rayu1,0: akhirnya si percaya diri itu berubah jadi payah

47 5 45
                                    

chapter 19

Suasana Minggu Kreasi Sekolah sudah terasa bahkan sejak pagi harinya. Apalagi untuk pementas sepertiku. Beberapa orang yang mengetahui aku masuk klub teater terus menanyaiku mengenai persiapannya. Aku menjawab seadanya sembari menyuruh mereka untuk menonton.

Sayangnya suasana hatiku makin hari makin tidak meriah. Seharusnya aku bahagia karena tidak perlu lagi menyembunyikan kedekatan dengan Negan di kelas. 'Cie-cie' itu juga tak pernah mereka bosan layangkan pada kami.

Tapi sikap Negan yang lebih sering diam seolah ada hal yang tengah dipikirkannya yang menjadi penyebabku terus-terusan mengerutkan kening padanya.

Jarang lagi mengajukan pertanyaan, melamun, kelihatan sekali sedang galaunya tuh. Apa mungkin karena dia tak suka kedekatan kami terumbar?

Aku pun sudah lelah duluan menyuruhnya terus mendekat menuruti keinginanku. Biarpun rasa bahagiaku langsung saja sirna mengetahui sikapnya yang seperti itu, aku tak mencoba untuk memperbaikinya.

Aku akan membiarkannya berbuat sesukanya hingga kesabaranku telah menjelma menjadi muak.

"Si Negan kenapa?"

Saat para penampil klub teater sedang bersiap di ruang klub, Garda mendekat padaku sambil pandangannya mengarah ke tempat Negan berada. Kuperhatikan pun, intensitas senyum cowok itu sudah berkurang. Membuat teman dekatnya di kelas dan klub ini pasti sadar.

Kukedikkan bahu sebagai tanda aku pun pusing dengan tindak-tanduknya. "Nggak tahulah. Gue belum bener-bener kenal dia."

Tanpa sadar kalimat itu menohok telak diriku sendiri sekaligus membuat pilu.

Jatuh cinta dan tinggal serumah belum lantas membuatmu benar-benar mengenalnya.

"Bakal baik-baik aja nggak nanti?" aku menolehkan kepala ke lawan bicaraku. Menunjukkan ketidak-acuhan dengan meragukan keprofesionalitasan orang yang sedang kami bicarakan.

Garda memiringkan senyum. Tangannya terlipat di dada. "Lo emang belum bener-bener kenal dia, ya."

Apa, sih.

"Biasanya performanya di panggung bakalan makin edan kalau dia lagi galau." Cowok itu pun pergi meninggalkanku sendirian di belakang, menyaksikan keruwetan para penampil drama yang tiada habisnya.

Di tengah langkah kakinya, Garda tiba-tiba berhenti dan menengok padaku. "Yang harus lo perhatiin tuh penampilan lo sendiri."

Hampir saja aku mengumpat padanya kalau tidak ingat saat ini kami sedang berada di tengah lalu-lalang orang-orang sibuk.

Garda cekikikan, kali ini benar-benar meninggalkanku.

Peranku di pentas hanya muncul di satu adegan saja. Meski begitu dialognya lumayan banyak. Malah bisa dibilang pada adegan tersebut, aku-lah yang menjadi bintangnya. Pimpinan produksinya sengaja 'menonjolkanku' yang seorang murid baru di sekolah ini dan anggota baru di klub teater. Katanya teater ingin memperkenalkanku kepada orang-orang.

Agak norak, sih.

Sedangkan Negan muncul di dua adegan. Sedikit transparan dibanding pemain-pemain lain yang seadegan dengannya. Alasannya berkebalikan denganku. Berhubung Negan telah menjadi peran utama di pentas sebelumnya, si pimpinan produksi ingin 'menyembunyikannya' untuk melihat reaksi penonton; apa mereka masih mengenali Negan atau tidak.

Lihatlah. Betapa anggota-anggota klub teater kelas sebelas sangat kompak ingin bersenang-senangnya.

Pukul setengah empat sore, satu jam setelah kelas berakhir, pentas klub teater akhirnya dimulai sebagai penampil pertama pada hari kedua MKS.

Take Her to The Saturn [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang