Sahabat

1K 126 6
                                    

Happy reading!

💚💚💚

Saat ini Langit sedang siap-siap untuk pergi ke rumah sakit bersama Angkasa, ia akan dijemput dengan Om Dipta, karena kedua orang tuanya masih ada urusan jadi mereka tidak bisa menjenguk Matahari.

Sekarang Langit meminum obatnya, dengan harapan ia tidak kambuh lagi dan tidka membuat orang tuanya khawatir karena nya.

"Ma, pa Langit berangkat dulu ya, katanya Angkasa udah nunggu didepan"

"Iya sayang hati-hati, maaf ya mama gak bisa anterin kamu"

"Gak papa ma"

Langit pun keluar dari rumahnya dan sudah ada Angkasa yang menunggu nya di teras dengan memakai jaket yang sama dengan Langit.

"Lo pake jaket ini juga Sa,"

"Iya, gak tau gue kayak pengen pake jaket ini juga, eh ternyata lu juga pake jaketnya"

"Oh iya, gue jadi inget gimana kita berempat berantem karena desain yang kita mau tuh beda-beda, hahaha" Langit sedikit mengingat bagaimana bahagia nya mereka dulu.

"Hahaha iya, sampai-sampai baba gue yang harus mutusin dan berakhir desain kita berempat digabung, eh tau-taunya bagus banget" Balas Angkasa

"Udah-udah kenapa jadi bahas ginian mending langsung berangkat aja, katanya Bintang udah otw kesana," Ucap Angkasa

💚💚💚

Mereka bertiga berada di dalam mobil untuk perjalanan ke rumah sakit, saat dalam perjalanan perlahan hujan mulai turun, perlahan cuaca semakin dingin.

Membuat keduanya kedinginan, Dipta yang melihat Angkasa dan Langit kedinginan pun langsung menurunkan suhu ac di mobilnya.

"Kedinginan ya? Baba turunin suhu AC-nya ya" Ucap Dipta pada mereka berdua

Lalu mereka berdua hanya mengangguk sebagai jawaban, mereka berdua hanya melihat-lihat jalanan yang sudah dibasahi oleh air hujan.

Saat Langit ingin melihat kearah lain ia tak sengaja menatap Angkasa, ia melihat wajah Angkasa dengan penuh kekhawatiran, ia tau Angkasa mencoba menutupi namun ia bisa melihat itu dari nya.

"Angkasa, lo tau gak katanya kalau ada hujan berarti Matahari lagi gak baik-baik aja, makanya langit nurunin hujan supaya, Matahari bisa istirahat" Kata Langit berbicara namun ia tak melihat kearah Angkasa

"Berarti lo mencoba buat Matahari istirahat dan sekarang tugas lo buat nurunin hujan"

"Bisa jadi, bisa jadi gue nurunin hujan supaya Matahari istirahat setelah sembuh Matahari akan muncul lagi dan buat cerah seisi bumi" Ucapnya

"Jangan khawatir sa, Matahari bakal baik-baik aja, dia itu kan kuat gak kayak gue" Ucapnya lagi

"Kita ini sama-sama kuat, gak ada yang gak kuat Lang." Katanya

Sementara itu Dipta hanya bisa mendengarkan apa yang dibicarakan oleh mereka berdua, Dipta terharu karena ia mempunyai anak yang sangat perhatian dengan sahabat-sahabatnya, Dipta berharap mereka berempat selalu bersama tidak ada yang saling meninggalkan.

💚💚💚
S

esampainya mereka bertiga dirumah sakit, mereka buru-buru untuk keruangan Matahari, apalagi Angkasa dengan Langit yang menggandeng tangan Dipta dan membuat dipta terseret karena mereka.

*kasian dipta, yang sabar ya*

"Anak-anak sabar, jangan tarik-tarim tangan Om, aduh. Iya iya kita kesana"

"Baba lama jalannya kalau gak ditarik lelet" Kata Angkasa yang masih setia menarik tangan dipta bersama Langit di samping nya

Angkasa mengangguk, "betul om lelet" Ucap Langit

Setelah adegan tarik menarik tangan sehingga tangan dipta sedikit nyeri karena ulah mereka berdua, sampailah mereka bertiga diruangan Matahari.

Angkasa dan Langit melihat Om Jeff ayah Bintang dan Om Johan ayah Matahari. Om Jeff sedang mencoba menenangkan Om Johan yang sedang menangis sedangkan mereka berdua bingun kenapa Om Johan menangis.

"Om, Matahari sudah sadar kan?" Tanya Angkasa pada Om Johan, sedangkan Johan masih belum bisa menjawab pertanyaan dari sahabat-sahabat anaknya itu

Lalu Jeff mencoba untuk menjawab namun dipta langsung menyuruh mereka masuk, dan mereka hanya mengangguk karena mereka sudah tidak sabar melihat sahabat nya itu.

"Matahari belum sadar ya Jo?" Tanya Dipta pada Johan

"Belum Dip, gue juga kaget pas dia nelpon gue kalau Matahari belum sadar" Jelas Jeff

Dipta hanya bisa menghela nafasnya, ia tak tau bagaimana reaksi mereka berdua saat tau sahabat nya Matahari belum sadar.

Langit dan Angkasa membuka pintu secara perlahan lalu ia menemukan Bintang yang sedang menangis sambil berbicara.

"Matahari, lo bohongin gue"

"Bohong kenapa, Bin?" Tanya Angkasa lalu Bintang menoleh kearah mereka berdua

Dengan buru-buru Bintang langsung berlari kearah mereka dan memeluk mereka berdua, air mata Bintang sudah runtuh sejak tadi, apalagi sekarang ada Angkasa dan Langit air matanya langsung turun lagi.

"Sa, Lang, Matahari belum sadar, dia bohongin gue" Ucap lirih Bintang

"Dia bohongin gue, gue takut sa" Suara Bintang semakin mengecil karena isakan dari bibir nya

"Ma-matahari gak mungkin ninggalin kita berdua kan, Sa, Lang?"

Mereka berdua sama-sama kaget karena yang mereka tau bahwa Matahari sudah sadar.

"Bintang, lihat gue Matahari gak mungkin ninggalin kita bertiga, dia udah janji kan untuk bareng terus sama kita" Ucap Angkasa untuk menenangkan Bintang, suara isakan Bintang perlahan sudah tidak terlalu terdengar.

Sedangkan Langit mencoba melihat Matahari dengan lebih dekat, ia tak percaya apa yang dikatakan oleh Bintang tadi, tidka mungkin Matahari bekum sadar, ia sudah sadar.

Saat melihat Matahari dengan selang dan alat yang menempel di seluruh tubuhnya membuat Langit lemas, seketika Langit langsung merasa pusing, mual, padahal ia jelas sudah meminum obatnya tadi.

Langit tak bisa mengontrol tubuhnya, tubuh langsung perlahan tak seimbang.

BRUK

"LANGIT"

-part ini mungkin sedikit lebih banyak, jadi mohon dibaca dengan benar-benar yaa-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-part ini mungkin sedikit lebih banyak, jadi mohon dibaca dengan benar-benar yaa-

-sampai jumpa, salam pacarnya na jaemin-

-vote dan komen-

Cerita Kita - 00line dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang