CP 19 JENGUK

0 0 0
                                    

💤💤


Di kantin sekolah terlihat Ardiaz, Julian, Zayan,Khalifi, Dinda dan Daisy minus Cenaya yang sakit. Mereka duduk bersama seperti biasa. Kantin sekolah memiliki bangku panjang yang bisa diduduki sekitar empat orang.

“Dinda sama Daisy kan yang hari ini pesan makanan.” Ucap Zayan. Dinda mencebikan bibirnya mengingat hal tersebut.

“iya kita berdua.” Ujar Daisy menarik tangan Dinda untuk memesan makanan. Tapi sebelum itu terjadi ada suara yang mencegah mereka.
“Biar Gue aja!!” Khalifi menyerukan. Dinda melongo mendengar hal tersebut. Sedangkan Daisy tersenyum. “Ma-maksud gue gini—kan pesanannya banyak jadi kalau cewek doang pasti kesusahan jadi biar gue sama Daisy, lagi pula Dinda lagi sakit tanganya jadi biar gue aja yang gantiin.” Ucap Khalifi menggaruk belakang kepalanya canggung di tatap sedemekian rupa dengan teman-temannya.

Dinda mencibir dalam hati mendengar alibi Khalifi.
“Dasar modus. Emang kapan gue bilang tangan gua sakit. Tapi gak papa deh, males juga kalau harus antri beli makan.” Gumam Dinda pelan.

“Terimakasih Khalifi.” Dinda berucap riang.

“Sama-sama.” Ujar Khalifi kalem, dia benar-benar menggunakan kesempatan sebaik mungkin saat tidak ada Cena.

Setelah itu seorang cewek datang dengan mata yang berbinar, dia langsung duduk di samping Ardiaz saat melihat sebelah cowok tersebut tampak longgar.

“Hai Ar.”

“Ouh hai juga Cla. Mau makan?” tanya Ardiaz berbasa-basi.

“Hu’um.”

“Sudah pesan?”

“Udah tadi.” Ucap Clara. Ardiaz kembali terdiam, bingung mau ngomong apa lagi cuy. Mungkin kelamaan jomblo jadi membuat dia tidak tahu mau membahas apa lagi. Solanya bersama Cena, Ardiaz tidak pernah ada dalam posisi canggung atau kebingungan hanya untuk mencari topik pembicaraan. Bersama Cena, Ardiaz bahkan bisa duduk berjam-jam dengan sahabatnya itu tanpa melakukan apapun dan tidak membicarakan apapun, tapi anehnya dia tetap merasa nyaman dan tidak bosan. Ardiaz mengerjap, kenapa jadi membandingkan Cena dan Clara? Sudah pasti keduanya memiliki  porsi yang sangat-sangat berbeda. Cenaya adalah sahabatnya dan Clara adalah pacarnya.

“Ardiaz, Ar.” Panggil Clara.

“ouh iya. Kenapa?”

“Kamu ngelamun. Mikirin apa sih?” tanya Clara, cewek itu memegang pipi Ardiaz lembut.

“Si Ardiaz begitu pasti karena Cena sakit.” Sambar Dinda. Clara menoleh.

“Cena sakit?”

“Iya.”

“Boleh nanti aku pulang sekolah ikut kamu ke rumah Cena? Aku mau jenguin.” Ucap Clara menatap Ardiaz penuh harap.

“Boleh. Nanti juga yang lain nya mau ke rumah Cena.”

“Makasih Ar.” Ardiaz tersenyum dan menyantap makanannya yang sudah datang.

***

Setelah pulang sekolah para teman Cena yaitu Ardiaz, Julian, Zayan, Dinda Dan Daisy. Minus Clara karena dia hanyalah pacar Ardiaz, juga Khalifi yang tidak Cena sukai. Jadi keduanya tidak Cena anggap teman.
Di dalam mobil Khalifi ada Daisy di samping nya, dan di bagain penumpang ada Zayan seorang. Sedangkan Julian bersama Dinda naik motor untuk membeli buah tangan. Dan Ardiaz yang mengantar Clara pulang terlebih dahulu untuk mengganti pakaian.

“Gue takut gak diterima Cena di rumahnya.” Ucap Khalifi khawatir.

“Gak akan. Walaupun Cena pendendam dia gak mungkin setega itu.” Daisy menenangkan. Khalifi tersenyum paksa dalam hati berucap ‘gak! Cena memang bisa setega itu’

“Lagian Cena kan lagi sakit, dia pasti lebih penyabar.” Ujar Daisy

“Iya juga sih” Khalifi tidak membantah. Cowok itu menyetir dan sesekali melirik Daisy dengan punuh kekaguman. Sepertinya  Khalifi benar-benar jatuh cinta, tapi sayangnya Daisy masih memiliki pacar saat ini. Semoga saja cepat putus! Karena dari yang dia tahu kekasih Daisy merupakan cowok berengsek yang hanya bisa morotin.

**

Semuanya sudah di rumah Cena dan berkumpul di ruang tengah.

“Ce, lo sudah kelihatan sehat.” Ucap Daisy

“Iya. Besok sudah bisa sekolah gue.” Jawab Cena, dia benar-benar santai bersandar di bahu Ardiaz tanpa memikirkan pacar cowok tersebut. Melihat pacarnya terlalu dekat dengan sahabatnya, Clara tidak bisa mencegah dan mengeluh. Karena dia tahu, yang menjadi perioritas Ardiaz selalu Cena, dan hal itu entah kapan bisa tergantikan dengan orang lain. Clara sadar, dari segi kecantikan, penampilan, kekayaan dan kepopuleran tentu dia kalah jauh dengan Cena, apalagi hubungan keduanya sudah berlangsung sangat lama.

“Ehhh ada teman-teman Cena.” Ucap Mama Desi.

“Iya, halo tante” sapa mereka semua, kemudian menyalimi Desi satu persatu.

“Oh iya, ini tante ada cemilan. Di makan ya!” Desi membawa beberapa kota pizza dan cemilan lainnya. Diperjalanan pulang tadi Cena sudah menelpon mamahnya kalau teman-temannya akan datang berkunjung.

“Aduhhh repot-repot banget tante.” Saut Daisy

“iya jadi gak enak kita.” Ujar Khalifi tapi dengan semangat dia menerima bukusan makanan itu. Teman-temannya hanya bisa tertawa melihat sikap Khalifi.

“gak masalah. Yaudah tante tinggal dulu. Anggap rumah sendiri.” Desa pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk kembali ke kantor, melihat Cena yang sudah sehat, dia bisa pergi mengunjungi beberapa proyek yang tertunda karena harus menjaga putrinya.

Cena menerima suapan makanan yang di sodori oleh Ardiaz.

“Sudah bisa nelen? Gak sakit lagi kan tenggorokannya?” Ardiaz bertanya ketika hendak menyuapi sahabatnya. Cena menggelng. “Ada pantangan tidak untuk makannya?” lagi Ardiaz bertanya dengan perhatian. Cena terdiam, jika dia jawab iya nanti akan di larang makan-makanan kesukaan dia.

“Cuman tidak boleh makan-makanan yang ada micin, pemanis, dan pedas. Harus di hindara dulu.” Jujur Cena setelah Ardiaz menatapnya penuh kecurigaan. Cowok tersebut mengangguk saja. Menyingkirkan makan yang harus dihindari Cena, dan menyerakan roti . Cena tersenyum masam dan menggigit roti tersebut tidak ikhlas. Ardiaz pun menepuk kepala Cena dan berguman ‘anak pintar’.

Yang lain menahan napas melihat adegan manis itu. Sebenarnya mereka sudah terbiasa melihat keuwuan pesahabatan manis kedunya. Tapi masalahnya, saat ini ada Clara yang menyaksikannya membuat mereka jadi sedikit kasihan.

Seluruh perhatian Ardiaz pun teralihkan ke sahabatnya membuat Clara jadi terabaikan. Teman-temannya pun tidak bisa melakukan apapun. Ini sudah resiko yang harus ditanggung Clara ketika jadi pacarnya Ardiaz, harus terima jika di nomor duakan.

Sejenak adegan ini akan terlihat bahwa Clara lah yang jadi korban sedangkan Cena penjahatnya. Seakan-akan Cena menjadi orang ketiga di antara hubungan Ardiaz dan Clara hanya karena dia menyandang posisi sahabat. Tapi walau posisi Clara adalah pacar, justru dia yang menjadi duri di hubungan manis persahabat keduanya. Semua orang tahu bahwa persahabat mereka sudah ternodai dengan cinta dan kasih sayang, walau tidak ada kata pacaran, hubungan Ardiaz dan Cena bahkan sudah dari itu. Ikatan keduanya begitu kuat dan sudah terjalin lama.

I DEPEND ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang