Bab 11

83 26 7
                                    

"Saya penasaran, ini kamu buat atas dasar apa? Imajinasi liar? Atau apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya penasaran, ini kamu buat atas dasar apa? Imajinasi liar? Atau apa?"

    Tiffany duduk berhadapan dengan si guru BK, sementara Bu Aurum tetap berdiri memperhatikan kedua homo sapiens itu bercakap-cakap.

    Lagi-lagi Tiffany harus dihadapkan dengan kata-kata tanya nan mengintimidasi. Rupanya masih kikuk, pun budinya kekeh berkata bahwa ia tidak bersalah dan tidak pantas masuk ke ruang BK.

    Gadis itu tetap diam, enggan mengeluarkan kata sedikit pun. Pikirnya, kalaupun berkata pasti akan disangkal.

    "Tiffany ..., kamu dengar perkataan saya?" tanya Pak Gasta. Melihat Tiffany yang masih menunduk, lantas mengundangnya untuk menyeriuskan ucapan.

    "Saya tanya, loh, Tiffa--"

    "Saya cuma pengen menggambar, Pak."

    "Tapi gambaranmu tidak mencerminkan siswi SMA Lembuswana yang baik, Tiffany. Lebih-lebih yang kamu jadikan model terlihat sangat di bawah umur. Apakah pantas kamu sandingkan dengan busana yang lebih terbuka?" Kali ini Pak Gasta sedikit mencondongkan badannya ke depan. "Bagaimana kalau itu ada di kehidupan nyata?"

    Tiffany memutar bola matanya. Ia rasa, Pak Gasta berusaha memusatkan beribu kontra ke dalam karya seninya, hal itu membuatnya mengembuskan napas malas.

    "Biasa saja," jawab Tiffany, lantas mengundang sorotan mata Bu Aurum yang dari tadi berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.

    "Mungkin di matamu akan terlihat biasa saja, lantas bagaimana jika lawan jenis yang melihatnya? Pasti rawan terkena pelecehan." Pak Gasta memperbaiki posisi duduknya. "Perempuan berpakaian sopan saja dapat membangkitkan libido seksual laki-laki, apalagi kalau perempuan berpakaian yang lebih terbuka, akan lebih parah lagi dampaknya."

    "Kalau itu, sih, laki-lakinya yang nafsuan, Pak. Seharusnya orang-orang berhenti menakar ketelanjangan sebagai sebab-akibat. Faktanya, siapa pun bisa menjadi sasaran korban pelecehan."

    "Sudahlah, saya perhatikan pembicaraan ini akan semakin panjang," ucap Bu Aurum menengahi.

Pak Gasta beralih mengambil sebuah buku yang terletak di atas meja. "Tiffany, di daftar namamu sudah saya kasih poin pelanggaran 10 karena berperilaku tidak sopan. Jadi, saya harap kedepannya kamu tidak melanggar peraturan lagi agar poin pelanggaranmu tidak bertambah."

***

Natya yang sudah teramat kepo akhirnya diam-diam menguping dari luar ruang BK, pun sedikit mengintip dari celah gorden yang tidak tertutup rapat. Untuk kondisi kelas belakangan saja.

    Ia melihat Tiffany bahkan lebih tenang dari perkiraannya, justru ketenangan itu yang mengundang Pak Gasta dan Bu Aurum untuk semakin menyudutkan Tiffany.

    Tiba-tiba gagang pintu bergerak, buru-buru Natya menyandarkan diri ke dinding, bersembunyi di balik tembok yang membatasi ruang BK dengan ruang lain.

Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang