Pagi ini Ardiaz ke rumah Cena menjemput cewek tersebut seperti biasa nya. Ardiaz masuk kerumah dan langsung menuju ke ruang makan, tahu bahwa Cena pasti di situ.“Ehhh anak cowok tante dateng, ayo duduk dulu sarapan bubur ayam,” ucap mama Cena .
Ardiaz langsung duduk dan menerima mangkuk berisi bubur ayam dan melahapnya.“Gimana? Enak kan?” tanya Desi mamah cena.
“Enak tante, tante yang buat?” Ardiaz bertanya.
“Bukan, tante beli di perempatan bakso tenggelam, baru buka tadi, jadi tante coba, kalo enak mau jadi langganan.” Ucap Desi
Ardiaz mengangguk mengerti. “ enak kok tante.”
“Alhamdullilah kalo gitu, yaudah tante ke atas dulu.” Ucap desi lalu berlalu pergi.
“Ar.......jiwa psikopat lo belum hilang juga ya.” Ucap Cena tiba-tiba.
“Kenapa?"
“Bubur ayam lo diaduk soalnya.” Jawab Cena menyiratkan keanehan karena Adiaz tim bubur di aduk.
“Apa masalahnya oy?” ucap Ardiaz ngegas.
Cena mengabaikan nya tidak lagi bicara,
Hening untuk sesaat.“Sekarang gue tahu apa yang membuat kita gak serasi.” Lagi Cena berbica random.
“Apa?” dan Ardiaz tetap menanggapi.
“Gue tim bubur gak di aduk, sedangkan lo di aduk Ar, itu benar- benar perbedaan yang buat gue ngerasa jauh dari lo.” Lebay, Cena mulai berlebihan.
Ardiaz istigfar, harus sabar, harus ikhlas, harus lapang dada.
“TERSERAH.” Ucap Ardiaz pasrah. Pagi ini Cena ngeselinya dua kali lipat.
---------------------------------------------------------Ardiaz dan Cena sudah sampai di sekolah, Ardiaz menggandeng tangan Cena lembut. Ardiaz kadang berpikir bahwa hal-hal dalam diri Cena selalu terasa pas baginya, salah satunya tangan yang sekarang sedang dia genggam.
“Kenapa lo lihatin gue gitu banget?” tanya Cena heran.
“Hmmm lo cantik pagi ini.” Kata Ardiaz tersenyum.
“iya, mungkin karena gue turunan Cleopatra.” Ucap Cena tidak nyambung sekali ya.
Masuk ke kelas 12 IPA 2 yang sudah sangat ramai, padahal ini masih terbilang pagi, kelas-kelas lain saja belum seramai ini, IPA 2 ini auranya anak ambis sekali. Cena sampai tertekan rasanya, Cena menghampiri Dinda dan Daisy yang sedang berbincang.
“Ce, lo baik-baik aja kan?” tanya Dinda.
“Gue baik, emangnya gue kelihatan aneh?”
“Enggak, lo cuman agak pucet.....em dan muka lo kelihatan masam.” Ucap Daisy.
“Muka gue masam itu pasti karena asam lambung gue naik.” Jelas Cena.
Dinda dan Daisy mengangguk tanda mengerti. Percaya saja mereka ini, mudah di kibuli orang, Cena semakin yakin untuk menjauhi mereka dari orang-orang berengsek.
“Kenapa lo ngelirik kita Ce?” tanya Khalifi dan Zayan berbarengan.
“Gak pa-pa, gue cuman alergi sama orang berengsek.” Terang Cena santai.
“Jangan ngomong kata berengsek sambil natap kita Ce.” Kata Zayan.
“Kenapa? Apa lo ngerasi berengsek Zayan?”
“ya-ya enggak sih.” Ucap zayan gelagapan. Sial dia jadi terjebak, sekarang rasa bersalah seketika muncul di hatinya entah kenapa, Zayan tercenung lalu berpikir tidak mungkin Cena tau hal besar itu kan, dia menatap Cena dalam, pandangannya mengiba, Cena mengabaikan pandangan tersebut, dia tidak mau terlihat peduli dengan masalah orang, walaupun dia tahu tapi, itu bukan urusannya, jika dia terlibat pasti Ardiaz akan kerepotan juga Cena tidak mau Ardiaz tambah repot karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I DEPEND ON YOU
Teen FictionProlog "Hidup rasanya semakin berat ketika sudah mau di penghujung, mungkin karena ada tekanan dari pihak-pihak yang punya harapan begitu besar pada kita, yang membuat kita merasa tidak enak hati jika mengecewakan harapan tersebut." Tiba-tiba kalim...