CP 18 sakit

0 1 0
                                    

Pagi tante.” Sapa Ardiaz.

“Pagi juga Ar.” Balas Desi. Papah Cena tersenyum.

“Cena belum turun tante?” tanya Ardiaz heran belum melihat Cena di meja makan.

“Oh iya tante lupa ngasih tau ya. Cena sakit semalem, jadi hari ini dia izin sekolah Ar.” Jawab Desi yang terlihat sibuk menyiapkan sarapan juga membuat bubur khusus dan teh madu untuk Cena.

Ardiaz menatap pintu kamar Cena bersalah. Semalam Ardiaz pergi makan dengan Clara karena gadis tersebut memaksa, berkata bahwa dinner ini sebagai perayaan jadian mereka. Ardiaz pun menyetujuinya.

“Boleh aku aja yang bawa buburnya ke kamar Cena tante?”

“boleh-boleh. Dari semalem juga dia uring-uringan karena gak bisa nelpon kamu.” Ucap Desi menyerahkan nampan kepada Ardiaz. Cowok tersebut hanya tersenyum kecil dan menuju ke kamar Cena.

Ardiaz membuka kamar Cena pelan seakan-akan takut membangunkan sang empunya. Cena menoleh saat mendengar pintu kamarnya dibuka.

“Ce.”

“Hmmm.” Gumam Cena pelan.

“Gue bawa bubur dari mama lo, lo makan dulu ya! Gue suapin.” Ardiaz duduk di sisi kasur Cena. Cewek tersebut duduk bersandar dengan bantal sebagai penyanggah.Tidak menolak ketika Ardiaz menyuapinya.

“Lo sakit apa?” tanya Ashton di sela-sela suapannya pada Cena.

Cena menelan bubur yang sudah lembut itu dengan susah payah, tenggorokannya seperti berubah jadi tenggorokan bayi yang menolak makanan. “Cuman demam.” Ardiaz mengangguk-angguk.

“Semalam gue pergi sama Clara, Dinner biasa sebagai perayaan jadian.” Ucap Ardiaz tanpa berusaha menutupi. “Di jalan ponsel gue kehabisan daya. Dan saat sampai rumah gue lupa ngecas nya malah ketiduran.” Cena hanya bergumam. Dan menolak suapan lagi, sudah kenyang katanya. Ardiaz pun menyudahinya dan meletakan mangkuk itu ke meja.
Ardiaz memegang tangan Cena.

“ sorry.”

“Untuk apa?”

“Untuk semuanya, karena gak angkat panggilan lo dan pergi jalan bareng Clara gak bilang sama lo.”

Cena terkekeh. “Lo gak perlu minta maaf untuk hal yang emang seharusnya lo lakuin untuk pacar lo.” Cena meminum obat yang di berikan Ardiaz. “Lagian mau lo punya pacar atau gak.... lo gak akan ninggalin gue kan Ar?” tanya Cena.

“Hmmm, gua gak akan ninggalin lo.” Ardiaz pun membawa tubuh Cena untuk dia dekap.

“Mendingan lo berangkat sekolah sekarang Ar sebelum lo telat.”

“OK.” Ardiaz mengcopy kata singat Cena. Cewek tersebut mendelik saat diledek.

***

Sampai di sekolah, Ardiaz turun dari motor nya seorang diri. Membuat para penghuni sekolah bertanya-tanya di mana tulang rusuk Ardiaz. Apakah sakit? Hmmm mungkin saja kan? Cena kan juga manusia.
Saat sedang  berjalan dari parkiran. Clara memanggilnya dengan ceria.

“Hai Ar.” Sapa Clara. Sepertinya gadis tersebut sudah tidak canggung dan gugup lagi di dekat Ardiaz.

“ouh hai juga.” Balas Ardiaz sekenanya.

“Kamu udah sarapan? Mau sarapan bareng?” tanya Clara

“ Gak ada waktu untuk ke kantin. Udah mau bel.” Jawab Ardiaz terus membalas memperhatikan ponselnya, sedang berbalas pesan kayaknya.

“emmm kalo gitu ini aku bawain bekal untuk kamu, aku yang masak sendiri pagi-pagi buta.” Clara menyerahkan kota bekal warna biru. Ardiaz menerima dan berterimakasih. Pasangan baru itu jalan bergandengan melewati lorong, Clara tidak bisa berhenti tersenyum rasanya. Orang-orang yang melihat mereka memiliki berbagai tanggapan. Ada yang mencibir, dan  ada yang mendukung. Keduanya berpisah di belokan karena beda kelas, Ardiaz tetap lurus dan Clara yang belok ke kanan.

I DEPEND ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang