Ting!
Suara pintu lift terbuka. Geby berjalan dengan lesu menuju ruang makan lengkap dengan baju seragam sekolahnya. Kakinya baru menginjak lantai bawah, alasannya? Karena kemarahan sang abang membuat Geby enggan turun.
Kedua kakaknya pun tak ada yang membujuknya. Sudah bisa ia tebak bahwa keduanya begitu marah padanya.
Geby tak masalah yah, paling dirinya akan pusing siang nanti. Mengingat ia memiliki imun yang lemah, berbeda dengan teman seusianya.
Malamnya ia hanya memakan benerapa snack yang ada di kamarnya. Itu tak menutupi rasa laparnya, namun mau bagaimana lagi? Geby tak ingin melihat kedua kakaknya yang sedang marah.
Stret
Geby mendudukkan dirinya di kursi. Menatap piring kosong miliknya, di depannya ada Gea yang sedang mengoles selai pada roti dan di kursi kepala keluarga ada Vano. Lelaki itu sibuk dengan tab miliknya juga kopi yang masih mengepul.
"Hari ini kamu di anter sama bang Vano." Gea menaruh roti yang sudah ia oleh dengan selai ke piring sang adik.
"Tidak ada bantahan apapun. Kamu terlalu banyak berulah kemarin, berangkat sekolah sendiri dan tidak turun untuk makan malam. Kau sangat nakal baby~ " sudut bibirnya ia tarik, membuat seringai kecil di wajah cantiknya. Sorot matanya menatap sang adik tajam.
Geby hanya bergeming, ia tertunduk dalam. Memakan sarapannya dengan berat, menelan pun rasanya sulit sekali. Berada di tengah kedua kakaknya yang dingin. Untuk napas pun sepertinya sulit, tolong keluarkan dirinya di situasi ini. Ingin menangis saja dia~
"Jika bukan karna pekerjaan kamu sudah kakak hukum baby~ hari ini kamu selamat tapi tidak dengan lain kali." Ujarnya lagi dengan dingin.
Karena kesibukkannya Gea tak bisa menghukum adik kecilnya. Ia dan Vano memang jarang sekali di mension terlebih sang abang yang tinggal terpisah dengan keduanya.
Geby, adik kecilnya itu tak bisa seleluasa itu untuk keluar seorang diri. Terlalu berbahaya untuknya berkeliaran di luar. Masih untung dia di ijinkan sekolah. Gea ingin adiknya berdiam diri saja di rumah, semua itu ia lakukan demi keselamatan adik kecil mereka.
Mereka tak ingin merasakan kehilangan, lagi.
Tangannya yang memegang roti terlihat bergetar, suapan pertamanya benar-benar sulit untuk ia telan. Lagi dan lagi Geby tak bisa berkutik bila di hadapan kedua kakaknya. Ia menangis.
"Maaf.. " hanya itu. Geby tak mampu berkata-kata apalagi. Dia sudah terlalu lelah menangis sedati kemarin dan pagi ini pun ia menangis lagi.
Matanya yang bulat semakin terlihat membengkak nan memerah, hidungnya pun ikut memerah. Bisa di pastikan gadis itu akan sakit siang nanti.
Membuang napasnya pelan. Vano memilih menyudari kemarahannya. Ia angkat Geby ke pangkuan miliknya, memeluknya erat seraya mengelus punggung adiknya pelan.
Tubuh mungil yang berada di pelukannya nampak bergetar ketakutan dengan isak tangis yang berusaha ia tahan.
"Kalau kamu masih nangis kamu gak usah sekolah Geby!!"
Ucapan tegas itu makin membuat Geby takut. Ia usap kasar matanya, berusaha menghentikan tangisnya.
"Geby mau sekolah.. Geby mau sekolah kak." Dengan susah payah Geby berusaha melepaskan pelukan abang pertamanya.
"Diem!" Vano memeluknya semakin erat, menahan berontakkan adiknya.
Ia langsung terdiam dengan sisa isak tangisnya. Badannya terasa lemas dan kepalanya sedikit pusing.
![](https://img.wattpad.com/cover/329062960-288-k839692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Liebling!
Teen FictionCara biar gebetan lirik balik itu gimana caranya? Geby punya 1001 cara buat narik doi ke sisinya. Di buat gila juga karena hilangnya dia di hidupnya. Resikonya? Di kejar secara ugal-ugalan. "Kali ini akan gue buat lo sendiri yang ngejar gue." _G ...