part 1

131 9 0
                                    



















Kring! kring! kring!

Suara lonceng dari sepeda itu membelah kerumunan siswa siswi SMA Angkasa. Semua murid di sana tercengang, baru kali ini ada seorang yang berani membawa sepeda, terlebih dia adalah murid baru.

Gadis itu memarkirkan sepedanya di samping pos satpam, menghiraukan tatapan semua orang padanya.

"Pak, saya nitip sepeda saya yah." Ucapnya seraya tersenyum manis.

"Ahh iya neng simpen aja disitu, aman kok." Satpam itu terbengong, melihat siswi di hadapannya.

"Makasih yah pak, kalo gitu saya pergi dulu."

Satpam itu menatap prihatin pada punggung mungil yang semakin menjauh. "Kasian.. mana masih muda lagi." Gumamnya.

Bukan tanpa sebab dia berbicara seperti itu tapi kalian harus tau, ini sekolah elit bergengsi. Rata-rata siswanya dari kalangan atas. Jadi tak ada yang membawa sepeda paling mentok hanya motor sport selebihnya mereka di antar jemput dan membawa kendaraan sendiri seperti mobil.

Bahkan motto siswa di sini sangatlah kejam,

"Anda good looking, pintar, kaya maka anda akan aman."

Tak jarang anak beasiswa di sini menjadi sasaran empuk anak anak orang kaya di sana. Kecuali ia memilki eksistensinya sendiri. Tampan serta cantik.

Meski begitu sekolah ini sangat di incar oleh kalangan anak muda. Tidak mudah bagi mereka untuk masuk ke sini karna terkenal dengan prestasi sekolahnya yang tinggi membuat mereka sulit memasuki sekolah elit itu. Hanya IQ tinggi yang mampu masuk ke sana. 

Jangan khawatir, mereka juga bisa masuk ke sekolah bergensi itu dengan biaya yang sangat tinggi. Resikonya hanya satu, mereka di tempatkan pada kelas biasa. Yang berarti kelas terakhir yang di sisihkan.

Sekolah Angkasa memiliki tingkat kelasnya masing-masing. Setiap kelas ada 7 tingkatan dari yang tertinggi hingga posisi terakhir untuk murid biasa.




.





Tubuhnya yang tinggi berjalan di koridor yang mulai sepi. Tak heran jam pelajaran sudah di mulai. Ia sengaja datang sedikit terlambat, malas rasanya jika menjadi pusat perhatian.

Tampilannya kini sudah selayaknya bad girl saja. Rambutnya yang panjang dengan poni cantiknya itu kini sudah lepek oleh keringat. Dasinya pun tak ia pasang hanya bertengker dengan manis di lehernya. Jas miliknya pun ikut tersisihkan, ia tenteng dengan asal.

Sial!! Dirinya sudah benar-benar terlihat seperti murid nakal.

Bodohnya ia malah menaiki sepede di tengah panasnya kota Jakarta. Melupakan fakta bahwa kini ia tidak lagi di luar negeri.

Netranya menatap seonggok manusia yang berdiri tak jauh dari tempatnya. "Heh!! Lo!!"

Siswa itu celingak celinguk lantas menunjuk dirinya. "Gue?"

"Bukan. Itu yang di belakang lo." Balasnya malas. "Ya lo lah!! Emang ada orang lain selain lo?"

Goblok banget ni orang. Misuhnya dalam hati. Ia jadi ikut kesalkan semakin memperburuk suasana pagi miliknya.

Tubuhnya yang tinggi nan tegap berdiri di hadapannya. Wajahnya yang tampan semakin terlihat mempesona, bibirnya yang pink berbentuk love yang hampir sempurna. Hidungnya mancung semakin terlihat sempurna seakan tak ada celah untuknya.

Tidak tidak. Lelaki di hadapannya ini kutu buku dengan matanya yang empat dan beberapa buka paket yang di bawanya. Sangat di sayangkan~ ketampanannya sedikit tertutupi oleh penampilan culun miliknya.

Hi, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang