Cetakan pertama dari majalah Aksara Remaja mulai dibagikan pada anggota klub jurnalistik. Sontak saja ruangan itu sedikit riuh. Beberapa murid langsung membuka majalah mereka. Tertawa kecil melihat tulisan mereka tercetak di beberapa rubik. Itu kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Sella juga tersenyum kecil melihat tulisannya di rubik "Siswa dan Prestasi?". Beberapa pekan lalu la mendapat kesempatan untuk mengisi rubik tersebut, lantas tanpa buang waktu lagi la mewawancarai Dilla dan Nisa, teman sekelasnya yang baru saja memenangkan English Speech tingkat provinsi. Dulu saat kelas tiga, Sella berhasil menyelesaikan membaca novel tebal' pertamanya yang berjudul Negeri 5 Menara. Novel yang cukup terkenal, ditulis oleh seorang penulis dan jurnalis asal Sumatera Barat, Ahmad Fuadi. Sejak membaca novel itu, Sella termotivasi untuk melakukan tiga hal. Satu, membaca lebih banyak. Dua, menulis novel yang dapat menginspirasi banyak orang. Tiga, masuk pesantren (walaupun sekarang dia hanya bisa masuk boarding school). Dan empat, menjadi jurnalis.
Sella sudah sempat memikirkan matang-matang tentang kuliah dan mengambil jurusan jurnalistik, bahkan termasuk juga universitas dalam dan luar negeri mana yang mempunyai jurusan jurnalistik. Tapi masuk SMA, dia mulai berpikir untuk menjadi psikolog atau psikiater. Jadilah dia memutuskan untuk menjadi jurnalis' selama masa sekolahnya saja. Seperti di SMA ini, dia menjadi anggota klub jurnalistik dan mengambil peran di balik layar dalam pengerjaan majalah bulanan sekolah mereka, Aksara Remaja.
Jadwal terbit majalah bulanan mereka memang menjadi waktu paling istimewa bagi anak-anak klub Jurnalistik. Majalah edisi baru, artinya tugas mereka sudah selesai. Majalah edisi baru, berarti mereka akan segera mendapat tugas baru yang menantang dan seru.
"Nanti saya bakal kabarkan lagi tentang majalah edisi selanjutnya, ya. Terima kasih atas kerja maksimal kalian untuk bulan ini." Raya murid kelas 12, selaku ketua klub jurnalistik tersenyum lebar dan mengakhiri pertemuan kali ini. "Dan untuk tim mading bulan ini, silakan disiapkan karya-karya siswa yang sudah dikumpulkan di kotak Karya, ya."
Kali ini, Sella dengan sigap mengangguk dan melangkah keluar ruangan. la kebagian menjadi tim mading bulan ini jadi, dia harus mengambil isi kotak Karya di kelasnya dan membawanya ke mading. Karya yang dimasukkan bisa berupa puisi, lukisan, cerita mini, dan apa pun yang bisa disebut 'karya'. Para siswa bebas memasukkan karyanya kapan saja. Tim mading akan memajang karya-karya tersebut setelah majalah bulanan mereka terbit
"Dapet berapa, Sell?" tanya Mutia, kakak kelas 12 yang juga menjadi tim mading bulan ini. Ia sedang memasang karya murid di kelasnya.
"Cuma ada tiga, Kak. Gambarnya Alza, cerpennya Rara, sama puisi Sella," jawab gadis itu.
Mutia terkekeh. "Kamu, mah, hampir gak pernah absen ngisi mading."
"Ide lagi ngalir-ngalirnya, Kak." Gadis itu menyunggingkan senyum kecil.
Mereka dengan gesit menempelkan masing-masing kertas itu menggunakan paku kertas di mading. Membuat papan berwarna hijau berukuran 100 x 70 cm yang awalnya lengang itu terlihat ramai. Untungnya saja kertas-kertas itu telah dihias oleh pemiliknya masing-masing, membuat mading mereka terlihat lebih berwarna.
Tepat ketika Sella selesai dengan tiga kertasnya, tatapan gadis itu seketika terlempar pada kertas HVS berisi tabel nama seluruh anak kelas 11. Sella Ingat, Ini pengumuman nilai IPA UTS kemarin. Mungkin Bu Renifa, guru IPA mereka, lupa untuk mencopot kertas itu.
Bu Renifa sengaja menggabungkan nilai anak kelas delapan putra dan putri dalam satu tabel di UTS kemarin. Sehingga bisa terlihat jelas pemeringkatan satu angkatan mereka.
Sella menemukan namanya sendiri di peringkat kesepuluh, dengan nilai sembilan puluh enam. Masih lumayan. Mengingat di atasnya, terdapat sembilan nama lain yang sudah biasa terlihat di peringkat-peringkat atas mata pelajaran ini. Di antaranya ada Syifa, Ghina, dan Fadilla. Mereka kompak mendapat nilai sempurna, alias seratus. Jika diikuti kata hatinya, Sella jelas iri. la belajar bersama mereka, namun hanya mereka yang mendapat nilai sempurna. Sedangkan dia...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanyaah
Genç KurguSella tidak pernah tahu rasanya jatuh cinta. Untuk pertama kalinya Sella merasakan pahit-manis perasaan tersebut, melupakan luka yang disebabkan oleh 'cinta pertama-nya. Di saat yang sama, tanpa ada yang tahu, Alvin adalah sosok ceria yang menyimpan...