Bab 8

110 36 7
                                    

'It is all too easy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'It is all too easy.'

    Sepertinya dangker harus menarik, membuang, dan mengubur dalam-dalam ucapannya tadi pagi. Bagaimana tidak? Sudah satu jam lebih ia mencari jawaban nomor 9 dan 73 dari teka-teki silang yang diberikan Bu Sena.

    "Nomor 9, tuh, jawabannya halogen, tapi kotaknya cuma lima." Dangker mencak-mencak sendiri. "Nomor 73 juga aneh banget. Kotaknya malah kelebihan. Ini yang goblok gue atau gurunya, sih?"

    Lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah itu lantas menepuk mulutnya, tanpa sadar telah mengata-ngatai sang guru.

    Sudahlah. Pikirnya, yang salah tetap salah, tidak ada pembenaran untuk sesuatu yang tidak benar. Dangker mengambil pulpen bertinta merah lalu mencoret bagian nomor 9 dan 73.

    Raga yang berjam-jam dipaksa kuat itu akhirnya tumbang juga. Dangker merebahkan tubuhnya ke kasur, melepas dasi abu-abu yang tiada henti melilit leher, pun tiga kancing teratas bajunya, membiarkan sepoi-sepoi tiupan alam menguasai dada bidangnya. Suasana lembab sehabis hujan perlahan menenggelamkan laki-laki itu dalam selimut.

    Satu hal yang tidak berhenti mengusik pikirannya hari ini saat melihat namanya satu deret dengan nama Raksa, lebih tepatnya satu kelas dengan si most wanted dari 10 IPA 2 itu.

    Apa maksud guru mengumpulkan kedua raja ke dalam pasukan yang sama? Lantas, pasukan yang ditinggalkan bagaimana? Atau sengaja mengumpulkan kedua raja di satu tempat yang sama agar salah satu dari mereka kehilangan gelar nomor satu-nya?

    Dangker makin tak karuan dibuatnya, memberontak seperti orang kesurupan dan melempar bantal ke sembarang tempat, tanpa sadar bantal yang ia lempar lolos ke luar jendela.

    Bug!

   "Woy!"

    Dangker terlonjak kaget, lantas menyembulkan kepalanya dari balik jendela. Ngapain ada cewek ke asrama cowok?

    Seseorang jatuh dengan sepedanya, bunga yang ia letakkan di keranjang sepeda mau tak mau harus menerima kemalangannya: masuk ke dalam selokan.

    Tiffany buru-buru meraih beberapa tangkai bunga yang masih mengambang, sementara yang lain sudah tenggelam terbawa arus. Hujan lebat yang  belum lama reda membuat arus selokan itu seolah berlomba-lomba mencapai tempat paling jauh.

    Seragam putih dengan cepat beralih menjadi kaos hitam polos, sementara celana sekolah berwarna abu-abu tetap dalam posisinya. Dangker buru-buru beranjak dari kamar. Kamar yang terletak di lantai dua membuatnya harus menuruni anakan tangga sekali.

    Yang lebih dulu tertangkap netra Dangker adalah Tiffany yang berusaha mengeringkan bunga dengan selampai.

    "Sori, gue kelepasan ngelempar bantal, jadinya bikin lo jatuh."

Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang