiranku kosong. Beberapa waktu lalu saat TOD-an, secara nggak langsung Negan memang pernah berkata bahwa dia punya pacar. Tapi aku mewajarinya. Bagaimana pun meski dia cowok baik-baik, hal kekinian seperti itu pasti pernah dia lakukan.

Tapi ... Agita?

"Woy, Negan." Si biang gosip itu berteriak ke arah depan. "Ternyata lo mantannya Agita, ya? Tapi udah move on dong?"

Di kalimat terakhirnya, Brigitta melirikku sambil senyum miring.

Dan oleh beberapa siswa yang ada di kelas, mereka mengungkapkan ketidakpercayaannya juga sambil menyeru-nyerukan nama Negan.

Namun sang pemilik rahasia tersebut tidak tergubris. Dia masih fokus menulis-nulis sesuatu di bukunya. Ada buku paket Matematika besar yang dia pinjam dari perpustakaan juga di sana.

Lagi mengerjakan apa, sih?

"Negan. Di antara Agita atau Rayu, lo pilih siapa?"

Baru saja aku akan memprotes saat kemudian Agita muncul di ambang pintu. Ekspresinya menunjukkan seolah dia sudah tahu tentang tersebarnya berita mantan itu.

Agita diam sebentar. Kemudian dia berjalan pelan menuju bangku Negan. Kusadari di lengannya tersampir sebuah jaket yang tak asing di mataku.

"Makasih jaketnya." Agita memberi jaket berwarna abu tua itu ke Negan. Negan menerimanya tanpa membalas apa-apa. Dia memasukkan jaketnya ke kolong meja lalu lanjut mengerjakan apa pun yang sedang dikerjakannya.

Agita melangkah menuju mejanya. Menyimpan tas dengan lesu, lalu menaruh kepalanya di lipatan tangan.

Brigitta, masih dengan wajah kurang ajarnya, dia menggamit lenganku dan membawa kami menuju Agita.

"Ceritain dong gimana bisa lo jadian sama Negan terus putus," ujar Brigitta tanpa rasa bersalah sedikit pun dalam suaranya.

Aku sangat ingin menghantamkan pukulan ke dirinya saat itu juga. Tapi tubuhku kehilangan tenaga sekaligus ada banyak hal runyam yang mengudara di kepalaku.

Aku melihat ke arah Negan. Punggungnya yang tak bergerak seakan mewakilkan kebisuannya untuk pertanyaan-pertanyaan yang akan kuajukan padanya nanti.

Kenapa lo rahasiain itu dari gue?

Dari sekian banyak cewek yang bisa lo pacarin pas SMP, kenapa harus Agita?

Kenapa lo ngasih jaket lo ke Agita?

Take Her to The Saturn [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang