Chapter 13 - Wanita Paling Kuat

1 0 0
                                    

Ujian akhir semester hari pertama tidak terlalu berat bagi Sella, Materi ujian untuk mata pelajaran IPA sudah ia pelajari matang-matang kemarin, namun untuk PAI Sella dan teman-temannya hanya mengandalkan SKS alias Sistem Kebut Sejam. Mengingat materi IPA yang bisa dibilang banyak dan rumit membuat waktu untuk belajar materi PAI malam sebelumnya terpotong.

Malam ini, usai shalat Isya, mereka menghabiskan waktu dengan belajar di masjid sebelum akhirnya bisa kembali ke asrama. Masing-masing membawa buku untuk dibaca dan dibahas bersama. Kebetulan, besok salah satu mata pelajaran yang akan diujikan adalah matematika. Maka target mereka untuk ditanya-tanyai dan dijadikna guru dadakan adalah Syifa yang beberapa kali menjuarai olimpiade.

"Syif, tolong jelasin soal ini, lah. Aku masih kurang ngerti." Rina menunjuk soal materi sistem persamaan linear dua variabel. Mutia mengangkat kepalanya dan langsung menjelaskan cara penyelesaiannya, membuat rina manggut-manggut kemudian.

Melihat itu Keysha terkekeh. "Enak, ya, punya temen pinter,"

"Lebih enak lagi jadi orang pinter, Key," balas Jihan.

Rina menimpali, "Kalau mau jadi orang pinter gak harus sekolah"

"Lah, terus gimana mau pinter?" Jihan mengernyit.

"Kalian belajar aja ilmu gaib, jadi dukun. Gak harus sekolah. Lagian dukun biasanya dibilang orang pinter, kan?" jelas Keysha yang membuat mereka semua tertawa.

Mereka kompak tertawa pelan, takut mengganggu murid lain yang sedang belajar. Setidaknya itu menjadi hiburan singkat bagi otak mereka yang tengah berpikir keras.

Selain sesekali membantu teman-temannya yang kurang paham, Sella hanya membaca-baca ulang soal yang diberikan oleh guru matematika mereka. Belajar dari pengalaman ujian-ujian yang lalu, la bisa menyimpulkan bahwa soal ujian kali ini tidak akan jauh-jauh dari soal-soal latihan yang bisa diberikan.

"Sell..." Gadis itu dengan cepat menoleh ke sumber suara. la mendapati seorang gadis berjilbab hitam dan memakai gamis lilac yang tadi duduk membelakanginya kini tengah menatapnya.

"Boleh liat catatan materi relasi dan fungsi? Punyaku ada yang gak lengkap kayaknya." "Oh, iya, iya, boleh. Sella dengan cepat mengambil buku catatannya yang sejak tadi hanya teronggok bisu di depannya dan menyerahkannya pada gadis itu.

"Pinjem, ya. Bentar aja, kok" Setelah mendapat anggukan kecil dari Sella, gadis itu kembali membelakanginya dan mulai membuka-buka halaman buku. Membuat Sella tertegun sambil melirik sepintas ke arah punggungnya,

Udah baik, pinter, cantik lagi. Pantes Alvin suka sama Nasha. Kalimat random itu mendadak muncul di pikiran Sella. Yang mau tak mau membuat gadis itu sontak menggeleng. Agak terkejut dengan apa yang barusan ia pikirkan.

Ini aneh. Sangat aneh.

Kabar bahwa Alvin menyukai Nasha tidak mengejutkan lagi baginya. Itu berita lama. Namun kabar bahwa rasa itu masih sama, juga fakta kalau ia menyukai Alvin lah yang membuat Sella agak terganggu.

"Gak papa-lah kau suka sama si Alvin. Tapi kau jangan potek, ya, kalau ternyata bener Alvin masih suka sama Nasha

Dalam diam, Sella meringis. Bukan haknya juga mengatur Alvin mau suka sama siapa. Tapi tidak salah kan, kalau Ia berharap Alvin tidak suka lagi dengan Nasha dan pada akhirnya menyukainya?

"Berharap sih normal ya. Tapi, kan, kau yang bilang sendiri kalau dunia nyata gak bisa disamain dengan novel. Kau yang bilang sendiri kalau realita kecil kemungkinannya bisa seindah ekspektasi,"

Ah, benar. Kalimat Keysha tempo hari membuat la sadar bahwa la yang mengatakan semua itu. Kala itu niatnya hanya ingin membuat kalimat nyelekit yang biasanya bisa membuat teman-temannya tepuk jidat, namun sekarang ia malah tertampar sendiri.

KanyaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang