chapter 24
Aku ingat saat itu tahun terakhir SD saat pertama kalinya aku melihat orangtuaku bertengkar. Diriku yang polos dan bahagia sebab menganggap keluargaku baik-baik saja, harmonis, nyatanya di umur segitu pun aku tahu, pertengkaran Papa dan Mama saat itu bukan pertengkaran besar pertama mereka.
Aku langsung berpikir dan ketakutan. Apa mereka akan bercerai?
Dan itu tidak terjadi sekali dua kali dalam satu minggu. Melainkan jumlahnya cukup untuk membuatku berasumsi mereka akan bercerai.
Kak Mi sedang sibuk dengan kehidupan barunya di SMA. Dia menjadi lebih sering tidak berada di rumah; meninggalkanku sendirian dengan pertengkaran orangtua yang sangat tidak ingin aku saksikan.
Untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa sendirian. Kak Mi pun tidak bisa diandalkan. Katanya aku hanya merepotkannya saja jika aku bergabung dengan gengnya untuk sekejap saja mengungsi dari kebisingan rumah.
Aku benar-benar membenci keluargaku ketika itu.
Kemudian suatu hari di kelas, wali kelasku yang mengajar IPA tiba-tiba membicarakan tentang cita-cita, tentang ingin menjadi apa kami nanti saat sudah besar.
Mungkin kala itu mentalku sebagai anak usia awal belasan masih sangat-sangatlah lemah. Menganggap pertengkaran orangtua sebagai akhir dari segalanya.
Hati kecilku seketika membisikkan keinginan terpendamnya. Yang sekaligus kusematkan sebagai satu-satunya cita-citaku.
Aku ingin pergi ke Saturnus.
Meninggalkan semua yang ada di Bumi.
Kenapa Saturnus?
Karena itu yang ada di buku paket IPA-ku saat itu, tertangkap oleh mata berairku yang tak seorang pun sadari.
Lalu, ketika untuk kedua kalinya kalimat itu terbayang kembali di otakku setelah semuanya yang membuat putus asa, aku tahu itu berarti satu hal.
Aku ingin mati.
Aku benar-benar capek. Aku ingin menyerah. Aku ingin pergi meninggalkan semuanya.
Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk meredakan kepedihan hatiku. Segalanya sama sekali tak membaik walau kutahu rasa cintaku berbalas.
Negan, aku harus melakukan apa lagi?
Bagaimana caranya menghilangkan perasaan cinta ini?
Status saudara tiri kami menyebar cepat sampai ke berbagai kelas. Semuanya membicarakan diriku sering bermesraan di rumah berduaan dengan si saudara tiri.
Bermesraan? Yah, Brigitta benar-benar telah mengembangkan gosipnya ke arah yang lebih baik. Biar saja aku dibuatnya sehancur mungkin.
Aku sudah tidak peduli lagi mengenai citraku di sekolah. Aku kehilangan cara dan semangat mengubah kehidupanku menjadi sedikit saja lebih baik.
Aku ... ingin mati.
"Baru pindah aja udah bikin skandal. Nggak ngerti lagi gue kenapa mesti sama saudara tiri sendiri. Kayak nggak ada cowok lain aja."
"Jangan-jangan nyogok kepala sekolah biar bisa sekelas sama—"
Obrolan dua cewek itu terjeda begitu aku memberhentikan langkah di depan keduanya. Kusunggingkan senyum seakan menyuruh mereka melanjutkan bergosip.
Tapi mereka diam saja.
"Tadi lo bilang gue nyogok kepala sekolah biar sekelas sama Negan? Emang iya? Kata siapa?" Senyumku semakin kulebarkan, menatap keduanya satu-satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Her to The Saturn [end]
Novela JuvenilRayu tak suka saat papanya menikah lagi. Pindah rumah, pindah sekolah, kehadiran ibu tiri, saudara tiri, karenanya Rayu jadi lebih sering bertindak merepotkan. Lalu ketika Negan, si saudara tirinya itu terlalu perhatian ke Rayu, salahkah ketika seb...