Budayakan follow sebelum baca~
Happy reading! 🤍
•••
"Bawa apalagi, sih, kalo piknik, tuh?"
"Tiker, tiker!"
"Nah, mantep. Catet, Dhi."
"Terus disana dingin, kan, ya pasti?" tanya Nayya. "Jaga-jaga aja pada bawa cardigan atau jaket."
"Sip, sip."
"Tiker, snack, jaket, kamera Nisha, botol minum. Udah?"
"Kayaknya udah." sahut Nisha. "Barang pribadi bawa sesuai kebutuhan masing-masing aja."
Sekarang sudah pertengahan bulan Desember tahun 2021. Kami baru saja selesai menyelesaikan ujian akhir semester yang terakhir kalinya di masa SMA ini karena semester dua hanya akan ada ujian tengah semester dan ujian sekolah yang dilaksanakan sebelum kelulusan.
Karena waktu kami makin menipis, jadi Nayya kemarin berinisiatif mengajak kami untuk jalan-jalan sekalian piknik ke kebun raya bogor. Kami tak banyak hari libur karena setelah ini jadwal kami makin padat mengurus kelulusan dan ujian, oleh karena itu kami tak bisa pergi jauh-jauh sampai menginap. Dan kebun raya bogor adalah satu-satunya destinasi yang terpilih diantara banyaknya destinasi yang Nayya tawarkan.
"Eh, di perkiraan cuaca, hari sabtu nanti hujan petir tau!"
Puspa menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan perkiraan cuaca di daerah bogor seminggu ke depan.
"Wah, bawa jas hujan juga gak, sih?"
"Iya bawa, bawa."
"Oke. Aku tambahin ke list." ujar Adhia seraya kembali mencatat.
Adhia mengulang lagi catatan barang yang harus dibawa. Setelah kami merasa semua sudah lengkap. Catatan itu difoto dan dikirim ke grup chat kami.
Sekarang sebenarnya masih jam satu siang, tapi alih-alih nongkrong di kantin seperti biasa, kali ini kami memilih pulang ke rumah untuk istirahat agar besok ada energi untuk jalan kaki.
Mengingat kemarin Kayla berkata bahwa pasti kami akan lelah bila mengitari destinasi itu.
Tak perlu menunggu lama seperti biasanya, kali ini Pak Harto gercep menjemputku sebelum waktu yang ku tentukan di chat tadi. Jadi aku berpamitan duluan pada mereka yang sebagian sudah ingin menuju parkiran dan sebagian lainnya menunggu jemputan.
•••
"Jangan pulang malem-malem, ya. Bilang ke Radipta, Mama titip salam."
"Iyaaa,"
Aku memandang deretan rak sepatu seraya berpikir untuk memilih alas kaki yang mana. Pada akhirnya pilihanku jatuh pada sandal selop warna coklat muda karena kebetulan senada dengan tas selempang yang ku kenakan.
Pesan di layar ponsel muncul, mengatakan bahwa Radipta sudah ada di depan rumah.
Aku dengan segera membuka pintu sebelum berpamitan pada Mama. Radipta sudah membuka helmnya dan tengah berjalan mendekat. Biasanya ia akan meminta izin bila pergi malam-malam. Jadi sepertinya itu yang ingin ia lakukan sekarang.
"Mama lagi beresin kerjaan, Ta. Tadi titip salam. Gak papa kita langsung aja."
"Oh," ia menarik helmnya kembali. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)
Fiksi RemajaBercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawanya bertemu Radipta Abra Supala, laki-laki mati rasa yang penuh tanda tanya. "Kita diciptakan hanya un...