"Renjun, kau mau main ke rumahku?"
Renjun nampak menimang nimang tawaran Haechan "aku tanya kakakku dulu" Renjun langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Mencari nama Doyoung kakaknya, lalu mengirimnya pesan.
Kakak kelinci 🐰
Kak Doyoung, bolehkan adikmu ini bermain kerumah teman?"
Dimana rumahnya?Renjun baru ingat ia tidak tahu dimana rumah Haechan, jadi ia bertanya kepada Haechan.
"Haechan, dimana rumahmu?"
"Ada di sekitar sini. Di Jl. XXX XXX no. XX"
Setelah itu, Renjun kembali fokus pada ponselnya. Mengetikkan alamat rumah Haechan.
Katanya disekitar sekolah. Di Jl. XXX XXX no. XX
Hm~
Baiklah, hubungi aku jika kau sudah selesai dari sana. Aku akan menjemput mu.Oke!
Misi menanyai kakaknya telah berhasil. Renjun langsung melaporkannya kepada Haechan.
"Aku sudah mendapat persetujuan dari kakakku, jadi ayo main kerumahmu"
Haechan tersenyum mendengar ucapan Renjun yang menyetujui ajakkannya.
"Memangnya dirumahmu ada apa?" tanya Renjun penasaran.
"Nanti kau juga akan tahu"
Beberapa menit sesudahnya, waktu istirahat telah berakhir dan seluruh murid sudah kembali ke kelasnya terkecuali Jaemin, ia masih setia berada di atap sekolah. Sakit yang ia rasakan pada wajah dan tubuhnya tak kunjung mereda. Pukulan yang ia dapat dari Jeno memang bukan main sakitnya.
Jaemin merebahkan tubuhnya di atas sofa yang usang itu, menatap langit biru yang di sana terdapat bayangan wajah Jaehyun sedang tersenyum ke arahnya. Ia merindukan kakak tercintanya. Hanya karena pemikirannya untuk memusnahkan sahabatnya, membuat ia harus dijauhi oleh Jaehyun.
Satu tangan Jaemin terulur keatas, berharap dapat menggapai wajah senyum Jaehyun di sana "kak Jaehyun" merentangkan kelima jarinya yang berujung diremat. Bersamaan dengan itu, bayangan wajah senyum Jaehyun di langit memudar dan menghilang.
Jaemin menarik kembali tanga nya dan menghela nafas lelah. Jika Jaemin terus begini, hanya bayangan kakaknya saja tak dapat ia raih, apalagi Jaehyun itu sendiri. Mau tidak mau, Jaemin harus melupakan ancamannya terhadap kakaknya, yang akan memusnahkan siapa saja yang berani mendekati dan menyentuh kakak tercintanya.
Di kelas, dimana Jeno berada sedang menatap langit dari jendela kelasnya. Lebam diwajahnya masih ia rasakan sakitnya, ternyata adik kembarnya benar benar kuat juga. Jeno tak menduga itu sejak dulu.
Menjauhkan Jaehyun dari Jaemin, jujur saja Jeno sebenarnya tak, menyukai itu. Tapi, demi keamanan, dan kenyamanan Jaehyun ia harus melakukannya. Obsesinya terhadap Jaehyun sudah benar benar berlebihan, tak bisa ia membiarkan adiknya bertindak lebih jauh melewati batas.
"Huft... "
Pandang Jeno terhadap langit, tak luput dari perhatian Renjun. Ada sedikit rasa khawatir, melihat wajah Jeno yang lebam itu tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak lagi berurusan dengan si kembar Jung. Jadi, Renjun hanya bisa berdoa dalam hati supaya Jeno lekas sembuh, dan lekas berbaikan kepada kembarannya.
Di kampus. Masih di tempat yang sama. Duduk di kursi taman kampus, dengan suasana canggung menyelimuti mereka. Ucapan Doyoung yang tiba tiba yang terdengar oleh Jaehyun, mendadak tak berani saling menatap satu sama lain.
Jaehyun menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah diwajahnya. Sedangkan Doyoung, ia mendongakkan kepalanya menatap langit. Sesekali Doyoung menatap sekelilingnya, sembari diam diam merutuki mulutnya.
'Waaahhh.... Aku mengatakannya. Aku benar benar mengatakannya! Bagaimana ini?! Apa setelah ini kami akan jadi canggung seperti ini???!!! Aarrrgghhh dasar kau Kim Doyoung bodoh' batin Doyoung, yang menyalahkan dirinya sendiri. Saat sedang meratapi dirinya, ponselnya berbunyi memecah keheningan dan kecanggungan diantara mereka.
Doyoung mengambil ponsel dalam sakunya, menatap layarnya yang menampilkan nama adiknya. Doyoung menekan nama itu, dan langsung ditujukan pada ruang obrolan.
Doyoung sibuk menggerakkan jari jarinya, mengetikkan berbagai rangkaian kata di sana. Diam diam, Jaehyun melihat kearah Doyoung, sedikit mendongakkan kepalanya. Jika Jaehyun lebih jelas lagi, ia baru menyadari kalau sahabatnya itu memiliki rupa yang sangat rupawan. Manis, dan terlihat seperti kelinci.
Saking lamanya Jaehyun menatap sahabatnya membuat jantungnya sedikit berdebar, membuat Jaehyun harus kembali menundukkan kepalanya agar tak terlalu lama menatap sahabatnya Doyoung.
"J-Jaehyun, hari ini apa yang akan kau lakukan?" tanya Doyoung setelah menyelesaikan urusannya. Juga bertujuan untuk menghilangkan kecanggungan.
Jaehyun menggosok leher belakangnya yang tidak gatal, menutupi kegugupannya "e-entahlah, aku juga tidak tahu"
Mereka kembali terdiam, kembali rasa canggung menyertai keduanya. Hingga tanpa mereka sadari, saat ini ada yang sudah berdiri tepat dibelakang Jaehyun.
"Jaehyun, ayo pulang"

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung (End)✔️
Fiksi Penggemar"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"