Bab 5

139 52 47
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aroma barang-barang baru menyeruak memasuki hidung. Sean terkesiap saat puluhan alat musik klasik hingga alat musik modern tersusun rapi menghiasi ruang seni musik yang cukup luas.

    Jejeran buku-buku kesenian lengkap menghiasi tiap sisi ruangan yang susunannya dipercantik dengan kehadiran globe dan bendera merah putih. Lampu spotlight yang sinarnya remang-remang kemuning pun menambah kesan-kesan antik.

    Sean mendekati jejeran foto-foto lawas yang terpajang di sudut ruangan, pikirnya ekstrakurikuler ini telah bertahan lama.

    "Tahun 2002, 2003, 2004, 2005 ...." Sean menggantungkan ucapannya, netranya berhenti di sebuah bingkai foto bertuliskan 2005.

    Salah satu orang yang ada di foto itu lantas memikat perhatiannya, foto yang berisi jejeran anggota angkatan tahun 2005 itu makin ia dekati. Ada satu roman yang tak begitu asing.

    "Mirip Raksa ...." Dua kata itu kontan keluar dari bibirnya. Begitu pelan, nyaris seperti bisikan. "Cowok ini mirip Raksa. Vibe-nya Raksa banget. Bibir sama matanya juga mirip banget."

    Sean meraih bingkai itu penuh hati-hati, memusatkan perhatiannya pada satu orang. Sungguh, instingnya berkata ada sebuah kemiripan antara Raksa dengan foto seseorang yang dipandanginya.

    "Guys!"

    Tampak seseorang memasuki ruang seni, diikuti suara tepukan tangan untuk menyuruh semua peserta berbaris rapi di hadapan sang ketua eksktrakurikuler.

    "Buruan, waktu kita nggak banyak," pintanya.

    Seluruh peserta berjejer membentuk barisan. Sungut yang sempat bersuara itu terpaksa berhenti saat seseorang berdiri di hadapan mereka.

    Lelaki dengan postur tegap dan tinggi itu lantas memperkenalkan diri, pun memberi tahu jabatannya sebagai ketua di ekstrakurikuler seni musik.

    "Gimana? Udah puas lihat-lihat isi ruang seni musik?" Saga tersenyum, kemudian berjalan perlahan ke pojok belakang. "Ekstrakurikuler seni musik terbilang ekskul tersukses yang ada di sekolah ini, sekolah pun nggak main-main ngeluarin dana buat beli peralatan musik."

    Seluruh peserta berbalik badan, memusatkan penglihatan pada gerak-gerik sang ketua.

    Saga meraih foto alumni tahun 2005, melihat itu lantas membuat mata Sean membelalak. Ribuan pertanyaan makin menggeluti raga gadis itu.

    "Tapi, nggak ada yang berhasil ngalahin kesuksesan anggota tahun 2005. Bayangin aja, di tahun segitu, mereka berhasil menarik sepuluh ribu peminat, sayangnya kapasitas yang disediakan cuma untuk seribu tiket."

Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang