Bab 13

145 49 109
                                    

Tiffany baru bisa mandi setelah menyelesaikan rancangan busana yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiffany baru bisa mandi setelah menyelesaikan rancangan busana yang baru. Ia pergi ke balkon sebentar untuk menjemur handuk. Malam ini Tiffany tidak bekerja mengantar buket, ia tidak diizinkan keluar untuk malam ini saja karena kejadian kemarin.

    Udara malam kian menerpa, meliuk-liukkan rambut panjang gadis itu. Nyanyian jangkrik turut menyertai kesunyian malam, pun bulan yang malam ini tak malu-malu menampakkan dirinya, begitu menerangi langit malam Samarinda.

    Tiba-tiba cahaya kendaraan datang dari arah kiri, ternyata itu ibunya yang baru pulang berbelanja kebutuhan buket dengan motor andalan wanita itu.

    Suara gesekan gerbang terdengar, lantas Tiffany buru-buru ke lantai bawah untuk membantu ibunya membawa barang belanjaan.

    Suara remot yang diempas ke meja lantas memberhentikan langkahnya, padahal baru saja dua langkah ke luar kamar.

    Bakalan ada tontonan lagi ….

    Tiffany berjongkok di dekat tangga, bersembunyi di balik pagar kecil dan mengintip apa yang sedang terjadi dari celah-celah kecil pagar.

    Tepat pukul sepuluh malam, pintu utama dibuka sangat kencang, bahkan menimbulkan suara yang menggelegar. Mira yang baru saja menginjakkan kaki di teras rumah lantas terpaku karena sang suami tiba-tiba saja datang memasang tampang marah.

    “Kebiasaan pulang kemalaman! Jalan sama laki-laki lain, kamu?!”

    Mata Aidan menyalang sempurna, laki-laki itu merampas belanjaan sang istri dan melemparnya ke sembarang arah. Tiffany yang melihat itu dibuat membelalak sempurna, mulutnya pun ikut menganga tidak menyangka.

     “Loh, kan, Mama beli kebutuhan buk—“

    “Jawab dulu, kamu habis jalan sama dia, kan?!”

    Aidan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, memperlihatkan sebuah foto yang sedikit buram. Tampak Mira dengan seorang laki-laki di sampingnya.

    “Itu cuma kebetulan papasa—“

    “Halah, bohong!”

    “Loh, Mama yang ada di sana, kok Bapak yang sok tahu Mama ngapain sama orang itu?”

    Mira masih berusaha memasang tampang santai, walaupun tangannya sedikit memanas dan agak gemetar karena gertakan suaminya.

    “Jujur sama saya, kamu belum bisa move on dari dia, kan?!”

    “Sudah dibilang, pertemuan tadi nggak direncanakan. Mama sama dia kebetulan ketemu di toko bunga.”

    Mira mengembuskan napas malas, kemudian mengambil belanjaan yang berhamburan ke mana-mana, bahkan beberapa bunga patah tangkainya karena terhempas ke tanah.

    “Terus, terus aja gitu! Terusin aja bohongnya! Bagus!”

    Bug!

    Ponsel Aidan mendarat sangat kencang di punggung Mira yang sedang menunduk memungut bunga-bunga yang sudah berceceran, tepat menghantam area tulang belakang perempuan itu. Ngilu yang ia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang