Jangan jatuh cinta - 10 April 2021

12.7K 1.5K 625
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

"Pake ini, pake ini,"

"Astaga rempong banget."

"Bagusan pita apa kupu-kupu?"

"Kupu-kupu, sih,"

"Nayya, ayo buruan!"

Aku meremas bahu Nayya, ikut gugup melihatnya mengusap kedua tangan dengan cemas.

"Jan, doain lancar, ya,"

"Pasti, lah!"

"Dan penampilan selanjutnya, datang dari beberapa anggota paduan suara yang akan tampil dengan formasi band! Tepuk tangan dulu, dong!"

"Nay, semangat!"

Nayya melambaikan tangan pada kami sebelum mendekat pada tangga panggung dengan teman-teman band-nya. Aku dengan segera, keluar dari tenda dan berlari menuju depan panggung untuk mengabadikan momen penampilannya.

Seperti yang kami harapkan, penampilan berjalan lancar tanpa hambatan sampai melodi berakhir. Membuat kami semua bertepuk tangan riuh karena Nayya dan teman-temannya sukses membuat kami hanyut dalam suasana lagu yang mereka bawakan.

"Kamu videoin, kan, tadi?"

Kini aku dan Nayya sedang berada di pinggir lapangan untuk istirahat sejenak setelah sebelumnya kami loncat-loncat menikmati suasana acara.

Nisha, Adhia, dan Puspa masih bersemangat di tengah lapangan sana. Melambaikan kedua tangan di udara, mendengar band terkenal-HIVI!-membawakan lagu berjudul Pelangi.

Nayya menegak air mineralnya bertepatan dengan anggukanku atas pertanyaannya. "Iya, dong. Aku foto juga." ujarku dengan intonasi tinggi agar tak teredam suara musik.

"Mantap."

Aku memutar kembali video penampilan Nayya yang ku ambil tadi. Mataku kemudian menangkap sosok tak asing di video tersebut ketika Nayya hendak turun dari panggung.

Ku dengar Nayya terkekeh.

"Dua minggu ngehindar, malah masuk ke video."

Aku tersenyum masam mendengar itu.

"Kalo disini pasti liat terus. Orang dia mondar-mandir." lanjut Nayya.

"Gak masalah kalo disini, dia sibuk. Mungkin kalo liat aku juga bakalan biasa aja."

"Tapi bukannya dia tau?"

Ya, Radipta tahu.

Tahu kalau aku memerhatikan lukisan itu.

Dan responnya biasa saja. Ia menghampiriku kemudian mengucap terimakasih atas kado untuk adiknya tanpa membahas lukisan tersebut. Menganggap kejadian itu bukan apa-apa-atau malah seolah menganggap ia tak melihat kejadian tersebut.

Semenjak itu, aku tak pernah berinteraksi dengannya lagi. Tak ada chat basa-basi yang ku kirim untuk membalas statusnya seperti biasa, bahkan ketika berpapasan, aku pura-pura tak melihatnya dan berlalu begitu saja.

Berharap Radipta akan menyapa duluan dan menanyakan mengapa aku menjauh? Mustahil.

Ia tak akan sepeduli itu.

"Terus kamu gimana akhir-akhir ini?"

"Biasa aja." jawabku singkat.

Padahal nyatanya tak biasa saja. Disaat ku tengah berkutat dengan kesibukan atau tengah berkumpul dengan teman-temanku, mungkin pikiranku teralihkan dan aku bisa ceria seperti biasa seolah tak punya masalah. Tapi ketika aku tengah sendiri dengan pikiran kosong, kejadian itu akan terputar kembali.

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang