Bab 9

112 36 2
                                    

"Di tahun 1637, Pierre de Fermat menulis di bagian tepi salah satu halaman bukunya, 'Apakah ada bilangan cacah yang memenuhi persamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di tahun 1637, Pierre de Fermat menulis di bagian tepi salah satu halaman bukunya, 'Apakah ada bilangan cacah yang memenuhi persamaan

jika n adalah bilangan asli lebih dari 2? Saya telah menemukan jawaban yang menakjubkan dari masalah ini, tetapi margin buku terlalu sempit untuk memuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jika n adalah bilangan asli lebih dari 2? Saya telah menemukan jawaban yang menakjubkan dari masalah ini, tetapi margin buku terlalu sempit untuk memuatnya.'"

    Raksa beralih ke halaman selanjutnya, menampakkan foto seorang Pierre de Fermat, matematikawan yang terkenal dengan teoremanya: Teorema Terakhir Fermat.

    Teorema Terakhir Fermat, sebuah cetusan yang menjadi perdebatan di antara matematikawan dunia selama 357 tahun, sampai akhirnya matematikawan Inggris bernama Andrew Wiles berhasil membuktikan teorema itu.

    "Strategi yang pada akhirnya membuktikan Teorema Terakhir Fermat muncul dari Konjektur Taniyama-Shimura-Weil yang dicetuskan sekitar 1955. Dengan menemukan bukti sebagian dari konjektur tersebut pada tahun 1994, Andrew Wiles akhirnya berhasil membuktikan Teorema Terakhir Fermat."

    Setelah membaca itu, Raksa memberi highlight berwarna merah pada tulisan '1994'. "Berarti empat tahun setelah Kak Verlyn lahir."

    Raksa menutup buku bersampul foto-foto matematikawan dunia yang barusan dibaca, beralih menutup jendela karena langit sudah menunjukkan rupa kelamnya.

    Tubuh yang dicondongkan ke luar jendela itu kontan diterpa angin malam yang menyejukkan. Baju tipis yang ia kenakan seolah hanya formalitas, nyatanya embusan alam berhasil menguasai sebagian awaknya.

    Tinggal di lantai tiga asrama SMA Lembuswana membuatnya lebih leluasa melihat hiruk pikuk kota Samarinda dari ketinggian. Ya, SMA Lembuswana menyediakan dua asrama putra dan putri untuk ditempati murid-muridnya jika mau.

    Ada sebuah sudut pandang berbeda di mata laki-laki itu, semua hal yang ia lihat seolah memiliki bahasa matematikanya sendiri.

    Seperti yang sedang dipandanginya sekarang, sebuah logo dari toko minuman bersoda asal Amerika Serikat yang menjadi perwujudan dari teori rasio emas,

    Seperti yang sedang dipandanginya sekarang, sebuah logo dari toko minuman bersoda asal Amerika Serikat yang menjadi perwujudan dari teori rasio emas,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang