Budayakan follow sebelum baca~
Happy reading 🤍
•••
"Nay, ke toilet ayo..."
"Gak, ah." Nayya membuang muka. "Jangan ngomong sama aku."
Aku melengkungkan bibir ke bawah. Pura-pura sedih.
"Pada kenapa, deh, hari ini?" gumamku pada diri sendiri seraya melirik Kayla, Nisha, Adhia, dan Puspa yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Ini pertama kalinya aku diacuhkan oleh mereka semua tanpa sebab.
"Nanti pulang ke rumahku dulu, inget!" seru Nayya dengan ketus. Membuatku iseng menggodanya.
"Mau ngapain, tuh?"
"Ngapain, kek."
Diantara mereka semua, menurutku Nayya yang paling tidak bisa akting. Ia terlalu mendalami peran, sampai-sampai ucapan ketusnya terdengar sekali dibuat-buat.
Omong-omong, kalau kalian lupa, hari ini adalah tanggal lima belas Agustus, hari ulang tahunku.
Sepertinya mengacuhkan seseorang di hari ulang tahunnya sudah menjadi kebudayaan di sekitar kita, bukan?
Walaupun sebenarnya hal ini tak terlalu berguna karena beberapa orang sudah hafal mengapa diacuhkan ketika ulang tahun, tapi aku akan menghargai usaha mereka dengan pura-pura tidak tahu.
"Nay,"
"Hm?"
Aku meliriknya seraya mengulum bibir. "Waktu itu Heru nanyain kamu."
"SERIUS?!"
"Nayya jangan teriak-teriak!"
Bahu ku bergetar menahan tawa melihat ekspresi Nayya yang kesal karena ditegur Lena. Ia kembali menyilangkan tangan di depan dada seraya melirikku sinis.
"Kenapa baru bilang sekarang." bisiknya pelan namun tajam. Makin membuatku ingin tertawa saja.
"Aku lupa." balasku singkat.
Ia membuka mulut, kemudian menutupnya kembali. Seperti ragu antara ingin bicara atau tidak.
"Nanti ceritain di rumahku."
"Kenapa gak sekarang aja?" pancingku.
Tepat setelah mengucap itu, Puspa yang duduk di depan kami menoleh ke belakang. Ia menatap Nayya lamat-lamat seakan mengkode sesuatu.
Nayya kemudian mengangguk kecil dan meraih ponselnya.
"Udah. Jangan ngomong sama aku."
Astaga, ada-ada saja.
•••
"Ayo Jana ikut aku."
"Kemana?"
"Ke rumah Radipta." Nayya menarik lenganku mendekat. "Ke minimarket, lah. Kan tadi aku udah bilang mau beli cemilan."
Aku tertawa dan mengikuti langkahnya keluar rumah.
Kami sekarang sudah sampai di rumah Nayya. Tapi tak berselang lama setelah sampai, Nayya mengajakku pergi ke minimarket dengan alasan membeli cemilan. Aku pun nurut saja daripada ia mengomel-ngomel seperti tadi siang.
"Minimarket situ aja, Nay. Kenapa kita muter?"
"Gak lengkap disitu."
Aku hanya mengangguk-angguk. Ikuti saja lah rencana mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Fiksi RemajaBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...