Cerita tentang empat sahabat yang saling melengkapi melawan penyakit yang mereka derita.
"Kita ini satu, saling melengkapi, jangan ada yang pergi ya"
"Sakit, sakit sekali gue gak tahan, angkasa" - Matahari
"Berdarah lagi, masuk rumah sakit lagi"...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue hidup karena mereka, kalo gak ada mereka gak tau deh gue masih ada atau tiada" -Angkasa Pradipta
💚💚💚
Setelah seminggu lamanya mereka berempat akhirnya kembali kesekolah, mereka sangat bosan karena selama seminggu ini harus dirumah terus, tidak boleh main.
Oleh karena itu, sekarang mereka sangat senang, bahkan wajah mereka sangat berseri-seri, wajah mereka sangat menunjukkan wajah yang bahagia.
"Sudah siap semuanya?" Tanya Johan
"Sudah yah" Jawab Matahari anak Johan
Johan melihat anaknya dan anak teman-temannya secara bergantian, ia tersenyum.
Langit melihat Johan tersenyum pun menegurnya. "Om ayo berangkat kenapa senyum-senyum sendiri gitu"
Johan pun tersadar. "Maaf-maaaf ya om cuma seneng aja kalian kelihatan sehat begini"
"Iya dong masa mau sakit terus"
Tak lama dari percakapan mereka berlima pun Johan melanjutkan perjalanannya ke sekolah untuk mengantarkan mereka berempat.
"Hati-hati kalian berempat, jangan terlalu banyak tingkah, terutama kamu Hari. " Peringatan dari Johan
"Kamu itu dibilangin Ayah ngeyel terus," Katanya
"Apa sih yah, iya aku tau udah-udah sana balik" Usir Matahari
"Di usir ayahnya, udah deh kalian belajar yang bener"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bel pun berbunyi para siswa-siswi pun bergegas untuk ke kelas masing-masing, mereka pun sama.
"Baru juga dateng udah bel aja" Ngeluh Langit
"Orang kita aja dateng mepet jam masuk kelas, itu noh matahari kelamaan"
"Jadi gue yang disalahin, salahin ayah gue lah" Protesnya
"Gak boleh salahin orang tua, har" Ujar Angkasa
Mereka akhirnya sampai ke kelas, tanpa mereka sadari Angkasa sudah gugup dari awal masuk kelas ia merasa seperti banyak yang melihat nya.
Namun yang ia rasakan itu tidak benar adanya, para siswa-siswi dikelasnya hanya melihat mereka sebentar dan lanjut ke fokus mereka masing-masing.
Angkasa mengalami panik attack, ia sering merasakan itu akhir-akhir ini namun ia tahan tapi hari ini benar-benar tidak bisa ia tahan.
Perkataan itu terus saja terngiang-ngiang di kepalanya ia tidak bisa menahan nya lagi, rasa berat dikepala nya membuat ia merasa pusing.
"STOP GUE GAK GILA, AKHH" Teriak Angkasa yang menyebabkan semua orang di kelas menatapnya
Angkasa memukul-mukul kepalanya sembari mengucapkan 'gue gak gila' pukulannya tambah kencang, membuat mereka bertiga panik.
"Angkasa, sadar, hey Angkasa" Bintang mencoba untuk menahan tangan Angkasa agar tidak menyakiti dirinya sendiri
Angkasa perlahan menatap semua orang. "Gue gak gila, mereka yang gila, mereka yang jahat sama gue, gue takut"
"Baba, Angkasa takut, mereka semua natap Angkasa, mereka semua bilang Angkasa gila, ba" Racauan yang keluar dari mulut Angkasa
Anak-anak kelas pun menjadi ricuh karena tingkah Angkasa yang begitu tiba-tiba, Matahari, Langit, dan Bintang mencoba untuk menenangkan Angkasa.
"Stop jangan ada yang videoin atau foto-foto temen gue" Matahari marah karena ada beberapa siswa lain berdatangan dan memotret serta memvideokan Angkasa.
"Baru masuk kok udah begitu sih"
"Kalo kata orang mah gak kuat iman, makanya begitu, stress"
"Sutt, gak boleh gitu,"
💚💚💚
Dipta langsung berlari ke ruangan UKS di sekolah anaknya, wajahnya sangat amat khawatir karena ia tadi di telepon oleh Bintang, kalau Angkasa kambuh.
Pikiran mulai tak karuan, ia takut anaknya kenapa-kenapa.
"Angkasa" Suara bukaan pintu dipta
Bintang, Langit dan Matahari pun ikut menengok kearah suara itu, oh ternyata om Dipta.
"Om, kita bertiga gak tau kenapa tiba-tiba Angkasa kambuh, padahal tadi pagi berangkat sama kita baik-baik aja, " Bintang menjelaskan
"Iya om tau kok"
"Om kita bertiga balik ke kelas dulu ya, kata bu Dina boleh bawa pulang Angkasa, tasnya udah aku taruh di kursi ya om. " Ucap Langit
"Kita bertiga pamit dulu ya om" Matahari dan dua temennya langsung berpamitan.
Dipta mengelus pelan kepala anaknya. "Kenapa bisa kambuh begini sa"
Dipta lalu menggendongnya Angkasa sampai menuju mobilnya tanpa menghiraukan mereka semua menatapnya.
"Ba, maaf"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.