Dekat Radipta itu bahaya - 1 Juni 2021

9.5K 1.3K 333
                                    

Budayakan follow sebelum baca~

Happy reading! 🤍

•••

Tak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau bukan, entah mengapa akhir-akhir ini hubungan kami-teman sekelas-makin erat ketika ingin menginjak kelas dua belas.

Seperti halnya sekarang, kami tengah berkumpul di depan kelas untuk bermain uno bersama ketika guru tak hadir karena tengah rapat.

"Merah, merah!"

"Asem! Gue tinggal satu padahal." keluh Lena seraya mengambil tumpukan kartu karena ia tak punya kartu warna merah.

"Belom rejeki, Len." kali ini Ale yang bicara. Ia dengan santai menaruh kartu hitam +4 yang membuat Puspa di sampingnya melotot geram.

"Awas, ya, Le!" Puspa mengambil empat kartu dari tumpukan kartu tersebut. "Gue tandain, lo!"

Aku dan Nisha sontak tertawa geli. Kami sudah tau siasat Ale ketika main uno. Bahkan tadi kami berebut tak ingin duduk di sebelahnya karena takut kalah.

"Yang kalah ngapain, nih?" celetuk Esa. Salah satu teman akrab Ale yang bisa dibilang sifatnya sebelas dua belas dengannya.

"Oh, iya," Ale mengangkat kepala seakan berpikir.

Ku lihat Kayla menatapnya waspada. "Jangan aneh-aneh."

"Gini aja. Yang menang, bebas ngasih hukuman apa aja buat yang kalah. Gimana?"

Kami semua berpandangan, kemudian mengangguk setuju atas sarannya.

Yang harus kami lakukan ada dua hal. Jangan sampai kalah dan jangan biarkan Ale menang. Karena pasti ia akan memberi hukuman yang tak terduga, yang seratus persen bikin malu dan kesal!

•••

"Jan,"

"Hah?"

"Maaf banget, ya,"

Mataku melebar melihat Esa mengeluarkan kartu hitam pilih warna yang menjadi kartu terakhirnya.

Padahal aku sudah optimis karena aku pun memiliki kartu yang sama.

"Yah, kenapa Jana yang kalah. Padahal tadi mau nyuruh Esa joget di tengah lapangan."

Aku melotot horror pada Ale. Jangan sampai hukuman yang ia rencanakan di limpahkan padaku.

"Hukuman buat Jana apa, ya..."

Ale memandangku ragu-ragu. Sedangkan aku memandang kelima temanku seraya berdoa semoga ia tak menyuruh melakukan sesuatu yang di luar nalar.

"Aku pernah denger kamu suka sama anak kelas sebelah. Kalo dia lewat bilang selamat pagi aja. Setuju?"

"Setuju!" sorak Lena dan Esa bersemangat. Sangat berbanding terbalik dengan reaksi Nayya, Kayla, Nisha, Puspa dan Adhia.

"Eh, emang siapa cowoknya? Baru tau Jana suka sama orang." tanya Esa bingung.

"Yang kayak kanebo itu, kan? Anak OSIS?"

"Kanebo? Kering?"

"Kaku maksud gue, Len!"

Padahal desas-desus itu terakhir terdengar kelas sepuluh lalu. Bisa-bisanya Ale masih ingat.

"Ya udah. Setuju, gak, Jan?"

Aku mengangkat alis. "Emang boleh nolak?"

"Gak boleh, dong." ujar Ale dengan kekehan tak berdosa.

Sepertinya keputusanku untuk menerima ajakan main uno dengannya adalah kesalahan besar.

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang